Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Wednesday, October 26, 2016

Diam dalam hening

Kamu semakin menjauh.. Ka.
Jarak kau bentangkan tanpa kata.
Bukan seperti ini yang kumau..

Aku,
Takkan menahanmu ketika di penggalan waktu kau ingin melangkah menjauh.
"Terdiam dan melangkah menjauh.. di kesunyian, teriakkan rindu.

Aku menitipkan jutaan makna bersama bulir hujan dan airmata.
Kembalilah.. dekap kata tanpa jeda.."
Kata yang kutitipkan pada angin. Smoga sampai di pendengaran jiwamu.

Walau hidup bukan masalah apa yang kuinginkan, tapi bukan begini caranya.
Baiklah padaku..

Seperti syair di lagu yang kukirimkan..
사랑이란 그런가 봐
sarangiran geureonga bwa
Cinta itu seperti ini.
소란하지 않더라도
soranhaji anhdeorado
Tanpa keributan
따스한 눈빛이 날 감싸는 것
ttaseuhan nunbicci nal gamssaneun geos
mata itu akan menyelimuti dengan hangat.

그대 곁에 있을 때면
geudae gyeote isseul ttaemyeon
Saat kau dekat
매일 달라지는 나
maeil dallajineun na
Aku selalu berubah.
더 좋은 사람이 되고 싶어만 져요
deo joheun sarami doego sipeoman jyeoyo
Aku ingin menjadi orang yang lebih baik.

시간 흘러 끝이 온대도
sigan heulleo kkeuti ondaedo
Bahkan bila waktu berlalu dan akhir tiba
내 마음은 변함없는
nae maeumeun byeonhameopsneun
Hati ku tak berubah
보통의 날들일 뿐이죠
botongui naldeuril ppunijyo
seperti hari-hari yang biasa.
I
나의 사랑 나의 그대
naui sarang naui geudae
Cinta ku sayang ku.
여전히 그댈 바라고
yeojeonhi geudael barago
Aku masih berharap pada mu.
여전히 그댈 원하고
yeojeonhi geudael wonhago
Aku masih menginginkan mu.
이대로 멈춰 서있죠
idaero meomchwo seoissjyo
Aku berdiri seperti ini.
II
어떤 아픔 더한 슬픔
eotteon apeum deohan seulpeum
Tak peduli rasa sakit dan kesedihan apapun.
무엇도 두렵지 않은
mueosdo duryeopji anheun
Aku tak takut apapun.
이런 게 사랑이란
ireon ge sarangiran
Cinta itu sesuatu yang seperti ini.
걸 알려주려고 내게 그대를
geol allyeojuryeogo naege geudaereul
Kau memberi ku sesuatu.
보내준 것 같아
bonaejun geot gata
Kau dikirim pada ku.

아무 걱정 하지 말아요
amu geokjeong haji marayo
Jangan kuatir.
다시 시간을 되돌린다 해도
dasi siganeul doedollinda haedo
Bahkan bila waktu berputar kembali
어김없이 그댈 테니까
eogimeopsi geudael tenikka
Itu pasti kau.

Sepenggal harap dan asa tertitip di sepertiga malam ini. Aku seperti tanpa jiwa.
Mencari dan terus mencari.. dimanakah bisa kutemukanmu?
Aku tetap di sini..
Masih jadi sosok yang sama, ketika pertama kita berjumpa.

Tergesa jelang lazuardi di pagi hari, tetap tak tenangkanku dalam hening.
Wahai jiwa..
Berhentilah berharap untuk ketidakpastian yang terhampar di hadapan.
Duhai hati..
Berlabuhlah di dermaga jiwa yang setia menanti.
Tak ada keraguan,
Hilangkan duka..

Aku memang (masih) harus sendiri.
Di sini dan di sana..
Terjemahkan kata-kata yang terpendam diam di bumi.
Tak perlu sedu sedan..
Aku slalu menanti kepastian. Kemungkinan menjadi sahabat perjalanan.

Tuhan..
Pinjamkan bahuMu lagi untuk menenangkan kegundahan hatiku kali ini.
Tak sanggup lagi rasanya berdiri. Kembali menangis lagi.
Merindukan hujan untuk menyembunyikan tangis...

Tuhan..
Sungguh, sungguh aku tak sanggup sembunyikan air mata.

Aku memang rumit, walau pada akhirnya akan mengalir bersama riak kehidupan.
Nampak tegar seperti karang, rapuh dalam sanubari.

Pencarian yang panjang.. tentang makna kehidupan. Cinta bagai api tak berasap.
Jilbab Traveler, mengabarkan sisi ini dengan jelas. Bagaimana menentukan jalan kehidupan tanpa keraguan. Pengorbanan yang tulus dalam kasih.
Seperti itulah aku.. Ka.

Jangan cemas kehilangan seseorang yang tidak cemas kehilangan kita.
Tapi khawatirlah kehilangan seseorang yang sungguh khawatir kehilangan kita. (Tere Liye)

Rangkaian kata ini (benar) menohokku.
Dimanakah posisimu..Ka?

Hari ini, di tanah tempatku mencari penghidupan. Aku belajar tentang kebaikan pada semua prasangka.
Menatapmu yang tengah sibuk bermain air. Disini, kuhentikan semua pikiran negatif yang telah termakan oleh waktu.

Aku memang bukan orang baik..Ka.
Hanya berusaha belajar menjadi baik. Semua kelelahanku, terbayar kali ini. Mencoba menghentikan waktu. Sekejap bersamamu.

Tak ada perjalanan yang sempurna. Selalu ada riak yang harus menggerakkan air. Akan ada gelombang di irama kehidupan. Karena tak harus jadi beringin, ketika ingin meneduhkan.
Cukup memberi senyum hangat dengan keikhlasan pada mentari yang menyapa di pagi hari. Permata yang tlah lama dinanti.
Maka,
Nikmatilah semua perjalanan dengan syukur untuk nafas yang terhela detik ini.

Karena aku, kamu, dan kita, takkan pernah tahu berapa lama kebersamaan ini.
Semua tersimpan rapi di Lauful Makhfudz, semenjak ruh tertiupkan.

Sepagi ini, sudah rapi, wangi, dan cantik (aaiishh.. 😄). Membelah kesunyian dan kedamaian kota yang saat ini sering kupijak. Mungkin.. oramg lain masih di alam mimpi. Di pulau kapuk.
Tak apalah.. menjemput rezeki, bersama kokok si jago.
Man jadda wajada..

Kesibukanmu, kupahami sebagai seleksi alam. Bagaimana kita bertahan dalam ketidakpastian pertemuan. Hanya bicara lewat deretan kata-kata yang mengalir ketika terjebak kepadatan lalu lintas.

Jika ini adalah waktu milik kita, maka bahagia akan terpendar, menuntun, saling menjaga berpegangan menggenggam masa depan.
Apapun adanya, inilah aku, kamu, dan kita.

Tak sedetik pun, terlintas untuk menghapus jejak dalam hujan. Yang kulakukan, hanya menitipkan kegelisahan di bulir bening yang menyaput jendela kamar.

Di sini aku..
Melihat para Praja sibuk dengan karya ilmiah yg harus mereka susun.
"Rindu adalah rentang yg tak trukur, pilu yg ingin dikubur. Rindu adalah ketiadaan pnghuni d taman hati dan semesta pikirmu. Rindu adalah jeda, utk (lebih) mncintaimu." (Rahne Putri).

Kehadiranmu, sesaat membuatku berpaling dari Dy. Sahabatku. Partner in "crime". Yang selalu setia menemani kegundahan hatiku. Menepi di gunung, laut, atau kafe-kafe Bandung.
Dia tak pernah melepaskan pegangan tangannya. Bersama mengasah keterampilan renang.

Aku, mencarimu di langit pikiran, semesta hati.. Ka.
Jedamu tramat panjang, membentang.
Aku (masih) belajar tentangmu.

Andai menuangkan perasaan semudah mlipat kertas, aku akan melipat Seribu bangau kertas (千羽鶴Senbazuru) utk bisa mnyatakan apa yg kurasa saat ini..
Tidak mudah memahami apa yang telah terjadi. Hanya berusaha bersikap positif saja.

Semoga, kebaikan yang tertanam akan dapat menghasilkan manfaat bagi sesama.
Tawakkal padaNya, untuk semua yang sudah terjadi.
Belajar melangkah di kebajikan dengan tulus, tanpa kepura-puraan.

Aku tetap di sini.. Ka. Tak sedetikpun memalingkan wajah. Hanya berusaha bertahan dengan semua kesakitan yang tersisa. Melarungkannya bersama hujan.
Jauh di sana, Dy tetap ada.. memegang tangan jika aku limbung. Sahabat sejatiku..
Juga tak banyak kata.
Saling menjaga.

Aah..
Tetiba mataku memburam memikirkannya.
Dy, temanku menepikan kegundahan yang ditinggalkan. Hanya duduk terpaku dalam sepi, menatap taburan gemerlap lampu-lampu kota.
Secangkir kopi pahit jadi teman sejati. Untuk semua kejujuran rasa.

Terdiam mendengar adzan Isya berkumandang. Menunggu dalam gelap. Menyembunyikan sepi dan sedih. Lantunan Surat Yusuf, kucoba untuk bisa menenangkan hati.

Tuhan,
Maafkan aku yang menjauh dalam alunan FirmanMu.
Bukan mengabaikan.. hanya sedikit berlindung dalam gelap hati. Iman yang menipis.
Ampuni aku.. Tuhan.
(Hanya), mencari alibi untuk pembenaran sikap yg kupilih.

"Kang, bisa kasih kesempatan untuk berbagi ilmu di masjid?," tegasku pada ketua DKM.
Sudah tak terbendung rasa untuk melantunkan ayat-ayat cintaMu.
Tuhan, sekali lagi.. ampuni aku untuk semua kesalahan dan dosa-dosa. Masih belajar menjadi baik.

Semua kerinduan padaMu, mengalir begitu deras.
PanggilanMu kujawab sempurna. Terimakasih Tuhan.. untuk semua percakapan yang indah. Penafsiran yang baik, pemahaman yang luar biasa.

Aku kehilangan jejakmu. Takkan pernah bisa melupakan tawa dan canda.
Seperti mimpi..
Ku tak tahu apa yang terjadi. Dan berakhir seperti yang kumau.
Tapi.. tak ada akhir untuk pintu harapan.

Karena aku takkan mengusikmu jika dirimu merasa terganggu. Walau dirimu membuatku bersedih, menjatuhkan dari tebing tertinggi.

Aku telah percayakanmu, untuk semua titipan rindu ini.
Kehilangan bukan hal yang asing. Hanya aku tetap memelukmu erat.
Aku juga yang akan menenangkan badai.. agar kita bisa berjalan.

Sudah benarkah yang kau putuskan?
Pernahkah kau bertanya tentang itu?

Semua pertanyaan yang memukulku keras, sebelum aku berhenti.
Namun, tetap tak bisa abaikanmu.

Dy,
Aku kecewa lagi..
Berusaha ikhlas, untuk semua kepedihan yang tak kuharapkan.
Belajar keikhlasan atas semua kebaikan dan kebajikan.

Terpaksa aku sendiri (lagi). Ajarkan aku untuk ungkapkan rasa. Di antara gamangmu.. aku akan menyakinkan bahwa kamu memang berarti.

Dalam diam, aku berdoa..
Semoga satu hari engkau mengerti, tentang arti sahabat bagi diriku.
Semoga..
Ketika saat itu tiba, aku masih diberi waktu bersama.

Dy,
Aku kangen kamu.
Perjalanan panjang yang telah kita lalui.. menguji dibatas waktu.
Kamu yang selalu pegang tanganku. Yang menbangunkan aku kala terjatuh.
Memarahi aku, kalau abai kesehatan.
Aku benci sendiri, merasa sendiri. Di tanah orang..

Tuhan,
Ampuni aku..
Ketidakpercayaanku, bahwa tak sedetik pun Kau meninggalkanku..
Keabadian cintaMu,
Kesejatian hubungan..
Tanpa jeda,

Kuatkan kembali hatiku yang rapuh. Kembali terserak dan sia-sia. Mengembalikan (lagi) perjalanan waktu.

Aku: petualang sejati, tanpa jeda melintasi batas ruang dan waktu.

Tuesday, October 11, 2016

Terdiam..

Lompatan waktu begitu terasa cepat. Tak ada yang sempurna..
Sepekan pun takkan cukup menghapus jejak yang sudah menapak di batas waktu.

Hanya mencari teman perjalanan, terasa begitu melelahkan.
Cacian, hinaan, dan hujatan, menyertai bagai badai yang meluruhkan pertahanan jiwa.

Ka, jika enggan kau melangkah di sampingku. Tak mengapa..
Aku biasa sendiri dan ditinggalkan.
Jadi biarkan semua menghilang dalam kebaikan yang ingin kutanamkan.

Tak ada yang abadi. Hal ini sudah terprediksi sejak awal. Ketika sebiji sawi itu bertunas. Ini yang aku maksudkan dulu. Bahwa bukan aku yang pergi. Tapi kamu.
Sendiri itu menenangkan..Ka.
Tak perlu pedulikan perasaan orang lain. Tangis, tawa, dan canda itu menari indah di angan saja.

Yakinkan hal itu pada dirimu.
Serpihan hati yang kembali terserak, semakin membubuk bersama tenggelamnya mentari hari ini.

Melangkahlah ke depan.
Karena ini memang jalanmu. Rangkullah mimpi bersama bahagia.
Apa pun adanya.
Sekejab itu bermakna dari pada jutaan kata.

Aku masih menangis.. Ka. Sementara kau sudah tak perdulikan apa pun tentang aku.
Menitikkan buliran bening yang menderas, mewakili pedihan jiwa.
Sesaat,
Sekejab,
Tapi tikamanmu melukai dalam. Tak ada yang abadi..

Terimakasih.. untuk semua yang akan terkenang di penggalan medio Oktober.

Aku hanya mampu tercekat di keheningan. Melihatmu pergi.. Ka.
Tegarnya karang di Pantai Senggigi kembali melarungkan duka, lara, nestapa, dan sedih.

Aku..
Menangisimu.. Ka.

Buliran tasbih, mengiringi lantunan doa. Ketenangan di negeri 1000 masjid, kembali terkenang.
Aku merindukannya..Ka.

Memburam mata, tersaput kabut menahan airmata yang tertahan.
Tuhan..
Ijinkan kali ini, keikhlasan mengalir dalam doa. Mengiringi langkahnya. Menatap punggung tegap yang berlalu di hadapan.

Jika ini memang ujian yang Kau siapkan (lagi), bolehkah aku meminjam pundakMu untuk menyandarkan kepedihan?

Lelah.. meletihkan.
Penat..

Maafkan.. aku, Tuhan..
Tak henti mengeluh,
Tak cukupkan tangisan.

Hidup bukan apa yang kita inginkan.
Hidup adalah yang terbaik.
Semua berpulang padaMu.
IjinMu..

Maka, nikmatMu yang mana lagi yang engkau dustakan?

***

Aku menepati janjiku.. Ka. Melunasi perkataan yang tertuang dalam barisan kata.
Smoga.. yang terbaik dapat kau rengkuh dalam nyata.

Seperti janjiku,
Selalu disini, tak beranjak meninggalkanmu sendiri.
Tetap menggenggam tanganmu erat.
Dalam diam, tatap, harap, yang tercekat.

Always do the best.. Ka.

PS:
If you need me, just close your eyes.
Lay your sorrow in the darkness.
Then you'll find the light which guide you..

Terdiam..

Lompatan waktu begitu terasa cepat. Tak ada yang sempurna..
Sepekan pun takkan cukup menghapus jejak yang sudah menapak di batas waktu.

Hanya mencari teman perjalanan, terasa begitu melelahkan.
Cacian, hinaan, dan hujatan, menyertai bagai badai yang meluruhkan pertahanan jiwa.

Ka, jika enggan kau melangkah di sampingku. Tak mengapa..
Aku biasa sendiri dan ditinggalkan.
Jadi biarkan semua menghilang dalam kebaikan yang ingin kutanamkan.

Tak ada yang abadi. Hal ini sudah terprediksi sejak awal. Ketika sebiji sawi itu bertunas. Ini yang aku maksudkan dulu. Bahwa bukan aku yang pergi. Tapi kamu.
Sendiri itu menenangkan..Ka.
Tak perlu pedulikan perasaan orang lain. Tangis, tawa, dan canda itu menari indah di angan saja.

Yakinkan hal itu pada dirimu.
Serpihan hati yang kembali terserak, semakin membubuk bersama tenggelamnya mentari hari ini.

Melangkahlah ke depan.
Karena ini memang jalanmu. Rangkullah mimpi bersama bahagia.
Apa pun adanya.
Sekejab itu bermakna dari pada jutaan kata.

Aku masih menangis.. Ka. Sementara kau sudah tak perdulikan apa pun tentang aku.
Menitikkan buliran bening yang menderas, mewakili pedihan jiwa.
Sesaat,
Sekejab,
Tapi tikamanmu melukai dalam. Tak ada yang abadi..

Terimakasih.. untuk semua yang akan terkenang di penggalan medio Oktober.

Aku hanya mampu tercekat di keheningan. Melihatmu pergi.. Ka.
Tegarnya karang di Pantai Senggigi kembali melarungkan duka, lara, nestapa, dan sedih.

Aku..
Menangisimu.. Ka.

Buliran tasbih, mengiringi lantunan doa. Ketenangan di negeri 1000 masjid, kembali terkenang.
Aku merindukannya..Ka.

Memburam mata, tersaput kabut menahan airmata yang tertahan.
Tuhan..
Ijinkan kali ini, keikhlasan mengalir dalam doa. Mengiringi langkahnya. Menatap punggung tegap yang berlalu di hadapan.

Jika ini memang ujian yang Kau siapkan (lagi), bolehkah aku meminjam pundakMu untuk menyandarkan kepedihan?

Lelah.. meletihkan.
Penat..

Maafkan.. aku, Tuhan..
Tak henti mengeluh,
Tak cukupkan tangisan.

Hidup bukan apa yang kita inginkan.
Hidup adalah yang terbaik.
Semua berpulang padaMu.
IjinMu..

Maka, nikmatMu yang mana lagi yang engkau dustakan?

***

Aku menepati janjiku.. Ka. Melunasi perkataan yang tertuang dalam barisan kata.
Smoga.. yang terbaik dapat kau rengkuh dalam nyata.

Seperti janjiku,
Selalu disini, tak beranjak meninggalkanmu sendiri.
Tetap menggenggam tanganmu erat.
Dalam diam, tatap, harap, yang tercekat.

Always do the best.. Ka.

PS:
If you need me, just close your eyes.
Lay your sorrow in the darkness.
Then you'll find the light which guide you..

Antara Hujan dan Aku

Hujan.. kau ingatkan aku. Tentang satu rindu...

Lagu Opiek itu melesatkan ingatanku pada Fira, Aira, dan Kaka..

Hh, Ka..
Dimanakah kamu?
Bosan? Jenuh?
Deretan lagu di perjalanan tak mampu meredakan semua.
Hanya mampu makan dalam diam, menatap hujan dalam sunyi.

Kulemparkan tanya pada awan..Ka. Apakah semua benar adanya?
Dan ini bukan hanya sepenggal cerita drama Korea.

Geu Dae Neun Sarang Ibnida..

***

Cahaya matanya meredup, seolah menyampaikan salam perpisahan.
"Sahabat.. pegang tanganku," bisikku perlahan, seraya mengusap punggungnya.
"Vie.. jaga Aira, untukku. Berjanjilah.."

Kilasan kenangan itu melintas kembali. Dalam kepedihanku, menerima semuanya dalam ikhlas.
Fira telah pergi, bersama semua luka yang tertorehkan oleh El. Aku sudah mengingatkannya, tentang keburukan yang terdengar. Laki-laki itu tak layak dicintai. Ia hanya memanfaatkan keluguan Fira. Sahabatku.
Kami tumbuh bersama di Sukoharjo. Saling meminjamkan pundak. Pun juga berbagi keceriaan. Di petualangan melintasi indahnya Indonesia.

Tapi semua berubah. Tak lagi sama, ketika cinta menghampiri. El, memang sosok yang dipujanya. Terlalu membuainya dalam harapan kosong. Hingga akhirnya semua kebersamaan itu terkikis bersama hening tangisku.
Kenapa harus dengan El, Fira?
Karena dia baik, Vie..

Hhh, desahan napas yang tak pernah usai. Karena El, sosok yang telah mengoyak semua harapan dan impianku. Satu-satunya rahasia yang tak pernah kuceritakan pada Fira.
Dia terlalu bahagia, dengan kebersamaan yang manis.
Tuhan, jagalah Fira.., doaku di kesunyian.

***

Hingga satu pagi, Fira mendatangi tempatku siaran. "Vie, boleh bicara sebentar..?"
"Sebentar Fir, aku mau closing dulu yaa?"

Kembali menutup pintu, dan bergegas menutup siaran dengan lagu "Geu Dae Neun Sarang Ibnida" FT Island.

Aku melambai pada Mas Tono, yang menemaniku. Memberinya tanda untuk meneruskan acara sesuai jadwal.
Lalu menghampiri Fira, dan menggamit tangannya.
"Ayoo.."

***

Kukendarai mobil Fira, perlahan membuka percakapan.
"Ada apa Fir? Lo udah lamaa banget ga kontak gue. Kemana aja? Meni tega.."
Fira tak menjawab, hanya menunduk dan langsung terisak.
"Fir, lo gpp?"
"Mmm... gw boleh tinggal di rumah ibu dulu.. Vie? Sampai urusan gw beres.."
"Eehh? Maksud lo, ke Yogya? Ada apa siih..?" tanyaku heran, dan akhirnya menepikan mobil di bahu jalan.
Aku tercenung menatapnya. Fira hanya tertunduk. Sekilas kulihat saputan kesedihan yang tergambar jelas.
"Fir...." panggilku, memecah keheningan.
"Gue ga mungkin ada d Bandung, dengan kondisi begini.. Vie. Bilang ke ibu, gue bakal menyepi sejenak. Kebodohan gue, ga boleh ditambah satu dosa lagi." paparnya dengan nada yang tercekat.

Perlahan, aku mulai sedikit merangkaikan cerita. Apakah Fira..?
B****s*t.. kamu El, kutukku dalam hati.
Kutenangkan Fira, memeluknya. Tangis berhamburan menyeruak membelah keheningan sore yang basah. Tanpa kata-kata, sudah tergambar jelas apa yang sebenarnya terjadi. Kuatkan hatimu.. Fir.
Kagum untuk semua pilihan untuk menebus dosa yang telah dibuat. Takkan sanggup melewatinya, jika itu terjadi padaku.

***

9 purnama berlalu, tetiba ibu mengirimkan pesan agar aku segera pulang. Fira kritis..Vie.
Tanpa penjelasan detil.
Bergegas, aku pun menghubungi Dito. Memesan tiket pesawat ke Yogya.
9 purnama, aku hanya menerima kabar melalui semua keceriaan yang terekam dalam diary digital Fira. Aku dan ibu adalah sahabatnya, sejak ia menjadi yatim piatu di kelas 2 SMP.
Terus saling menjaga hingga detik ini. Semua menenangkanku yang sebenarnya panik.
Perdarahan hebat, jelas ibu singkat. Proses persalinan yang dijalani Fira membuka tabir kelam yang ditutupi.

Preeklampsianya tak dideteksi dan timbul kejang (eklampsia). Dan terjadilah... komplikasi lain yang mengancam jiwanya.
Sesampainya di Sardjito, aku memeluk ibu erat. Wanita yang tetap tegar walau ditinggalkan bapak dengan cara yang menyakitkan.
Hhh, 2 wanita tangguh.. ibu dan Fira.
"Sana.. dia udh nunggu kamu," jelas ibu.
"Bayinya bagaimana..bu?"
"Ada, di NICU. Perempuan, cantik seperti Fira" jelas ibu.

Aku pun bergegas masuk. Menemukannya terbaring tak berdaya. Putih pucat. Kosong menatap langit-langit.
"Fir.." bisikku perlahan.
Binar matanya meredup, tangannya erat menggenggamku. Pelukannya menghilangkan penat perjalanan.
"Vie.."

***

Nazla Khumaira, nama yang telah kami siapkan berdua. Aira, aku memanggilnya. Pipinya memang merah. Mungkin seperti itulah Aisyah, istri Rasululloh.
Khumaira, adalah pilihanku.

Aku memang senang dengan nama itu. Jadi, ketika Fira menceritakan bahwa janin yang dikandungnya terdeteksi perempuan, aku langsung memintanya memberi nama itu.
Sejak kepergian Fira, aku dan ibu bergantian mengurus Aira.

Senyumnya yang manis, tatapannya yang teduh, menenangkan siapapun yang melihatnya. Ia tak pernah merepotkan. Seperti ibunya.

Semua pekerjaan di Bandung aku lepaskan, untuk sejenak mengurusnya.

Candra berganti, warsa pun berlalu. Tak terasa 5 tahun sudah, kenangan tentang Fira hidup dalam Aira. Dia memanggilku mommy. Sejak 1 tahun, secara teratur aku kenalkan pada sosok bundanya, Fira.

Melalui cerita dan deretan foto yang mengabadikan kebersamaan kami. Kilasan kepedihan selalu tak lepas tergambar, manakala mengusik perjalanan Fira.

Aku hanya menahan airmata, melihat lompatan kecil Aira yang terus mengumbar tawa.
Fir, tenanglah kau disana. Peluklah bahagia, di sisiNya. Aira baik-baik saja. Kutitipkan rindu kami di bentangan sajadah, dan larut dalam doa. Aira mewarisi semua keanggunan dan kecantikanmu. Dengan rambut ikal, dari....

Hh, sekejap melayang kebencian pada El, yang menghempas bagai buih ombak menyentuh pantai. Tak pernah sedetik pun, ia mencari Fira. Sejak terakhir mereka berdebat tentang kehamilan Fira. Laki-laki pengecut! caciku dalam hati.

Biarkan Aira tak tahu tentang ayahnya. Aku selalu mengatakan bahwa laut telah menelannya.
Dan anak perempuan kecil itu, akan menatap lautan lepas, dengan tatapan yang tak kumengerti. Selalu seperti itu jika kuajak bermain di pantai.

Maafkan mommy.. Aira.
Perjalanan hidupmu, harus manis. Walau mungkin tak sesempurna cerita dalam sinetron. Akan terus menjaga, mengantarkanmu pada masa depan yang lebih baik. Demi bundamu.. Fira.

***

Hujan lebat, mengguyur tendaku. Aku hanya bisa terpaku menggigil kedinginan. Kekonyolanku pergi kesini, berujung penyesalan. Kesakitan yang kualami, tak separah punyamu.. Fir. Buliran bening tak terbendung.

Aku selalu merindukan hujan.  Karena saat itulah semua beban tertuang bersama ribuan tetesannya.
Aku tengah menepi di alam. Membuka bilur perih luka hati. Sekejap menghilangkan adiksi terhadapnya. Kaka.

Berlari menjauh, membendung rasa yang bersemi perlahan.
Tidak, ini tak boleh dibiarkan. Kembalikan, kembalilah hatiku yang dulu. Sendiri saja..
Aku mengenalnya, di kampus. Gayanya mengingatkanku pada sosok artis Korea. Tatapannya tajam, seperti..

Hhh.. waktu, hentikan semua bunga yang telah bermekaran ini. Cabut semua akarnya. Aku hanya ingin memikirkan Aira dan karya.
Sesekali melepas keraguan di taburan bintang yang terlihat dari puncak Prau.

Tuhan, hilangkan semua rasa..
Aku hanya tak ingin terluka (lagi).
Terjebak dalam dekapan rindu, bukanlah hal mudah yang dapat kulalui.
Selalu menyembunyikan tangis, dalam hujan.

Ka, maafkan aku.. yang mungkin terlalu cepat menarik garis lazuardi dalam langit hati. Aku hanya ingin bisa melihatmu bahagia. Biarkan saja semua indah di tegarnya karang. Aku ingin, semua baik-baik saja. Seperti sebelum aku tanpamu. Tak sanggup..Ka.

Lompatan jauh hati yang meninggalkan nalarku. Jangan sakiti perasaanku. Ini bukan yang pertama. Dan mungkin masih banyak yang belum terbukukan dengan baik.

Ka, di keheningan malam.. biarkan semua pekat rasa larut dalam torehan cat di kanvas kehidupanku.
Diam..Ka,
Diamkan semua adrenalin yang melompat di tebing 12m itu. Aku memang tak sanggup untuk duduk di sampingmu.

Aku punya Aira.
Mungkin kamu mempertanyakan itu dalam hening. Kau titipkan lewat hembusan angin.
Aira.. buah hatiku, terlahir dengan cinta sahabatku. Aku hanya menjaganya..Ka.

Jika itu mengganggumu, biarkan. Biarkan kami berlalu. Walau aku yakin, ia pasti menyukaimu.

Ka,
Aku ingin katakan.. selama sisihan perjalanan waktu denganmu itu, sudah mengikatku dalam tangis. Lekat di buram kaca jendela.

Ka,
Mungkin hanya aku yang menepuk ceria bunga mawar. Sendirian.
Kamu, seperti lelaki yang kukenal. Mungkin..

Maafkan aku yaa.. Ka.
Untuk semua kecerewetanku, yang memang akan selalu mengganggu waktumu.

Percayalah..Ka,
Aku hanya ingin bernafas normal. Dalam angin kutitip rasa pada alam. Mengembalikan semuanya pada bintang. Menggantungkan harapan di langit kehidupan. Tak pernah letih dan bosan.
Aku selalu ada untukmu.. Ka.

Seperti baris lagu "Normal Days"

Cinta adalah seperti ini
Meski cinta tidak hingar-bingar
Mata yang hangat memelukku

Ketika aku di sampingmu
Aku selalu berubah
Aku ingin menjadi orang yang lebih baik

Bahkan jika waktu berlalu dan ujungnya telah datang
Hatiku tidak berubah
Ini hanyalah hari biasa

Cintaku, sayangku
Aku masih menatap padamu
Aku masih menginginkanmu
Aku berdiri seperti ini

Tidak peduli apapun rasa sakit, apapun kesedihan
Aku tidak takut apapun
Inilah cinta
Kamu dikirim padaku untuk mengajari aku ini

Jangan khawatir tentang apapun
Bahkan jika waktu akan berputar
Masih akan kamu

Cintaku, sayangku
Aku masih menatap padamu
Aku masih menginginkanmu
Aku berdiri seperti ini

Tidak peduli apapun rasa sakit, apapun kesedihan
Aku tidak takut apapun
Inilah cinta
Kamu dikirim padaku untuk mengajari aku ini

***

Paagii.. Ka.
Bukalah matamu, ada goresan syair kehidupan yang tersembunyi indah di dekapan Fajar.

Pecahkan tegarnya karang.. yaa Ka?

힘내자/힘내요 !!   파이팅 !!

Monday, October 10, 2016

/d.i.am/ (lagi)

Ingin aku berteriak sepuasnya. Menatap garang amarah yang berkecamuk dalam diri. Menjawab cacian dan hinaan dengan lantang. Aku layak dimaknai.
"Cacilah dengan lantang. Hinalah sepuasmu. Diamku menjawab rindu Sang Waktu".

Guyuran hujan teramat deras. Menyamarkan airmata yang mengalir perlahan.
Bulirannya menyaput jendela. Buram kaca.. trtutup linangan bening membasahi pipi. Tak ada yg salah..
Aku masih menangis, menenangkan hati yang hendak berteriak. Tuhan, kenapa tak pernah mudah bagiku. Perasaanku.. tetap sakit.
Aku selalu ingin menghentikan airmata. Sebelum terlambat. Ketika gumpalan badai menyerakkan kepingan harapan. Di sini aku..
Di sanalah tempatmu..
Semua perlahan akan berbeda.

#secangkirkopipahit #akukamudankita