Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Tuesday, March 26, 2019

Renungan

/..sejenak menepikan penat. Di negeri 1000 masjid ini, aku kembali melemparkan pikiranku ke Bandung. Masjid Al-Furqon UPI. Selalu terekam jelas apa yang pernah menjadi saksi perjalanan di sini.
Di sudut Masjid, seperti kulihat sekelebat bayangan teman-temanku dahulu.
Dimanakah mereka kini?
Kami sudah lama tak berhubungan.
Aku, menjauh.
Menutup diri untuk semua pertemanan.
Patah.
Berkeping.

Aku, yang dulu teramat terbuka, tak percaya sebuah hubungan pertemanan yang tulus.
Palsu.
Semua hanyalah topeng.

Kemarahan yang kubawa ketika memasuki pelataran Masjid. Seperti menghilang bersama basuhan wudhu.
Aku, tenang kini.

Menangis dalam khusyu' bacaan-bacaan sholat yang kali ini (benar) merasuk dalam makna.
Memasuki ruang jiwa yang kerontang.

Tetiba, pengumuman diberikan oleh takmir Masjid ini bahwa akan ada kajian tentang shahih Bukhori Muslim. Setelah Ashar.
Aku memicingkan mata.
Berusaha melihat dari jauh.
Menanti.

Tak ada kebetulan dalam hidup.
Selalu ada alasan.
Percaya saja, bahwa Alloh SWT akan memberikan yang terbaik.
Melatih jiwa-jiwa dalam ketakwaan.

Suamiku,
Sejenak aku mengingatmu. Di tengah takbir ruku', i'tidal, duduk di antara 2 sujud.
Aku, menangis.
Begitu merindukanmu dalam perjalananku kali ini.
Semua begitu berbeda.
Sejak kehadiranmu dalam hidupku.
Jodoh dari langit.
Kita tak pernah saling mencari.
Kita dipertemukan dengan semua suratan yang sudah tertuliskan di Lauful Mahfudz.

Aku, percaya akan itu.
Semua memang tak pernah mudah di awalnya.
Namun kini, ketika keresahan melandaku, aku selalu mengingatmu.
Imamku.

Kepalaku terangkat.
Kembali memicingkan wajah. Menatap barisan tulisan-tulisan dalam bahasa Arab. Semua melemparkanku pada masa awal berjumpa denganmu.
Ma'had.

Jiwaku semakin tenang dalam keimanan.
Memelukmu di kejauhan dalam ikatan suci.
Semua mendekatkanku padaNya.

Robbanaa..
Jadikan aku, pemaaf yang tak pernah menghitung kebaikan yang pernah terbagikan.
Lembutkan hati, pikiranku untuk selalu membuang makian pada orang-orang sekitar.

Jadikan lisanku yang memberikan kedamaian.
Maafkan aku yang masih selalu mendosa.

Imamku,
Maafkan aku, yang masih sering lupa bahwa aku telah memilikimu.
Aku tak sendiri.
Masih sering meminta izin untuk perjalanan melarungkan dukaku.
Mengganggu kerjamu di sepertiga malam, dengan tangis konyol.

Surat Muhammad ayat 19:
_Maka berilmulah dulu, bahwa tiada Ilah selain Alloh_

Belajarlah dengan benar. Tak mudah memang. Tapi bukan tak mungkin.
Maka,
Perjalananku kali ini, menitipkan pelajaran dalam ketakwaan.

Ampuni aku yaa Robbal'alamiin 😇..
Masih suka mengeluh untuk sebuah ujian dan cobaan dalam hidup.
Selalu merasa menderita.
Padahal, masih banyak yang diuji lebih dariku.

--------

"Vie?"
"Dimanakah dirimu sayang?"

Aah, suara di ujung telpon itu begitu mengikatku dalam rindu.

"Aku baru sampai Masjid Agung Mataram.. Bang. Baru lepas sholat Ashar. Setelah ini aku akan ke Basecamp. Besok baru memulai pendakian, " jelasku menenangkannya.

"I'm okay.. sayang."
Lanjutku.

Pendakian kali ini memang tak kulakukan bersamanya. Karena aku memaksanya untuk mengijinkanku pergi kali ini.
Kembali ke sini.

"Take care of yourself yaa.. istriku. Cepat kembali. Aira berulang kali menanyakanmu," kata-katanya begitu lembut.

_I love you what the way you are, sayang_ ketika aku menjawab lamarannya.
Kala aku bertanya, apakah aku masih diijinkannya melakukan pendakian.
Dia telah berjanji tetap menerima dan menikahi kekuranganku. Membahagiakanku dan Aira.

Abang menyerah.
Merelakan diri menjaga Aira. Ketika aku keukeuh ingin melepas semua kebencian di puncak Rinjani.
Aku yakin, jauh di lubuk hatinya..
Teramat berat melepasku pergi. Karena sebelum menikah, dia selalu berkata akan menemani semua perjalananku menjelajah negeri ini.

"Iyaa.. Bang. I will do my best. Tunggu aku kembali yaa.."

"Okay.. sayang. Jaga kesehatanmu. I miss you so much. Aira pun merindukan mommynya.. sayaang 😘"

"Siap.. Abang. Aku akan segera kembali. See you.. "

"See you around soon, cinta.." tutupnya dengan manis.

Duuh,
Aku begitu merindukannya. Seharusnya dia disini. Our honeymoon di bulan April.
Tapi aku menginginkan pergi di akhir Maret. Dengan semua yang ada pada dirinya, aku teramat mencintainya.
Ketika kegelisahan melandaku seperti hari ini, dia mampu menenangkan badai. Menyederhanakan masalah.
Maafkan aku yaa Bang..
Untuk semua yang tak sempurna pada diriku.
Semoga,
Setelah ini..
Aku menjadi pendampingmu yang mau mendengarkanmu.. Bang.

Salam dari Lombok yaa..
Nanti kubuatkan kopi khas dari pulau kesayanganku ini. My second homeland.
Love you 😘💕❤️
Istrimu./

------

"Vie? Lo dimana?" tanya Shella.

"Hehehehe.. masih d Lombok sayy"

"Eetdaa.. lo ga berubah aja. Gue pikir setelah menikah, lo bakal lebih bisa diem." keluhnya di ujung telpon.

"Mm, diikiit laah." tawaku lepas.
"Gue bete.. marah, benci. Campur aduk"

"Orang yang penting itu lagi?," selidiknya

"Ya"

"Sudahlah.. Vie, jangan menghilangkan pahala kebaikan yang udah lo kasih. Dia memang ga pernah peduli sama perasaan lo.
Abang jauuh lebih layak lo kasih perhatian lebih.. ok dear? ... Pulang segera, kasian Aira.. yaa?" Shella menenangkanku dengan caranya.

"Iyaa... bawel, gue ga akan lama-lama," kelakarku. ... See you around yaa."

"Aashiiyaapp," jawabnya jenaka.

-----

Maka, nikmat mana lagi yang kamu dustakan Vie?

Sudah yaa..
Jika hendak menjelajah, persiapkan dengan matang. Berubahlah.
Alloh telah mempertemukanmu dengan orang yang tepat. Mencintaimu dengan segenap jiwa.
Selalu memeluk kekuranganmu..

Aah..
Dari Senggigi yang mengguratkan lazuardi, aku mengucapkan janji.. akan mengajakmu Bang, bersama Aira.

#aksaradalammakna #petualangjiwa #adventurer #kopidanaku

Tuesday, March 12, 2019

Love in Motion

Aku tetap mencintaimu dalam jeda jarak ruang dan waktu.
Selalu (belajar) memahami dalam ketidaksempurnaan.
Menjalani ketetapanNya yang sudah menjadi garis takdir Illahi.

Alloh tak pernah salah menitipkan rasa pada hambaNya. Dia hanya ingin kita terus saling mendekap keimanan dan ketakwaan dalam do'a.

Abang,
Aku telah menemukanmu dalam do'a yang terjawab. Semua akan aku jalani dengan keikhlasan dan ketakwaan.
Dalam jarak..
Aku merindukanmu dalam hamparan sajadah. Menjadi Imam yang melantunkan ayat-ayat cintaNya yang tertuang dalam kitab suci yang menjadi pegangan.

Jika mataku memburam karena bulir bening yang tak terasa mengalir. Itu hanya upayaku menahan kerinduan yang tak biasa.

Yaa..
Perjalanan kita bukanlah perjalanan biasa.
Banyak waktu belajar yang harus diluangkan untuk saling memahami.

Sejenak aku tertegun, menatap nanar langit kamar yang jauh dari bintang.
Aku mencium aroma tubuhmu.. sayang.
Seolah Abang berbaring disampingku.

Yaa..
Kini aku mahrammu, makmummu.
Yang selalu menantikan saat kita memghamparkan sajadah, melantunkan alunan ayat-ayat Al-Qur'an secara bergantian. (Maafkan kalau aku masih seringkali lupa.. Bang)

Aku merindukanmu dengan caraku. Menengadahkan tangan.. meminta Pencipta kita mendekatkan jarak. Memudahkan hati. Melabuhkan tangis dalam pelukan do'a.

..... jika kukatakan aku semakin mencintaimu dalam ketidaksempurnaanmu adalah benar adanya. Aku, menemukan kedamaian dalam pelukanmu, percakapanmu, nasehatmu.

Masih terekam jelas semua dalam ingatan. Serius. Dan pada akhirnya ditutup dengan kecupan hangat.
I love you.. my hubby. Imamku. With all my heart..😘💕

Mommy...
Igau Aira, sejenak memberi jeda dalam tulisanku. Mengusap airmata. Membenahi selimutnya. Mengecup lembut keningnya.
*_Yaa.. sayang, tidurlah nyenyak. Mommy ada disini._*
Mengusap-usap tangannya yang sejurus mengenggam tanganku. Seperti enggan untuk melepaskannya. Harapan.

Menatap wajah polos itu..
Mengingatkanku pada Abang.
Aku selalu memandangi wajahmu dalam hening malam. Mengusap pipimu. Lalu tak kuasa menahan sang waktu.
Aku selalu merindukanmu. Ketika dekat, apalagi jauh.
Entahlah..
Dan rasanya tak perlu memperdebatkan alasan kenapa.
Karena aku tak tahu jawabannya... 😁

Abang,
Aku sedih..
Karena di saat-saat melepasmu dalam jarak, kita tak sempat meluangkan percakapan yang dalam.
Tentang kita.
Aku selalu ada menemanimu.
Membantu semampuku.
Tapi.. mungkin aku tak sanggup memintamu untuk sejenak meninggalkan hobimu bermain game di ujung waktu. 😁
Karena sejatinya aku bimbang, ragu, dan takut..

Waktu yang kita punya hanya sedikit setelah ini. Semua sudah di ujung lidahku. Ingin memintamu memelukku.
Namun tak sanggup rasanya..
Aku melihat kebahagiaanmu disana..
Maka yang bisa kulakukan hanyalah menemanimu, memelukmu. Dan ujungnya aku terlelap duluan..

Maafkan aku yaa.. Bang,
Dalam semua senyum yang terekam, ternyata aku masih sering menyembunyikan bulir bening yang hanya mampu kutumpahkan di atas sajadah ketika jarak selalu memisahkan.
Jika dirimu jeli..
Maka sebenarnya aku pernah menangis ketika memelukmu. Hanya saja itu mungkin luput dan tertutup oleh euforia permainanmu.

Aku..
Berusaha baik-baik saja disini sayang..
Walaupun sebenarnya tidak begitu. Aku menikmati jeda ruang ini tetap dengan caraku. Memakai topeng, dan mengabarkan pada dunia.. bahwa aku baik-baik saja.

Ohyaa..
Lupa aku mengatakan bahwa aku bahagia. Teramat bahagia menjadi pendampingmu, sahabatmu.
Itulah kebenaran dari topengku.
Tak dibuat-buat.
Aku menerimamu dalam ketidaksempurnaan.
Seperti dirimu yang mengatakan *_I love you what the way you are.. sayang_*

Masih di sepertiga malam, aku terjaga. Masih berusaha menyelesaikan proses perpindahan ini sendiri.
Di sisa waktu itu.. sebenarnya aku ingin meminta Abang membantu. Tapi.. aku melihat.. bahwa dirimu pun butuh waktu untuk memahami perubahan yang datang. Kelu lidahku. Tak mampu mengatakan bahwa aku membutuhkanmu. Bantuanmu sayang..

Kembali maafkan aku..
Itu semua kulakukan untuk tidak menjadi beban tambahanmu.. sayang.

Aku...
Aku angkuh untuk mengakui bahwa aku rapuh. Terlalu arogan.. untuk menyatakan aku lelah. Ingin meletakkan kepala di bahumu. Sejenak beristirahat dari semua beban yang selama ini telah kujalani sendirian. Hanya denganNya...
Semoga ketika aku sanggup menceritakan semua, itu takkan menambah bebanmu. Yang kutahu.. memang tak mudah dan ringan.

Abang,
Jika nanti.. ada kesempatan untuk membagi waktu denganku, bolehkah ku memintamu tak larut di permainan gamemu terlalu lama?
Aku dan Aira, punya banyak​ cerita untukmu. Kita duduk menatap langit dan terus membagi tawa. Sambil membakar marshmallow, jagung, sosis..
Asal jangan membakar rumah orang yaa.. Bang?
Dirimu masih boleh kok.. check in di Chicken Dinner. Hanya batasi saja yaa..😁😀

Hidup terlalu singkat untuk dilalui..

Kami merindukan Abang di sini. Memeluk sepi dengan aroma tubuh yang masih tertinggal.
Baik-baik yaa.. Bang.
Take your time.
Kata-kata manismu (selalu) kutunggu..
Itu teramat menenangkanku hari ini. Ketika lelah menyergapku sepulang kerja.
*_I miss you so badly, till the moon and back.. sayang._*

....

Vie?
Vie?

Panggil Sheilla, di tengah kesibukanku menuliskan cerita dalam notes di gawai. Aku menengadah.

Yaa.. ada apa Shel? , jawabku sambil menatapnya.
"Are you okay, Vie?"
"Yaa.. okay Shel. Hanya kangen aja..
Biasa ada Abang, sekarang jauh..
Itu doang..
Aku belum bisa menyampaikan semua perasaan ke Abang. Masih belajar.. Shel. Terlalu lama sendiri gini niih.." jelasku sambil memeluknya.
Sahabatku inilah yang kini menemaniku.
Keputusan memilih Abang, membuat Uci membuat jarak. Yaa.. aku berusaha memahaminya. Memeluk perbedaan pendapat dengan damai.

"Lo ga pulang.. Vie?"
"Ini baru mau pesan ojek online. Mau ambil paket dulu di kantor Abang..
Lo masih siaran yaa? Sampai jam berapa Shel?"
".. sampai bosan laah Vie, Mas Bono lagi ijin.. hahaha..."
Aku suka melihat tawanya.
"Eehh.. driver gw udah datang Shel. Duluan yaa.. take care, bye..
See you tomorrow yaaa.."
Aku memeluknya dan beranjak pergi.
"Iyaa.. you too, take care.. salam buat Abang dan Aira yaa.." katanya sambil melambaikan tangan.

Makasiihh sahabatku..
Sudah sedikit meringankam rinduku.

Abang,
Aku rindu..
Ingin memelukmu erat..
Dan ingin dipeluk hangat, 💕😘

Yaa Robbil Izzati..
Ringkaskan jarak, mudahkan jalan kami untuk bertemu. Lembutkan hati orang-orang yang ada di sekitar kami...
Maafkan aku yaa Robb, masih sering meminta.

... dan kepalaku teramat berat. Pening.. Bang. Ini biasa terjadi jika aku terlalu dalam berpikir. Tak perlu cemas..
Karena aku akan baik-baik saja.

Adzan pertama sudah berkumandang. Bangun.. Bang.
Tahajjud bareng yuuk.. jadilah Imam. (Selalu seperti itu yaa.. Bang?)
Kopimu pun sudah siap.. sayang,
I love you Abang...

#cintadalamjarak #soulmate #lovelightandrays #pecandusastra #120319

Monday, March 11, 2019

Point Blank

Aira sudah terlelap dalam tidurnya. Memeluk Baymax yang baru kubelikan.
Menghiburnya dari sebuah kehilangan yang teramat membekas.
Tak mudah baginya untuk melupakan.
Baymax, robot perawat yang ada di Big Hero 6, adalah impiannya.

Kami selalu melihat filmnya bersama-sama. Jika aku tak terperangkap di kesibukan yang seringkali membunuh kebersamaan dengannya.
Aira, maafkan Mommy.
Damailah sayang..
Semua tawa hanya milikmu.
Sementara rasa lainnya biarkan milik Mommy..

Ada kepedihan yang tak mampu ku ceritakan. Dari perjalanan hari ini.
Aku melihatnya.
Bersama dengan orang yang selalu menemani langkahnya. Dari titik nol.
Melihatnya di kejauhan. Aku takut. Menggigil.
Ingin menyapanya, tapi.. kembali takut.

Lalu.. otakku memberondong ribuan tanya.
Sementara aku?
Siapa aku?
Vie?

Perlahan, bulir bening mengalir hangat. Membasahi kornea yang terpapar debu. Aku tengah merapihkan kamarku. Berusaha membuang semua sisa perjalanan lalu.
Perlahan bangkit, memperbaiki waktu.
Berdamai dengan luka dan sembilu.
Belajar melepaskan, mengikhlaskan, merelakan, dan memaafkan.

New hope?
Bersamanya?
Beribu tanya menyeruak. Menemani aku yang terjaga. Ada Arsenal vs Manchester.
Menatap Aira yang tersenyum dalam tidurnya. Merapihkan selimut yang mulai menyingkap.

Aku disini..
Masih menunggunya dalam hening. Menjadi bayangan yang tak terlihat. Menyembunyikan cinta dalam gelap.
Tetap menghadirkan senyum. Menyamarkan semua realita yang ada.
Aku memang mempunyai ribuan topeng untuk menyembunyikannya.
Sudah teramat terlatih.

Mungkin hanya sedikit yang mampu menerjemahkannya. Aku membungkus semua dengan sangat baik.
Kepedihan, kesedihan..
Biarlah menjdi cerita dalam hening. Seperti ketika membuangnya di api unggun. Bersama wangi marsmallow yang tersentuh api. Hangat meleleh di mulut.

Kali ini aku (benar) takut. Banyak yang telah kubaca tentang pilihanku kali ini.
Semua berujung pedih.
Sakit. Kecewa.

Apa yang bisa aku lakukan?
Mengemis cinta?
Meminta pengertian?
Menuntut tanggungjawab?

Tak lah..
Walaupun perih, aku hanya ingin dimengerti. Bahasa yang kusampaikan dalam diam. Memintanya mengerti kedalaman cinta yang sudah kuikatkan padanya.

Aku?
Siapa aku? 
Pecundang?

Yaa Robbana..
Mengapa Kau meletakkan aku di jalan yang terdapat pilihan ini?
Memilih dengan tak mudah..
Apa salahku?
Apa aku begitu pendosa, hingga masih pula harus Kau uji (lagi)?
Apakah aku harus selalu diuji?
Terus menerus?
Dengan kadar di atas rata-rata?

Semua pikiran itu terus berkecamuk, sambil melihat wajahnya. Semua ada di keyboard hp. Tatapannya. Senyumnya. Aroma tubuhnya. Parfum dan keringatnya pun sudah melekat dalam alam bawah sadarku.
Aku (benar) merindukannya.

Sayang,
Apakah di ujung hari ini, terselip kerinduan padaku dan Aira?
Atau benar..
Semua cerita yang pernah kudengar. Bahwa pada akhirnya, aku dan Aira akan dibiarkan larut dalam sunyi dan sepi?
Tak dianggap ada..
Apalagi ketika harus dipaksa memilih.
Maka takkan pernah ada aku dan Aira.

Krik..krik..krik..krik..
Aku menatap layar gawai, langsung berselancar.
Menelisik.

Saat ini, aku hanya ingin satu kata darinya.
Sebagai bentuk bahwa aku memang ada dalam hidupnya.
"Malam"

Itu saja..
Bagai cinta kayu pada api, yang menjadikannya abu..
Aku, mengorbankan diriku..

Aku tak pernah menuntutnya. Selalu ingin.. satu saat dia mampu mengerti. Memahami aku. Bisa merasakan apa yang aku rasakan kini. Yang berusaha menahan banyak hal dalam diam. Karena tak ingin menyulitkannya dalam permasalahanku.
Aku (hanya) ingin dia memahaminya. Bahasa langitku.  Detil rasanya..
Memintanya mengerti, tanpa harus kuminta. Karena semua seharusnya jelas tertulis sebagai tanggungjawabnya.

Sudahlah.. Vie, tenangkanlah pikiranmu. Resahmu.
Jangan pernah meminta orang lain memahamimu. Belajar saja mengerti.
Mencerna semua dalam kesabaran, akan lebih melegakan jiwa.
Pemahaman akan hadir ketika kita sepenuhnya memahami. Pengertian akan lahir seiring kita yang mengerti.
Hentikan semua..
Mengalirlah,

Hhh...
Nafas yang panjang terhela. Untuk mengusir semua gundah.
Dan, aku masih terisak. Tertidur dalam tangis. Dadaku sesak menahan semua rasa yang berkecamuk.

Vie, Vie..
Bangun..
"Bukannya kamu harus pulang, Vie? Kasihan Aira."

Perlahan mataku terbuka. Ternyata aku masih di meja siaran. Mimpi.
Tapi seperti nyata. Sesaknya.
Airmatanya.
Lantunan lagu Rindu dari Virzha masih terputar. Ada Shella di seberang ruang, melambaikan tangan. Pulang..
Begitu kubaca gerakan bibirnya.

Mas Bono mengguncang pundakku.
"Ayolah...,bareng pulang.." gamitnya sambil membawa ranselku.
"Kalau ga dipaksa.. kamu akan terus disini..
Jalani saja yaa De, kamu pasti bisa melaluinya. Aku selalu ada buatmu dan Aira. Keep strong for her."

Mas Bono terus menarikku, membukakan pintu, mamaksaku duduk di dalam mobilnya.
"Aku kenal Poer. Dia tak seperti lelaki kebanyakan. Mungkin, dia masih  belajar menyesuaikan.. ya? Berilah waktu.."
"Semua ada masanya.. ya De?"

Kata-kata Mas Bono, seperti menyuntikkan ribuan energi yang menghangatkan hatiku yang dingin. Dia memang teman dekatnya ketika kuliah di Tamansari.
Aku mengenalnya ketika menjadi penyiar. Tak juga tahu bahwa kemudian aku mengikat janji dengan sahabat karibnya. Dunia memang sempit.

Mas Bono mengantarkanku hingga depan kostku.
"Tenangkan hatimu.. De. Yakin sajalah.. Poer akan mencari cara untuk menghubungimu."
Kami bersalaman ala Baymax dan Hiro.
Masih ingat ketika mengajari Abang tentang hal ini. Tertawa terbahak aku dan Mas Bono, karena gerakan Abang kocak.
"Take care.. De."

Mobilnya pun berlalu. Aku masih menatap hingga tak terlihat.
Abang,
Aku rindu..
Terlalu banyak yang terpendam dalam sekam.
Apakah aku (benar) ada?
Benar nyata?
Menapak di realita?

Dan,
Inilah aku..
Yang kini terjebak di cintamu.
Yang mungkin (bukan) untukku.
Sebenarnya..
Sebenar-benarnya, aku teramat mencintaimu. Dan aku takut. Ketika berulangkali menanyakan hal konyol yang selalu hadir dalam otakku.
Otak biruku yang tak pernah diam.

Apa aku ada.. Bang?
Apa dirimu ingat bahwa aku ada sekarang? Kenapa tak kau katakan,
"Take care sayang.." ketika meninggalkan Bandung. Aku takut. Teramat takut.
Untuk sebuah rasa yang selalu menghantui..

Malam ini,
Aku terpuruk. Terlempar ke ruang gelap hati.
Kembali menanyakan hal yang sama. Apakah dirimu akan kembali? Menemaniku dan Aira.
Tak apa sejenak. Karena kami tak pernah meminta lama. Semampumu saja. Hanya....
Hhh.. tak sanggup menyelesaikan semua pekerjaan. Aku terua menangis. Terisak perlahan. Tak ingin mengganggu Aira dan mimpinya.

Dimanakah dirimu.. Bang?
Berikan ujung untuk semua ini. Sebentar saja. Tanpa aku memintanya..
Aku hanya ingin dirimu menyapaku..
Untuk menenangkanku.
Aku takut.. akan menggerus hari-harimu jika terus mengirimkan pesan.
Aku gelisah, manakala semua senyap.
Sendiri memang menenangkanku. Tapi lama-lama kesepian juga.. 😥

Dimanakah Abang?
Di planet manakah?
Haruskah Grot dan Guardians of Galaxy mencarimu?

Abang...

#kopidanaku #pecandusastra #novelku #100219 #titiknol