Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Sunday, May 5, 2013

ANAKKU SAYANG 2

Pagi ini seharusnya kita bisa berkumpul bersama merasakan hangatnya mentari ditemani secangkir susu untuk kalian masing-masing dan kopi untuk Bunda.. yaa Nak?
Betapa mahal pertemuan keluarga lengkap bagi keluarga kita kini..
Dan itupun masih terpenggal dengan amarah yang seharusnya tak terlontarkan untuk kalian yang lebih banyak merenda hari tanpa kami.. orangtua kalian.

Maaafkan... Bundamu ini.. Nak,
Yang belum mampu menepiskan gundah yang datang, dan belum sanggup memeluk kalian dalam kebahagian perasaan.
Benar... tolong maafkan Bunda untuk kelemahan ini yaa... Nak?
Mudah-mudahan esok hari atau lusa, Ibu bisa menemukan keberanian untuk membuka diri dan mengatakan yang sesungguhnya, demi kebaikan kita semua.

Tahukah dirimu... Anak Sulungku,
manakala tadi kau menitikkan airmata sebagai ekspresi gundah dan kekecewaan yang luar biasa sambil terduduk memegang sapu... baru kini Bunda sadari bahwa beban yang kau tanggung sangatlah berat untuk membagi damai pada Bundamu yang sudah seminggu ini meminta punggungmu untuk Ibu sandari karena limbung menahan perasaan lara.

Tahukah kau... Bunda, katamu lirih, Seharusnya Ayah tak hanya berkata kasar pada kami, karena seharusnya ini bisa lebih mudah jika dilakukan bersama.  Ayah jangan hanya bicara, tanpa melakukan apa-apa, karena ia pun sebenarnya tak melakukan perubahan apa-apa.
Sudahlah... Fai, tak perlulah kau debat Ayahmu terus menerus.. karena itu memang tak akan membawa kebaikan, kataku lembut menenangkan amarah yang bercampur airmata.
Bunda sangat mengenal Ayah kalian... dan itulah kenapa Bunda masih bertahan untuk mencoba mendiamkan apa yang terjadi.
Aaaahhh.... ga bisa begitu terus... Bunda, karena kalau Bunda melakukan itu.. keadaan tak akan membaik pula, sanggahnya menolak pilihan sikapku.
Fai... kalau Bunda bersikap keras dan benar-benar mengambil langkah untuk meluruskan ini... siapkah kalian berpisah dengan Bunda? Karena Ayah kalian takkan ridha jika kalian memilih ikut bersama Bunda, jelasku sedih dan tak kuasa menahan airmata, ketika menjabarkan kondisi okari orangtuanya dengan segenap kejujuran.
Bunda tahu... Fai, kemarahan Ayah bukan tertuju pada kalian, dan Bunda minta maaf jika kalian terkena imbas atas semua amarahnya.  Amarah Ayah.. lebih karena Bunda terus mencari mimpi Bunda.. Fai, masih dengan lembut dan airmata yang memang menetes.
Bunda berhak mengejar mimpi Bunda.., Fai berteriak, Ayah tak adil pada Bunda!!.

Ok.. Fai, jika berbicara tentang hidup.. kita tak akan bicara tentang konsep keadilan.  Karena hidup seringkali memang tak adil, jika kita tak memberi keadilan itu. 
Hmmm.... kutahu.. Fai, terlalu rumit masalah yang kini Bunda jabarkan ini, dan dengan usiamu yang masih muda, maka tak terkejarlah konsep yang Bunda sampaikan ini, bisikku lirih dalam hati.
Yang harus kulakukan adalah menjauhkan rasa dendam pada ayah kandungnya sendiri, karena ketika kulihat tatapannya, penuh dengan rasa dendam. Wah... wah... ini sudah tidak sehat secara psikologis, tegasku dalam hati.

Kalau memang itu yang terbaik... siapkah kalian jauh dari Bunda? Dan kau akan menjaga adik-adik untuk Bunda?, tanyaku semakin sedih.
Fai terdiam dan menatap nanar padaku.
Ga mauu... Bunda... kalau memang itu pilihannya... aku akan hidup sendiri saja.  karena Ayah seringkali kurang adil pada kami.
Nah... apakah kau mengerti sekarang Fai, jika Bunda berani mengatakan yang sebenarnya untuk mencoba meluruskan kericuhan pagi ini... bisa jadi keluarga kita bisa seperti keluarga Tante Wati,  Inginkah kau itu... Fai? 
Bunda sangat tidak ingin terpisah dari kalian, maka kepedihan yang Bunda rasakan ini cukuplah Bunda simpan dan tetap berusaha jadi orang yang waras untuk bersikap, dan ingat... Fai, jaga mulut dan pembicaraanmu pada Ayah yaa... nak?  Kekerasan bukan harus dilawan dengan kekerasan.  Berdoa sajalah Fai.. semua akan baik-baik saja.
Jika nanti Bunda sudah mendapatkan mimpi Bunda... ikutlah di sana bersama Bunda.  Meretas mimpimu.. karena yang Bunda perjuangkan kini... semuanya benar-benar untuk kalian... Nak, jelasku gamang dan mengusap rambutnya.
Ah.. tak terasa waktu begitu cepat berlalu... Fai, kau sudah sebesar ini, desahku dalam hati.  Terimakasih... nak, telah memberi Bunda kekuatan lewat senyummu, ceritamu dan celotehmu jika Bunda pulang kerja.
Segelas kopi yang selalu seruput tanpa izin, dan kemudian kumarahi dirimu... Kau tak sopan itu... Fai.
Ahhh.... sedikit saja Bunda..., candamu.

Fai, Dani dan Riri yang Bunda sayangi...
Jika kalian menemukan surat ini dalam laci, setelah Bunda menuntut ilmu di tempat yang jauh... ingatlah selalu... bahwa kalian adalah jiwa Bunda.  kalian adalah energi kebahagiaan Bunda, yang selalu menguatkan Bunda untuk bertahan dalam semua deraan masalah yang memang tak mudah untuk Bunda jalani sendiri.
Apa yang terjadi pagi ini... Fai, Bunda harap bisa menjadi pelajaran berharga untukmu agar bisa menjaga adik-adik dengan sekuat tenaga yang kau punya... ya?

Bunda tak selalu yakin bisa terus bertahan di kondisi ini... Nak, tapi Bunda berjanji untuk tetap menjaga kalian, semampu yang Bunda.
Jika jarak nanti telah membentang... ingatlah selalu.. bahwa semua ini Bunda lakukan untuk masa depan yang lebih baik untuk kalian.

Terimakasih yaa.... sayang, untuk semua senyum, kopi dan teh panas yang kalian buat penuh rasa cinta, tetap menunggu Bunda untuk berebutan berbagi cerita, berdesakan di kamar Bunda.
Maafkan Bunda, karena mungkin Bunda belumlah menjadi Bunda yang kalian idamkan.  Sekuat tenaga... Bunda berikan cinta, sayang dan perhatian di setiap, walau itu Bunda berikan di sisa waktu Bunda.
Maaf yaa.... sayang,
Di waktu yang tersisa itu bukanlah bermaksud untuk menganggap kalian tidak penting.  
Tapi memang Bunda hanya manusia biasa.. dan waktu Bunda tetap sama dengan kalian atau Ayah yang [hanya] 24jam.

Hmmm... do'akan dan ingatlah saja.... sayang,
Badai pasti berlalu.....
Yakinlah!

Peluk dan Cium
Bunda

No comments:

Post a Comment