Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Friday, December 24, 2021

Senja

Cemburu aku pada Senja, yang hendak berkencan dengan rembulan di ujung hari.
Sementara aku sendirian menatap debur ombak di bibir Senggigi.

Pelarianku kali ini, melarung duka yang tertoreh dalam tahun ini..
Dalam hening alam, aku bersandar di bahu laut dan gunung.

Hanya lelah jiwa yang penuh sembilu.
Jadilah aku, maka engkau akan tahu bahwa berbuat baik takkan pernah cukup.
Mengoyak lembar jerih payah untuk orang-orang yang tak menghargaimu.
Melihat dengan sebelah mata..
Merendahkan!

Wooyy..
Kalian makan uangku selama ini, setiap peluh dan jerih payahku!
Gila..
Benar-benar kacau otakku kali ini. 
Vie,
Tak pernahkah kamu belajar tentang Nabi Khidir?
Al-Khidr (Arab:الخضر, Khadr, Khadr) adalah nama yang diberikan kepada seorang nabi misterius dalam Surah Al-Kahf ayat 65-82.

Nabi Khadir yang mengajarkan tentang ilmu hikmah dan kebijaksanaan kepada Nabi Musa,

Belajarlah sabar dan diam.
Berbuat baik, itu seperti menabur benih kebajikan. Jalan penuntun syurgamu.

Hidup itu tidak datar pun tidak selalu berjalan mulus sesuai harapan. Akan ada hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan. Adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan bisa menimbulkan suatu masalah atau ujian hidup. Di dalam hidup setiap orang bisa naik dan bisa turun. Kadang senang dan kadang juga susah. Salah satu solusi untuk menghadapi berbagai macam ujian tersebut yaitu dengan kesabaran. Sabar dalam menghadapi berbagai macam ujian. Sabar bisa diaplikasikan untuk kesusahan dan juga untuk ujian Alllah SWT yang bersifat kesenangan.

Shobrun jamiil, kesabaran yang sempurna. 
Membantu orang-orang yang membutuhkan uluran tanganmu, tak harus berbalas manis.
Biarkan mereka tak tahu, bahkan mencacimu.

Someday!
Satu hari nanti..
Allah SWT akan memberikan manis di ujung waktu. Membalas semua kebaikan dan kebajikan.
Membuatmu bidadari tanpa sayap..

....

Plak!
Punggungku ditepak.
Adhia mengajakku makan ikan bakar dan plecing kangkung buatan Mamak.

Lombok, selalu menjadi rumah bagi jiwaku yang terluka.
Besok kami akan mendaki Rinjani.
Mengantar Jane, Al, dan Edward.

Mari..
Membisikkan CINTA bersama BIRU di Semburat Indah Langit Rinjani.
Kutunggu!

Friday, December 17, 2021

Hening (2)

Terus mengetik di laptop kantor, dan sejenak menatap jalan raya.
Memperhatikan lalu lalang manusia-manusia yang sibuk dengan semua kegiatannya.
Aku masih disini, menjadi relawan untuk Peduli Semeru.
Tetap mengerjakan semua deadline, sambil membantu healing bagi penduduk terdampak bencana.

Pernahkah kamu duduk sejenak untuk melakukan aksi sosial seperti ini?
Jika belum, maka siapkan ranselmu, ikut dan bantulah sesama.
Kamu tidak akan belajar apa-apa soal empati dan tenggang rasa jika hanya diam di rumah.
Keluarlah!

Sambil menunggu mie rebusku matang, aku kembali menulis.
Berkaca-kaca, memburamkan mataku.
Untung aku meggunakan masker, hingga semua kesedihan itu tak nampak orang.

Menangis lagi.
Kembali terisak, karena kali ini bukan isak dalam diam.
Semua masih terasa sesak di dada dan perih.
Walau mungkin tak seperih kehilangan penduduk disini.

Aku memang rapuh.
Teramat sangat..
Seringkali lelah menjadi perempuan kuat. Karena sejatinya, aku memang hanya perempuan biasa.
Yang selalu belajar menjadi baik.
Mencintai tulus tanpa syarat.

Di lereng Sindoro, aku merebahkan penat sejenak di Watu Gede.
Kala itu.
Menyaksikanmu kelelahan.
Ini kali pertama kita berjumpa.
Gunung selalu mampu menjadi pelarian terbaik.
Membuka topeng-topeng palsu manusia.
Yopie.
Tanganmu mengulurkan jabat tangan hangat.
Solo hiking? Tanyamu.
Ya.
Kepalaku mengangguk.
Ettdaa..
Hayo gabung sama rombongan kami, ajakmu.

Vie!

Aku terkejut. Ternyata itu hanya lamunanku. Yang terlempar pada kenangan tentangmu.
Selalu berharap pertemuan denganmu lagi.

Mas Bowo memanggil, karena rupanya mieku sudah siap.
Bengong aja..
Ujar Mas Bowo sambil cekikan.
Banyak kok.. yg masih jomblo di tim relawan. No worries..
Lanjutnya menggangguku yang cemberut.
Apa siih.. kelakku.

“Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku” – Umar bin Khattab

Tak perlu menggenggam CINTA dan RINDU terlalu erat. Karena itu ibarat menggenggam pasir. Tak bersisa, 

Tak ada kebetulan dalam hidup.
Semua yang terjadi, baik atau buruk, adalah takdir yang sudah menjadi ketetapanNya.
Tertulis di Lauhul Mahfudz.

Mengelak dan menyalahkan orang lain, hanya akan membuatmu lupa untuk instropeksi diri.
Mungkin, kejadian buruk (menurutmu) adalah ucapan/do'amu yang terijabah.
Ucapan ketika marah.
Do'a ketika gundah.

Tak perlu menyalahkan orang lain. Untuk semua kejadian buruk yang menimpamu.
Duduk, diam bermunajat akan lebih dapat menenangkan.
Ketika menunjuk orang lain, ingatlah bahwa 4 jari lainnya menunjuk padamu. Dirimu.
Belajarlah membaca diri.
Karena kita bukan makhluk yang sempurna.

"Tidak perlu menjelaskan dirimu kepada siapapun, karena yang membencimu tak mempercayainya dan yang menyukaimu tak perlu itu"

Pesan dari Ali bin Abi Thalib ini, semoga akan membuatmu tenang Vie.

Pesan dari Mas Nirwan masuk.

Thursday, December 16, 2021

Hening

Sejenak, menghitung orang-orang yang lalu lalang.
Ramai.

Namun tetap hening dalam jiwaku.
Melihat punggungmu berlalu, di tanjakan Cinta, di sepenggal kenangan perjalanan Semeru kala itu, membuatku selalu ingin mendekap semua cerita petualangan kita.

Di semua gunung yang kita daki bersama, selalu menyimpan indah kebersamaan.
Sesapan kopi di depan hangat api unggun, mengalirkan nyanyian Rindu, di dekapan dingin malam.

Tatapanmu, tajam.
Seolah mengatakan, "semua kan baik-baik saja".

Di langit Rinjani pun, kita sama-sama melarungkan lara.

Ingatkah pada janjimu, 
Bahwa suatu hari, kita akan kembali mendaki. Menjadi partner in crime.
The best one.

Di satu senja.
Lagi, di RINJANI!

Wednesday, December 15, 2021

Aira: Unconditional love

Dear Aira,

Jika engkau menemukan surat ini, artinya sudah waktunya dirimu tahu sebenar-benarnya dirimu..

Sayang,
Ibumu, 
Adalah sahabat karib Mommy.
Wanita yang terus tegar dalam badai.
Sosok yang tak pernah lelah merajut mimpi-mimpi, walaupun layar jiwanya terkoyak.

Untukmu,
Ia bertahan menentang badai hingga takdir maut memisahkan.

Tangannya, terus menggenggam jemari Mommy..
Manakala membisikkan kalimat syahadat, di ujung nafasnya..
Titip Aira yaa.. sambil menutup mata selamanya.

Tanah merah basah,
Mommy memelukmu dengan semua kehangatan cinta.
Menjagamu dalam setiap lantunan do'a,

Tak ada cerita yang sempurna sayang..
Tapi hidup harus terus berjalan.
Percayalah,
Mommy akan selalu ada menjagamu, dalam cinta tanpa syarat..