Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Monday, March 11, 2019

Point Blank

Aira sudah terlelap dalam tidurnya. Memeluk Baymax yang baru kubelikan.
Menghiburnya dari sebuah kehilangan yang teramat membekas.
Tak mudah baginya untuk melupakan.
Baymax, robot perawat yang ada di Big Hero 6, adalah impiannya.

Kami selalu melihat filmnya bersama-sama. Jika aku tak terperangkap di kesibukan yang seringkali membunuh kebersamaan dengannya.
Aira, maafkan Mommy.
Damailah sayang..
Semua tawa hanya milikmu.
Sementara rasa lainnya biarkan milik Mommy..

Ada kepedihan yang tak mampu ku ceritakan. Dari perjalanan hari ini.
Aku melihatnya.
Bersama dengan orang yang selalu menemani langkahnya. Dari titik nol.
Melihatnya di kejauhan. Aku takut. Menggigil.
Ingin menyapanya, tapi.. kembali takut.

Lalu.. otakku memberondong ribuan tanya.
Sementara aku?
Siapa aku?
Vie?

Perlahan, bulir bening mengalir hangat. Membasahi kornea yang terpapar debu. Aku tengah merapihkan kamarku. Berusaha membuang semua sisa perjalanan lalu.
Perlahan bangkit, memperbaiki waktu.
Berdamai dengan luka dan sembilu.
Belajar melepaskan, mengikhlaskan, merelakan, dan memaafkan.

New hope?
Bersamanya?
Beribu tanya menyeruak. Menemani aku yang terjaga. Ada Arsenal vs Manchester.
Menatap Aira yang tersenyum dalam tidurnya. Merapihkan selimut yang mulai menyingkap.

Aku disini..
Masih menunggunya dalam hening. Menjadi bayangan yang tak terlihat. Menyembunyikan cinta dalam gelap.
Tetap menghadirkan senyum. Menyamarkan semua realita yang ada.
Aku memang mempunyai ribuan topeng untuk menyembunyikannya.
Sudah teramat terlatih.

Mungkin hanya sedikit yang mampu menerjemahkannya. Aku membungkus semua dengan sangat baik.
Kepedihan, kesedihan..
Biarlah menjdi cerita dalam hening. Seperti ketika membuangnya di api unggun. Bersama wangi marsmallow yang tersentuh api. Hangat meleleh di mulut.

Kali ini aku (benar) takut. Banyak yang telah kubaca tentang pilihanku kali ini.
Semua berujung pedih.
Sakit. Kecewa.

Apa yang bisa aku lakukan?
Mengemis cinta?
Meminta pengertian?
Menuntut tanggungjawab?

Tak lah..
Walaupun perih, aku hanya ingin dimengerti. Bahasa yang kusampaikan dalam diam. Memintanya mengerti kedalaman cinta yang sudah kuikatkan padanya.

Aku?
Siapa aku? 
Pecundang?

Yaa Robbana..
Mengapa Kau meletakkan aku di jalan yang terdapat pilihan ini?
Memilih dengan tak mudah..
Apa salahku?
Apa aku begitu pendosa, hingga masih pula harus Kau uji (lagi)?
Apakah aku harus selalu diuji?
Terus menerus?
Dengan kadar di atas rata-rata?

Semua pikiran itu terus berkecamuk, sambil melihat wajahnya. Semua ada di keyboard hp. Tatapannya. Senyumnya. Aroma tubuhnya. Parfum dan keringatnya pun sudah melekat dalam alam bawah sadarku.
Aku (benar) merindukannya.

Sayang,
Apakah di ujung hari ini, terselip kerinduan padaku dan Aira?
Atau benar..
Semua cerita yang pernah kudengar. Bahwa pada akhirnya, aku dan Aira akan dibiarkan larut dalam sunyi dan sepi?
Tak dianggap ada..
Apalagi ketika harus dipaksa memilih.
Maka takkan pernah ada aku dan Aira.

Krik..krik..krik..krik..
Aku menatap layar gawai, langsung berselancar.
Menelisik.

Saat ini, aku hanya ingin satu kata darinya.
Sebagai bentuk bahwa aku memang ada dalam hidupnya.
"Malam"

Itu saja..
Bagai cinta kayu pada api, yang menjadikannya abu..
Aku, mengorbankan diriku..

Aku tak pernah menuntutnya. Selalu ingin.. satu saat dia mampu mengerti. Memahami aku. Bisa merasakan apa yang aku rasakan kini. Yang berusaha menahan banyak hal dalam diam. Karena tak ingin menyulitkannya dalam permasalahanku.
Aku (hanya) ingin dia memahaminya. Bahasa langitku.  Detil rasanya..
Memintanya mengerti, tanpa harus kuminta. Karena semua seharusnya jelas tertulis sebagai tanggungjawabnya.

Sudahlah.. Vie, tenangkanlah pikiranmu. Resahmu.
Jangan pernah meminta orang lain memahamimu. Belajar saja mengerti.
Mencerna semua dalam kesabaran, akan lebih melegakan jiwa.
Pemahaman akan hadir ketika kita sepenuhnya memahami. Pengertian akan lahir seiring kita yang mengerti.
Hentikan semua..
Mengalirlah,

Hhh...
Nafas yang panjang terhela. Untuk mengusir semua gundah.
Dan, aku masih terisak. Tertidur dalam tangis. Dadaku sesak menahan semua rasa yang berkecamuk.

Vie, Vie..
Bangun..
"Bukannya kamu harus pulang, Vie? Kasihan Aira."

Perlahan mataku terbuka. Ternyata aku masih di meja siaran. Mimpi.
Tapi seperti nyata. Sesaknya.
Airmatanya.
Lantunan lagu Rindu dari Virzha masih terputar. Ada Shella di seberang ruang, melambaikan tangan. Pulang..
Begitu kubaca gerakan bibirnya.

Mas Bono mengguncang pundakku.
"Ayolah...,bareng pulang.." gamitnya sambil membawa ranselku.
"Kalau ga dipaksa.. kamu akan terus disini..
Jalani saja yaa De, kamu pasti bisa melaluinya. Aku selalu ada buatmu dan Aira. Keep strong for her."

Mas Bono terus menarikku, membukakan pintu, mamaksaku duduk di dalam mobilnya.
"Aku kenal Poer. Dia tak seperti lelaki kebanyakan. Mungkin, dia masih  belajar menyesuaikan.. ya? Berilah waktu.."
"Semua ada masanya.. ya De?"

Kata-kata Mas Bono, seperti menyuntikkan ribuan energi yang menghangatkan hatiku yang dingin. Dia memang teman dekatnya ketika kuliah di Tamansari.
Aku mengenalnya ketika menjadi penyiar. Tak juga tahu bahwa kemudian aku mengikat janji dengan sahabat karibnya. Dunia memang sempit.

Mas Bono mengantarkanku hingga depan kostku.
"Tenangkan hatimu.. De. Yakin sajalah.. Poer akan mencari cara untuk menghubungimu."
Kami bersalaman ala Baymax dan Hiro.
Masih ingat ketika mengajari Abang tentang hal ini. Tertawa terbahak aku dan Mas Bono, karena gerakan Abang kocak.
"Take care.. De."

Mobilnya pun berlalu. Aku masih menatap hingga tak terlihat.
Abang,
Aku rindu..
Terlalu banyak yang terpendam dalam sekam.
Apakah aku (benar) ada?
Benar nyata?
Menapak di realita?

Dan,
Inilah aku..
Yang kini terjebak di cintamu.
Yang mungkin (bukan) untukku.
Sebenarnya..
Sebenar-benarnya, aku teramat mencintaimu. Dan aku takut. Ketika berulangkali menanyakan hal konyol yang selalu hadir dalam otakku.
Otak biruku yang tak pernah diam.

Apa aku ada.. Bang?
Apa dirimu ingat bahwa aku ada sekarang? Kenapa tak kau katakan,
"Take care sayang.." ketika meninggalkan Bandung. Aku takut. Teramat takut.
Untuk sebuah rasa yang selalu menghantui..

Malam ini,
Aku terpuruk. Terlempar ke ruang gelap hati.
Kembali menanyakan hal yang sama. Apakah dirimu akan kembali? Menemaniku dan Aira.
Tak apa sejenak. Karena kami tak pernah meminta lama. Semampumu saja. Hanya....
Hhh.. tak sanggup menyelesaikan semua pekerjaan. Aku terua menangis. Terisak perlahan. Tak ingin mengganggu Aira dan mimpinya.

Dimanakah dirimu.. Bang?
Berikan ujung untuk semua ini. Sebentar saja. Tanpa aku memintanya..
Aku hanya ingin dirimu menyapaku..
Untuk menenangkanku.
Aku takut.. akan menggerus hari-harimu jika terus mengirimkan pesan.
Aku gelisah, manakala semua senyap.
Sendiri memang menenangkanku. Tapi lama-lama kesepian juga.. 😥

Dimanakah Abang?
Di planet manakah?
Haruskah Grot dan Guardians of Galaxy mencarimu?

Abang...

#kopidanaku #pecandusastra #novelku #100219 #titiknol

No comments:

Post a Comment