Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Friday, December 17, 2021

Hening (2)

Terus mengetik di laptop kantor, dan sejenak menatap jalan raya.
Memperhatikan lalu lalang manusia-manusia yang sibuk dengan semua kegiatannya.
Aku masih disini, menjadi relawan untuk Peduli Semeru.
Tetap mengerjakan semua deadline, sambil membantu healing bagi penduduk terdampak bencana.

Pernahkah kamu duduk sejenak untuk melakukan aksi sosial seperti ini?
Jika belum, maka siapkan ranselmu, ikut dan bantulah sesama.
Kamu tidak akan belajar apa-apa soal empati dan tenggang rasa jika hanya diam di rumah.
Keluarlah!

Sambil menunggu mie rebusku matang, aku kembali menulis.
Berkaca-kaca, memburamkan mataku.
Untung aku meggunakan masker, hingga semua kesedihan itu tak nampak orang.

Menangis lagi.
Kembali terisak, karena kali ini bukan isak dalam diam.
Semua masih terasa sesak di dada dan perih.
Walau mungkin tak seperih kehilangan penduduk disini.

Aku memang rapuh.
Teramat sangat..
Seringkali lelah menjadi perempuan kuat. Karena sejatinya, aku memang hanya perempuan biasa.
Yang selalu belajar menjadi baik.
Mencintai tulus tanpa syarat.

Di lereng Sindoro, aku merebahkan penat sejenak di Watu Gede.
Kala itu.
Menyaksikanmu kelelahan.
Ini kali pertama kita berjumpa.
Gunung selalu mampu menjadi pelarian terbaik.
Membuka topeng-topeng palsu manusia.
Yopie.
Tanganmu mengulurkan jabat tangan hangat.
Solo hiking? Tanyamu.
Ya.
Kepalaku mengangguk.
Ettdaa..
Hayo gabung sama rombongan kami, ajakmu.

Vie!

Aku terkejut. Ternyata itu hanya lamunanku. Yang terlempar pada kenangan tentangmu.
Selalu berharap pertemuan denganmu lagi.

Mas Bowo memanggil, karena rupanya mieku sudah siap.
Bengong aja..
Ujar Mas Bowo sambil cekikan.
Banyak kok.. yg masih jomblo di tim relawan. No worries..
Lanjutnya menggangguku yang cemberut.
Apa siih.. kelakku.

“Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku” – Umar bin Khattab

Tak perlu menggenggam CINTA dan RINDU terlalu erat. Karena itu ibarat menggenggam pasir. Tak bersisa, 

Tak ada kebetulan dalam hidup.
Semua yang terjadi, baik atau buruk, adalah takdir yang sudah menjadi ketetapanNya.
Tertulis di Lauhul Mahfudz.

Mengelak dan menyalahkan orang lain, hanya akan membuatmu lupa untuk instropeksi diri.
Mungkin, kejadian buruk (menurutmu) adalah ucapan/do'amu yang terijabah.
Ucapan ketika marah.
Do'a ketika gundah.

Tak perlu menyalahkan orang lain. Untuk semua kejadian buruk yang menimpamu.
Duduk, diam bermunajat akan lebih dapat menenangkan.
Ketika menunjuk orang lain, ingatlah bahwa 4 jari lainnya menunjuk padamu. Dirimu.
Belajarlah membaca diri.
Karena kita bukan makhluk yang sempurna.

"Tidak perlu menjelaskan dirimu kepada siapapun, karena yang membencimu tak mempercayainya dan yang menyukaimu tak perlu itu"

Pesan dari Ali bin Abi Thalib ini, semoga akan membuatmu tenang Vie.

Pesan dari Mas Nirwan masuk.

No comments:

Post a Comment