Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Friday, May 31, 2013

(JANGAN) KATAKAN CINTA..


Jangan sembunyi
Ku mohon padamu jangan sembunyi
Sembunyi dari apa yang terjadi
Tak seharusnya hatimu kau kunci

Bertanya, cobalah bertanya pada semua
Di sini ku coba untuk bertahan
Ungkapkan semua yang ku rasakan

Kau acuhkan aku, kau diamkan aku
Kau tinggalkan aku

Lumpuhkanlah ingatanku, hapuskan tentang dia
Ku ingin ku lupakannya

Jangan sembunyi
Ku mohon padamu jangan sembunyi
Sembunyi dari apa yang terjadi
Tak seharusnya hatimu kau kunci

Lumpuhkanlah ingatanku, hapuskan tentang dia
Hapuskan memoriku tentang dia
Hilangkanlah ingatanku jika itu tentang dia
Ku ingin ku lupakannya

Lumpuhkanlah ingatanku, hapuskan tentang dia
Hapuskan memoriku tentang dia
Hilangkanlah ingatanku jika itu tentang dia
Ku ingin ku lupakannya

Lumpuhkanlah ingatanku, hapuskan tentang dia
Ku ingin ku lupakannya

Kau acuhkan aku, kau diamkan aku
Kau tinggalkan aku 
"Vie.. Vie...heeellooo...," teriak Mbak Anis sambil mengetuk kaca studio, membuyarkan lamunan liar yang mengiringi keasyikanku memahami lirik lagu Lumpuhkan Ingatanku dari Geisha, yang tengah kuputar siang ini.  Aku terkesiap, tersadarkan dari semuanya.

Mendengarkan lagu ini, mengingatkanku pada kejadian yang baru teralami.

TIba-tiba El menjemputku, dan tak ingin kuhindari itu, karena kufikir kami bisa berbicara lagi. 
Mobilku tetap kubiarkan di parkiran kantor. Pasti ga apa-apa... fikirku.
Aku masuk dalam mobilnya, yang menyimpan berjuta kenangan.
Aku memang ingin menyelesaikan masalah ini jika ia memang inginkan.
Hmmm... kutarik nafas panjang.
Kejadian yang terdiamkan sangat lama, memang membuat jurang yang sangat lebar.
 Tak ingin aku memulai pembicaraan, karena terakhir kucoba melakukannya, hanya bentakan yang kudapati.
Maka.. kuputuskan.. untuk diam saja..
Hanya memandangi wajahnya yang tegang di balik kemudi, dari sudut mataku.

"Ini bukan arah ke kos.. El," ingatku padanya.

Setelah terdiam lama, dia pun berbicara tanpa menatapku,
"Aku memang tak ingin mengantarmu pulang.. Vie.  Kita harus bicara.."

Ia memarkirkan mobil di Taman Kota, aku tetap terdiam.

"Jadi.. bagaimana sebenarnya maumu sekarang.. Vie?" El membuka pembicaraan.

"Apa maksudmu..?"

"Kenapa kau tak berusaha bertahan?", nadanya mulai menaik.

"El.. aku bukan tak berusaha bertahan.  Tapi pernahkah kau tanyakan kabarku selama ini? Ga.. kan?
 Kau yang tenggelam dalam kesibukanmu, dan tak pernah membalas sms atau bahkan menjawab pertanyaanku. Kau yang terdiam.. maka aku pun diam..  Karena kufikir, buatmu aku sudah tak ada....", Aku tercekat tak meneruskan kalimatku.

"Terus.. menurutmu, kita harus bagaimana?," bentaknya.

"Kau terus tenggelam dalam kesibukanmu juga kan??, lanjutnya.

"Aku kerja... El.  Sama sepertimu.. punya tanggung jawab juga kan?"

"Vie.. I still love you..", katanya sambil memegang tanganku.

Aku terus berusaha menahan diri untuk tak menaikkan nada suaraku.  Karena kalau itu terjadi, maka apa yang ada bisa....
Aaaah.. tak bisa kulanjutkan kalimat ini.
Terlalu berat.. bagiku.

"El.. kalau kau fikir, jika katakan itu.. aku akan kembali padamu. Itu salah... salah besar.  Kau cukup lama berlari dari masalah kita.  Yang ada dalam fikiranmu.. hanya menghitung kesalahanku saja, tanpa mempertimbangkan kesalahanmu.  Jujur, aku lelah.. sangat lelah.  Kita sebaiknya... "

"Apa maksudmu.. Vie?"

"Dengan caramu... mendiamku demikian lama. Tak perdulikan aku.. Mungkin memang sebenarnya tak ada yang tersisa dalam hatimu untukku.. kan?"
"Antarkan aku pulang...", tegasku datar.


Kepulanganku dari Yogya, ternyata tak membuatku kembali dalam damai.   Tapi memang ini yang kuinginkan.  Mencari kejelasan, membuat keputusan.
Aku sudah bercerita pada Ibu tentang semua yang terjadi di antara kami.  Aku tak ingin, Ibu mendengarkan dari orang lain tentang hal ini.

"Kau yakin akan hal ini... Vie..," tanya Ibu.

"Ibu.. aku sudah lelah bertahan.. Yang kusaksikan hanyalah kekerasan tanpa ujung...," jawabku sambil terisak.

"Tapi..." Ibu merasa ini masih bisa dipertahankan.  "Waktu yang telah terjalani bukanlah sebentar..."

"Ibu.. aku kan ga bisa memaksa orang untuk selalu cinta.  Kalau ia memang inginkan ini juga... pasti sudah lama kami bicara kan?"

"Mungkin.. kau harus mengalah.. Nak.  Kamu kan perempuan... wajar kalau dia merasa minder.."

"Sampai kapan.. Bu?" benar kupuji keteguhan hatinya tetap bertahan ketika Ayah menyakitinya.
"Aku bukan Ibu... aku benar-benar ingin..... selesaikan semuanya." jelasku.

Maka..
Inilah yang terjadi..
Lagu yang kuputar ini.. menggambarkan perasaanku yang memang tak bersahabat.
Tapi tetap kusapa... semua.. dengan ceriaku..

Paaagiii.... dan selalu paagiii.... ada Vie di sini temani kamu beraktiftas hari ini...
Maaaf.. yaaa.. pagi-pagi lagunya sudah galau... 
Mudah-mudahan bisa mengubah mood kalian... jika Vie putar lagu Asmara Nusantara dari Budi yaa..

Mas Pranoto tersenyum... melihatku dengan pandangan yang memahami perasaanku yang memang tak menentu.  Dia selalu memuji sikap profesionalismeku.  Mbak Anis menatapku...

"Kamu... harusnya istirahat... Vie.. Tenangkan hatimu...", ujarnya lembut ketika melihatku mengusap airmata yang menitik.

"Aaaah... maaaf yaa... Mas, kalau aku jadi cengeng...," aku memaksakan tertawa.
"Aku akan baik-baik saja..." dan kuacungkan dua jempol pada Mbak Anis yang menatap kami dari luar kaca.

Dan, aku terus menyelesaikan cerita ini, walau sesekali kuseka airmata.  Terus tak bisa kupikirkan lagi kalimat yang harus kutulis.  Mengalirkan semua perasaan yang tengah berkecamuk.
Menguraikan benang yang memang sudah kusut.

Harusnya....

Tak kulanjutkan semua tulisan ini... karena, secangkir kopi sudah tak mampu damaikan hatiku.
Aku hanya ingin membuatkan TITIK untuk semua rasa yang pernah ada.
Yang ada di depan...
Biarlah terjadi..

Aku tak inginkan lagi terjebak di kemarahan pada masa lalu, atau takutkan masa depanku..
Aku ada di sini..
Maka...
Akan kuhargai hari ini...
Apapun yang terjadi.....
Esok... biarlah kufikirkan nanti.

Yang ingin kucatatkan... (jangan) katakan cinta, dan genggam terlalu erat... 
Cukup... BUKTIkan saja semua dengan lembut...
"Langit tak selamanya gelap, ketika Mentari itu datang maka segera berganti terang, [mungkin] begitupun masalah dan sedih (mu) pasti ada akhirnya." @Dy's status

No comments:

Post a Comment