Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Friday, November 16, 2018

Heart Sound

Kesempatan mengenalmu, adalah jawaban semesta untuk semua pertemuan kita di dimensi tanpa batas.
Ini membuatku teramat mudah memahami semua yang terjadi.

Mengagumimu?
Ya, mungkin saat ini itulah yang aku rasakan. Jujur, melambungkanku ke langit.
Aku dan dirimu, berasal dari dua sisi yang berbeda. Langit dan bumi.
Maka, hanyalah mimpi yang indah.
Itulah yang saat ini kusadari. Sekarang memang meninggalkan jejak dalam hati.

Pertemuan yang singkat, membekas dalam hati.
Namun, ini adalah bentuk kelemahan hatiku. Karena pada dasarnya kau baik pada banyak orang. Hatimu bagai lentera penerang bagi banyak orang.

Seandainya, pun kita dipertemukan dan dipersatukan dalam komitmen tanpa jarak, itu adalah nikmat serta anugerah dari Sang Kuasa.
Aku, hanyalah debu dalam hidupmu. Mungkin tak lebih besar dari kuman, yang hanya bisa terlihat dengan mikroskop.

Aku memanggilmu dengan "Hart" yang dekat pelafalannya dengan "heart".

Hati, dimanakah sosok itu kini?
Aku ingin memeluknya dalam canda. Satu hal yang mampu dilakukannya secara berbeda dari milyaran manusia lain di bumi lain.

Tuesday, November 13, 2018

Halaman 1:11

"Bang, bangun..Kopimu sudah mulai dingin..."

Sungguh, tak ada kalimat lain yang mampu menggambarkan perasaan bahagia untuk bisa menyapamu setiap pagi dengan cara itu. Karena seperti itulah yang selama ini aku minta dalam do'a.

Andai dekat, tentu saja aku akan membisikkan lembut kalimat itu di telinganya. Dengan kecupan hangat di pipi dan bibirnya.
Dengan cara itulah.. aku mengucap syukur..

"Terimakasih yaa Rabb, hari ini aku masih bisa mencintai dan menjalani satu hari lagi bersamanya."

Begitu banyak cerita yang kemudian terajut, sejak aku mengomentari statusmu dengan kata "cebong". Yaa.. aku yang memberanikan menyapamu Bang.
Dan..
Perjalanan hidup dengan warnamu dimulai. Entah darimana energi yang selalu membuatku merindukan percakapan denganmu.
Benar, dirimu banyak mengajariku tentang bagaimana seharusnya kita mengalirkan energi positif.
Benarlah..
Dirimu jawaban dari do'a yang terjawab.

Lalu hari ini, mungkin aku melukai perasaan dan hatimu. Dengan kata-kata tajamku.
Maafkan yaa.. Bang,
Sekarang baru aku mengerti tentang hal itu.
Penyesalan yang menusuk..
Ungkapan yang aku nyatakan adalah bentuk lain ketakutanku kehilanganmu.

Karena kini..
Semua tentangmu adalah candu yang menyesakkan. Merindumu adalah cahaya.
Maafkan.. Bang,
Masih belajar melepaskan ketakutanku. Pun juga belajar mengalir seperti air.

Jika dekat, tentu aku akan mendekapmu erat. Menjagamu dalam lelap. Memuaskan hati menatap wajahmu. Begitu tenang..
Seperti malam itu,
Rasanya aku enggan terpejam, karena selalu ingin bisa memelukmu.
Seolah aku begitu takut kehabisan waktu bersamamu.
"Sungguh.. maafkan aku, jika masih belum bisa melegakan hatimu ketika menutup hari."

Terimakasih.. Bang,
Mengajariku banyak hal tentang bagaimana bersikap baik, optimis, menghargai diri sendiri, dan terus menebar energi positif.

Robbil Izzati..
Jagalah Abang selalu,
"Terimakasih Tuhan, untuk kesempatan satu hari lagi memeluknya di ujung hari.."
Aamiin yaa Robbal'alamiin..

Sunday, November 11, 2018

Cerita 111108

Halaman 1111:

Di ujung hari, aku kembali meneteskannya. Janji untuk selalu tegar manakala berada d tubir duka.. sirna.
Dia, sosok yang mulai menggoyahkan kebencianku. Mampu menerima semua ketengilanku.
Vie..
Mana, ketegaranmu? , tanya Mang Udi yang ternyata masih memperhatikanku di sudut studio.
Malam ini, aku memang memutuskan untuk datang ke sini untuk sekedar melarungkan kesedihan yang menumpuk.
Kejujuran itu kembali membunuhku.

Padahal aku sedang berusaha meyakini komunikasi terbuka dua arah akan menyelamatkan hubungan antar manusia.
Karena ini bukan komunikasi yang harus dibalut dengan kepura-puraan.

Yaa Rabb,
Haruskah?
Apakah ini caraMu untuk bicara denganku? ..dengan mengajariku sebuah kepedihan (lagi). Kesakitan lagi?

Semua terlalu sakit..
Terlalu pedih. Hatiku semakin merapuh.
Jagalah Iman Islamku yaa Rabb..

Seluruh barisan kata yang tertulis, teriringi dengan mata yang memburam. Tak lagi menangis tersedu. Hanya isak tertahan, dengan lelehan kecil, namun sulit terhentikan.
Aku,
Sdh tak sanggup lagi..

Suicidal thoughts mulai mnyerang. Tidak..
Aku masih memiliki arti..
Walau tak mudah, aku akan kembali tegar dan tegak.
Stigma negatif itu akan terhenti dengan pembuktian.

Larang aku..
Cegah aku..
Untuk kembali meletakkan pisau di nadi, mengakhiri semua indahnya hembusan napas yang digunakan untuk manfaat pada sesama manusia.

Aku, mencintai jiwa, pikiran, dan hatimu.
Dengan segala kurang dan lebihnya.
Aku ingin menikah dengan sisi spriritualmu.
Bukan dengan fisik yang kasat.
Karena aku yakin inilah cinta sejati..
Yang tulus tanpa syarat.

Hanya mencintai..

----------

Vie, lagunya diganti.. teriak Kang Dede.
Hayoo.. fokus,

Aku terhenyak, semua terbang.
Khayalan, kesedihan.
Bergegas menyusun list lagu di chart yang akan diputarkan.

Malam semakin menua. Pagi mun menjelang.
Kepompong ini bisa keluar, menjadi kupu-kupu.
Terbang melesat mengejar mimpi..

Bang,
Aku merindukanmu..

Dalam secangkir kopi yang kuseduh, kusematkan semua rasa yang bisa membuatmu bahagia. Karena aku takkan mencari gula.
Aku ingin kita saling menemani.

Sampai di satu waktu, nyawa benar diambil oleh malaikat Izrail.
Takkan kubiarkan hatiku kembali mengeluh atas semua KuasaNya.

Perjalanan kopi, membuatku menyampaikan ILY from 10.000 ft.
Cinta dalam jarak itu telah usai..

Di hening malam, kutemukan damai..
Tuhan..
Semua yang terjadi, pasti sesuai rencana terbaikMu.
Ringankan langkahku.. untuk menjalani,
Pinjamkan bahuMu, untukku menyandarkan letih.
Maafkanku..
Jika aku masih mengeluh..

#setjangkirkopi #diskusimalam