Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Friday, January 11, 2019

Titik Balik

*02:00 AM*
Detik waktu membangunkanku. Membuka mata, melihatnya, Abang masih terlelap pulas dengan damai. Sejenak menyempatkan mengamati wajah yang telah menitipkan sayang di ruang jiwa. Ingin mampu mengusap lelahnya di ujung harinya.
Terimakasih Tuhan, untuk satu hari lagi kesempatan mencintainya. Menyayangi Abang. Tak terasa, mataku memburam meneteskan airmata dalam diam..

Berikanlah kemudahan, kelapangan rizki baginya.. yaa Robbana.
Sisipkanlah kelembutan hati, untuk selalu bisa menemaninya.
Tak pernah mudah bagiku untuk tenang ketika malam menjelang, dan belum menerima kabar Abang.. *_m home_ ...*
Karena jarak dan waktu yang ditempuhnya tak dekat. Sepenggal kata yang selalu kutunggu sebelum merebahkan RINDU.

Yaa Robb,
Terimakasih untuk titipan RASA dalam jiwaku. Yang menghentikan pencarianku. Abang telah mampu menghadirkan senyum yang memukau di setiap hari yang terlewati bersama. Beberapa menit berjumpa pun telah mampu membahagiakan. Hanya duduk dan berbagi cerita. Semua hal yang sederhana. Karena bahagia bukan tentang apa. Tapi dengan siapa dan bagaimana menikmati setiap helaan nafas bersama.

Mengusap lembut, lengan tangan Abang, membisikkan, *"Abang.. mari kita sejenak bersama tahajjud dan tadarus."* ..atau *"Abang.. Shubuh jama'ah yuuk."* ..adalah hal yang ingin aku lakukan. Begitu damai ketika berada di belakangnya. Menjadi makmumnya.
Bahkan aku sempat meteskan airmata dan terisak ketika pertama kali melihatnya menjadi Imam di sholat Maghrib di kantor lamanya. Semua membasuh kerinduan...

Masih duduk disampingnya. Menatap wajah Abang yang masih dibuai mimpinya. Damai. Begitu menyukai menatap dalam wajah Abang. Karena dari sana, semua cerita berasal. Walau tak selalu seirama dalam langkah.. Terimakasih Abang.. untuk semua hal yang menjadikanku lebih baik.
Abang benar.. rupanya pencernaanku sensitif dengan pedas. Hal yang seringkali aku sangkal.

Aroma Kopi yang tadi kubuat, memenuhi rongga hidung. Rindu menyesapnya bersama Abang. Tapi pagi ini.. aku hanya membuat untuk Abang.
Kembali mengusap tangannya. Mencium pipinya dan keningnya...
Berbisik *_banguun.. Abang, adzan Shubuh. Kopimu pun telah siap_*

*Illahi Robbil Izzati..*
*Jagalah Abang..*
*Berikanlah kesehatan, mudahkan semua langkahnya hari ini..*
*Semua do'a terbaik untuknya. Aamiinn yaa Robbal'alamiin* 😇

I love everything of you.. Abang,

Tuesday, January 1, 2019

1a: RINDU

Kehidupanku begitu berwarna. Semua datang silih berganti.
Seperti kilasan cahaya. Menyembunyikan warna pelangi dalam kilatannya.

Aku, yang mungkin tak terlihat menyembunyikan banyak pertanyaan. Meninggalkan jejak hitam, seperti jejak Shiro setelah menginjak lumpur sawah.
🐾🐾🐾
Jelas terlihat di atas ubin yang baru dipel dengan susah payah.. 😂

Ini ceritaku. Tentang kita. Cerita yang baru akan kutulis bersamamu.
Lembar baru dalam hidupku.
Hampir 6 tahun merasakan pedih dan perih. Walaupun mungkin dalam secarik kertas, yang tertulis baru 4 tahun. Baru kali ini aku berani mengatakan "bismillah" untuk sebuah perjalanan kehidupan (lagi)
Memulainya..

Andai saja semua orang tahu..
13 tahun perjalanan untuk mampu memutuskan. 6 tahun di kesendirian dalam penggalan waktu.
19 tahun? Gosh.. 
Siapa yang sanggup menahan "jatuh" selama itu.

Maka, jika ada yang mengatakan kehidupanku begitu indah. Penuh dengan tawa. I dare you.. please be me, and I believe that you can't survive even a second.

Mostly, I passed through all steps alone..
Lot of deep sadnesses. 
Tak mampu menceritakan pada siapapun. 
Ya, menggunakan topeng adalah cara yang kupilih untuk menyembunyikan pilu.
Seperti jendela kamar yang hanya memburam kala hujan mendera.

Kembali pada ceritaku hari ini..
Di saat kerinduanku sudah tak terbendung. Benarlah.. jika banyak orang berkata: ikhlas itu tak semudah mengatakannya.

Abang, I miss you so badly..
Jika rasa itu sudah tak mampu kutuliskan.. maka pelukan di ujung waktu adalah hal yang mampu menenangkanku.
Sementara jarak masih menjadi batas pertemuan.

11:11 berdetak waktu yang masih mendekapku dalam hening. 
Sudikah kau menjadi sahabatku.. Bang?
Teman perjalanan hidup dalam menjelajah indahnya dunia. Dengan semua dinamikanya. Selalu berkenan menggandeng tanganku, mengajakku menikmati ritme kehidupan.

*_"Dek, kita tak bisa menahan perasaan orang terhadap kita. Hanya bisa mengendalikan bagaimana respon kita atas hal itu."_*

Itu salah satu pernyataan yang aku ingat dari Abang. Belajar mengendalikan respon untuk semua hal yang terjadi dalam hidup.

Mudah? Tak lah.
Semua selalu menjatuhkanku dalam perjuangan untuk bangkit. Mulai belajar memilah dan memilih. Mencarikan sebuah alasan yang paling rasional untuk sebuah keputusan. 
I'm observer. It's always take long to make adaptation. 
Namun sesekali memang kita pun harus melambat. Tak perlu merespon terlalu cepat. Jika tidak terkait dengan nyawa.

Kelemahanku, selalu tentang RINDU. Jarak yang harus kudamaikan dengan hati.. seringkali membuat otakku lelah.
Pening.

Tik..tik..tik..
Aku terus melihat jam. 
Masih ceklis satu. Ada apa.. Bang? ..are you okay? Aku khawatir.. It's something bad happened? 
..oh no, no, no,
I don't want to think anymore..
Worries..

.....................

✅✅ Akhirnya semua kembali dalam keadaan normal.. semua #FAQ terjawab.
But.. I ain't normal yet,
Tersenyum sendiri.
What's up with me?

Mungkin aku kurang terkena matahari. Sedikit berkarat dan berjamur. 😂😁
Dalam makna kiasan tentunya. Karena aku selalu mandi.. 
Aku memang lebih suka diam di kamar kost yang sudah kutempati 4 tahun terakhir. Dan semakin berwarna sejak menemukan Shiro.
Inilah yang membuatku banyak merenung.
Menimbulkan semua tanya yang tak begitu penting. Konyol dan receh..
Sepele..
Namun tetap menyerbu akal sehatku.
Sepele, tapi memang cukup menggerus semua energi positifku.

Efek purnama ketigabelas. Universe clearity.
It sounds crazy but actually so real when you can feel it.
Tubuh ini melemah di titik terendah. Seperti tak menapak. Ini adalah sebuah penjelasan bagi Light Workers. Ketika semesta telah melebur dalam energi yang tak terbaca oleh kebanyakan manusia lain.
Jadi.. 
Seringkali tubuhku dropped. Tak kuat menyangga semuanya. Sendiri.

Yaa.. bersamamu,
Perlahan aku mulai merasakan begitu banyak warna yang mampu kulukis dalam kanvas. Tak melulu monokrom.
Mencoba kembali pada AKU. Yang tak lagi memaksakan topeng untuk sebuah kebahagiaan yang memang layak aku miliki.

RINDU,
Bisakah kau selalu memberikan kabar? Tak apa jika harus kau titipkan pada angin, awan, hujan, angin, batu, bintang, atau semesta. Karena aku selalu tak mampu menenangkan hati. Selalu ingin bertanya, _.. r u okay?_
Dan pun sering terjebak dengan takut _if you're angry_

Hhfft, terlalu menuntutkah aku?
Hanya ingin ketenangan jiwa.. 😪😫

Dan yakinlah.. Bang,
Jika kita masih menatap langit yang sama, kabarmu akan sampai padaku. Dimanapun perjalanan penjelajahanku.
Hingga waktunya nanti..
Aku ingin dirimu bisa menemani dan menjagaku di setiap detik langkah-langkahku.
Perlahan saja, karena kita tak sedang menunjukkan superioritas ataupun kehebatan diri. 
Perjalanan ini untuk melantunkan tasbih, tahmid, dan takbir, atas indah ciptaanNya. Puncak adalah bonus. Kebersamaan adalah tujuan.

................

Awal 2019, hari pertama.

Aku percaya.. ketika meyakini sesuatu, kita pasti akan diuji dengan itu. Semua selalu ada hikmahnya.
Ini seperti _trial_ dari besarnya masa depqm yang akan kau alami  nanti Vie. Kuat atau tidak.. nasehat Mang Udi, sebelum aku mengakhiri sesiku.

Bang,
Kenapa aku mudah cemas? ..gampang terjebak pada kerinduan yang luar biasa...
Aku hanya ingin mendengarkan sedikit kabar darimu.
Karena tak pernah seperti ini. Belum pernah begini. Hujan mulai menambahkan rindu yang pekat. Dimanakah dirimu Abang sayang?

Sejurus bangkit dari tidur, dan berusaha melawan pening yang sudah mencengkeram kepala sejak kemarin.
Aku takkan mengatakan apa-apa pada Abang. Karena aku tahu, bahwa itu hanya akan membuat Abang cemas.
Seperti yang Abang sampaikan..
Membuat Abang merasa tak bermanfaat.
Deg..
Sakit rasanya, membuat Abang merasakan semua kecemasan tanpa bisa melakukan apa-apa.
Maafkan aku yaa..
*Benar* maafkan aku, untuk semua kecemasan tentangku.

Bang,
Sedih tak terperikan, manakala tahu itu yang Abang rasakan. Duuh.. maafkan aku yaa Bang. Terlampau pula jujur..
Aku memang banyak menahan rasa sakit sendiri. Menangis dalam hening.
Maka di satu titik, aku sering jatuh sakit. Ketika badanku tak sanggup menahan beban pikiran.
Kenapa? 
Mengapa semua harus berulang, kembali ke titik nol. Aku dan kesehatanku yang selalu seperti rollercoaster.

Aku, selalu ingin sembuh. Karena jika sakit pun, selama ini sendirian. Seringkali harus berjalan perlahan, menyiapkan makanan sebelum meminum obat-obatan yang kusembunyikan pada semua orang.
Aku selalu ingin baik-baik saja.
Aku ingin lebih lama hidup.
Menemanimu dan Aira..

Aira, gadis kecil itu pastinya akan bahagia mengenalmu. Dia tak pernah bertemu sosok 
_ayah_ yang baik sepertimu.

Sh*t... ingatanku tetiba melesat pada ba**ng** itu,

Lesatan masa laluku, kerap menghadirkan anxieties yang over dosis. Menyiksaku sendiri. Menggerus kesehatan kepala dan ususku. Maafkan aku untuk itu yaa.. Bang,
Semua kesalahanku, yang membuatmu cemas.

Aku ingin menuliskan banyak cerita tentangmu. Tapi mataku terlalu lelah. Merasa kantuk yang luar biasa. Dan hanya sanggup menuliskan, *_Aku mencintai mu_*
Sekian.

Bang,
Dimana dirimu kini?
Cemaskah juga dirimu? Ketika jarak ruang begitu memisahkan kita?

Aku kembali membenahi playlist yang ada d komputer. Rio sudah siap. Melambaikan tangan menyapaku. Tersenyum.
Ini pekerjaanku. Penyiar Radio.
Profesi yang selalu mampu _menyembuhkan dan menyembunyikan_ pilu.
Dalam deretan lagu yang kuputar.

Dan selalu bisa memaksaku untuk sembuh. Belajar tersenyum ikhlas. Walau seringkali siaran dalam kondisi sakit. Kepala berat yang berputar berat.
Tubuhku memang sedang dalam kondisi terendahnya.

Banyak yang tak mampu aku ungkap pada keluargaku sendiri. Pada banyak orang. Tentang diagnosis yang disampaikan padaku ketika itu. Apakah ini waktuku?
Aku dan otakku. Kelemahanku.
Yang pernah terbanting, membentur trotoar depan Mirota Kampus.
Pun, sejak 4 tahun lalu.. 
Pencernaanku pun berontak dalam diam. Seringkali harus bedrest.
Semua cerita tentangku ini, tak pernah jelas kuceritakan. Semua terbungkus dalam diam.
Hening..

Aku, ingin selalu bisa menemani Abang. Always be there.. when you need the supports on what you do. Stand by your side.
I love you, handsome..

Berjanjilah untuk tetap ada disampingku,

Menggandeng tanganku, mengajariku sebuah perjalanan kehidupan (lagi)..

Dari sisi lain,  sisi yang sangat penuh warna..

Never ever let me down..

Hold me tightly

Promise?