Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Thursday, September 15, 2016

/d.i.a.m/

Tercenung menatap Milky Way sepanjang mata memandang ke langit pekat. Jam tanganku menunjuk 02.00 dini hari. Selalu terbangun di dentangan waktu ini. Selelah apapun. Bahkan tak peduli selarut malam yang terbuang, sebelum mata terpejam. Manakala tidur tergerus oleh beragam pemikiran yang jauh melesat ke masa depan. 
Seringkali harus menghentikan semuanya. Agar raga beristirahat di peraduan. Mengumpulkan energi untuk esok hari.
Vie, jalani per hari saja. Lakukan yang terbaik semampumu. Biarkan semua mengalir bersama takdir yang harus terjalani. Ikhlaskan..
Catatan kecil ini, tertulis setelah hamparan doa terlantunkan.
Ketenangan jiwa, hanya bisa tersandarkan padaNya.
Kepenatan raga, hati, dan pikiran menjadi barisan kata yang terangkum dalam tangkupan doa.
Merangkul sepertiga malam dengan khusyuk dan hikmat.
Aku, masih terikat dalam isak tangis dalam. Hanya bisa merasakan buliran-buliran hangat menyapu wajah.
Kesunyian mengajari kemandirian. Kesepian menitipkan banyak syukur dalam hidup. "Maka, nikmat mana lagi yang kau dustakan?"
Kedengkian, dendam, sakit hati, dan perasaan negatif, hanya akan menikam dengan kepedihan tanpa akhir. Lalu mengasihani diri sendiri, mengharapkan pengertian.
Bangkit..
Hidupkan kembali detak jantung serta detik waktu.
Hirup oksigen sebanyak mungkin, untuk mengisi kekosongan dalam diri.
Rasakan dalam hening, aliran darah yang masih menggelora. Mengejar mimpi dan impian yang tertinggal karena dekapan lara.

"Dari 103,5 FM.. Vie cuma pengen bilang makaasiihh.. bagi yang sudah memberikan tanggapan bagi barisan kata dan deretan lagu-lagu yang sudah terpilih dan diputarkan. Menemani malam minggu kalian semua. Cukupkan semua keluhan dengan rasa syukur yaa.. guys. Ingat saja kebersamaan hari ini, jika nanti kalian merindukan Vie yang cerewet haabisss... See u tomorrow..,"

Kalimat penutup, mengakhiri siaran hari ini. Kerja yang dimulai saat matahari terbenam, baru selesai saat sunrise menjelang. Life is hard...

Mang Asep menatap dengan tatapan teduh. Merangkul pundak erat, seraya menguatkan, "kamu ga sendiri.. Teh. Ingat itu.. Sana wudhu, trus sempatkan sholat Witir. Sebentar lagi Subuh. Kita jamaah di mushola yaa.."
Aku mengiyakan, dan bergegas berwudhu.
Cukup, cukupkan rasa syukurku.. yaa Robb. Untuk semua nikmat yang telah Kau berikan dalam hidupku.
Cukup, cukupkanlah.. keluh kesah dalam peluh. Semua akan indah pada waktunya. Belajar menyaring kata-kata, menyimpan yang baik saja.

Dan, hari ini aku kembali memeluk tangis dalam diam. Kenapa.. kenapa.. selalu saja ada perbandingan. Selalu saja menbandingkan aku dengan orang lain.
Kenapa.. dengan mudahnya orang mengoyak kedamaian hati yang kubangun dengan airmata dan luka.
Apa mereka mau jadi aku?
Apa mereka ingin bertukar cerita hidup dengan punyaku?
Aku adalah aku, dengan pilihanku.
Semua kujalani dengan pertimbangan yang matang. Melalui proses pemikiran yang melintasi batas candra dan wangsa.
Apa yang mereka ketahui tentang aku dan masalahku?
Siapa yang memberi hak mereka, untuk merasa tahu atas hidup dan kehidupanku?
Pertanyaan-pertanyaan yang tak pernah terjawab di sunyi malam.
Hanya buliran bening, yang menemani jentikan jemari yang mengalirkan cerita ini.
Tuhan,
Sungguh, aku lelah atas semua yang seolah tak berujung ini.
Tak sanggup rasanya, berjalan tegak di atas hati yang terkoyak ini.
Tipis.. imanku mulai menipis.
Tuhan, aku takut..
Takut akan kekufuranku atas nikmat yang masih aku rasakan.
Sedih jika harus mempertanyakan hikmah atas semua yang terjadi.
Aku hanyalah perempuan biasa..
Aku masih sering menangis di hening malam,
Aku selalu menyimpan sedih dalam tawa dan senyum,
Aku mulai merapuh..
Tuhan, pegang tanganku..😭

Rasanya, aku telah gagal..
Tak mampu menahan airmata dan nada suara yang terus bergetar, ketika bicara tentang masa lalu.
Menjelaskan "asbab" dari semua permasalahan.
Ingin teriak, memaki pada diri sendiri. Terus bertanya pada Tuhan, "kenapa semua ini sepert tanpa akhir?"
Kegelisahan tanpa batas..
Buliran bening yang memburamkan jendela hati terus mengalir perlahan. Membasahi dinding sanubari.
Tuhan, aku lelah.. teramat penat.

_AKU_

Siapakah aku?
Yang tertiup angin, dalam hembusan nafasmu,
Yang terbawa hujan, di buliran air yang menitik deras,
Butiran debu yang tersapu dalam diam,
Siapakah aku?
Yang mempertanyakan arti kebersamaan yang terjalin dalam sepi,
Siapakah aku?
Yang menitipkan suara dalam desiran bayu di kelam malam, hening pagi, dan sunyi senja,
Di merah cakrawala, dalam batas lazuardi,
Tunggulah aku..