Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Tuesday, May 21, 2013

TAK ADA YANG ABADI

Malam ini aku belajar banyak hal, memahami kehidupan jauh lebih baik.. dari yang selama ini aku yakini.  Makna dan hakikat yang memang harus ada dalam benak semua manusia.
Datang dan pergi, sehat dan sakit, hidup dan mati.  Banyak yang tak siap jika harus menerima sakit, kepergian ataupun kematian.
Keikhlasan itu akan memberikan buah yang manis.
Malam ini, sebuah kejutan hidup benar kuterima.

Pencarian sahabat karib yang entah mengapa, menghilang tanpa jejak dan menghadirkan sejuta tanya dalam hati. Adakah kesalahan yang kulakukan, hingga ia pergi tanpa meninggalkan pesan.
Mulai menyakini bahwa sesungguhnya sahabat, teman, anak ataupun suami atau istri itu merupakan ikatan yang tidak boleh dimiliki dan digenggam erat dengan cinta.
Karena cinta yang hakiki hanya ada dua, yaitu cinta Alloh SWT pada hambaNya dan cinta orangtua pada anak-anaknya.
Hal ini sudah kuketahui sejak aku disekolahkan ayahku di sini, tempat aku menggali ilmu agama dan dunia.  Banyak pelajaran hidup yang diberikan, baik berdasarkan ayat-ayat suci Al Qur'an maupun melalui kisah para Nabi.

"Apa kabar rembulan?", tulisnya dalam sms yang masuk pada HPku pukul 07:51:16 PM.
Awalnya kupikir, sms yang masuk ini berasal dari temanku yang lain yang memang sedang terlibat pembicaraan singkat sambil menemaniku memasak makan malam untuk anakku.
Namun ketika membuka kunci HP dan membaca pengirimnya, aku sangat terkejut dan merasa "shock" sesaat.  Kakiku lemas, dan tak mampu berkata apa-apa.

Yang kulakukan hanyalah memandangi layar HPku dan kembali membaca perlahan satu kalimat tanya yang kerap ia gunakan, jika menyapaku di malam hari.
"Ya Rabb... Izinkanlah... aku mencoba bangkit dari lelah hati."
Begitulah bunyi status yang kutulis untuk mencoba mengikhlaskan kejadian yang kurang mengenakkan hatiku selama dua minggu.
Seringkali kusembunyikan tangisan di tengah peraduanku, ketika menjelang tidur jika mengingat semua kenangan-kenangan manis yang jujur memang belum pernah aku rasakan di pertemananku dengan sahabat atau teman lainnya.
Aku bukan orang yang mudah bergaul di kehidupanku, walau memang aku orang yang supel.  Semua pertemanan akan kuanggap biasa saja, karena aku memiliki prinsip "do not want to believe in any kind of friendship anymore".
Aku benar-benar terikat pada prinsip ini sejak dikhianati oleh sahabat karibku yang bahkan sudah kuanggap saudara, karena kami memang tumbuh bersama dan memiliki kamar yang sama di sekolah ini.
Pahit dan sakit, ketika menerima kenyataan yang sebenarnya memang nyata harus kuterima sebagai bukti "Tak ada yang abadi."

Pagi membangunkanku untuk segera beranjak dari tidur yang baru terasa nyenyak selama dua pekan.  Kelelahan hati yang mengelayut.. perlahan sirna.
Dan tak kusangka itu hanya bisa kurasakan sesaat saja.
Well, hidup itu akan terasa semakin indah dengan cobaannya.
Ingin rasanya melontarkan keluhan padaNya,
Tapi... dengan banyaknya kenikmatan yang telah diberikanNya padaku.. masih layakkah kulakukan itu?

Beri aku kekuatan.. Yaa Rabb...
Karena di pagi ini.. [kembali] kurasakan perih.
Aku tak pernah berpikir akan melangkah menjauh sedetik pun, jika dia pun inginkan aku.
Menganggap aku bagian hidupnya, penting baginya.  Terlalu  sakit rasanya jika selalu menghitung waktu, tapi memang sudah lebih dari enam tahun kujalani itu. Menjadi bagian dari dunia yang memang tak ada.

Kuusap airmata yang memang tak pernah kering, menangisi kegundahan yang memenuhi relung jiwa.  Meredakannya dengan menarik nafas panjang.. seperti ketika yoga.
Tak bisa kupungkiri keterikatan yang terjalin lama tak jua membuat semua membaik.
Kian hari yang terasa hanya seperti benang kusut, yang tak nampak ujungnya.  Jika kuurai itu sendiri berapa lamakah waktu yang kubutuhkan?

Yaa... ketegaran itu mereka (permataku) butuhkan untuk meneruskan hidup dengan masa depan yang cerah.

Kini... keterbatasan kekuatanku sebagai wanita biasa,memang tengah teruji.
Badai yang menyaput perlahan, mulai menggumpal pekat di langit jiwa.
Aku tak tahu kemana lagi aku harus berpijak, dan siapa yang bisa dipersalahkan.
Tapi, aku takkan mau melemparkan kesalahan pada siapa-siapa, karena itu bukan kedewasaan.
Namun... aku juga tak cukup punya keberanian untuk membuka komunikasi yang mencoba mengurai kekusutan yang tengah terjadi.
Aaahh... sudahlah..
Biarkanlah waktu yang akan menyembuhkan diriku dan jiwa-jiwa yang terluka.

Kini..
Ada di titik nadir.. mengingatkanku untuk kembali bersyukur.. bahwa.. aku masih bisa berdiri, bukan untuk siapa-siapa yang bahkan sebenarnya tak terlalu perduli...
Semua perjuangan dan pengorbanan ini... (hanya) kulakukan untuk ketiga permata hati yang terus kujaga.
Walau enggan beranjak, biarlah duka kujadikan teman saja...
Kubaringkan sejenak gejolak dalam hati.. dan benar-benar terlelap.
Maka lelap yang sekejap itulah yang menjadi mimpi indah kini.

Paagiii..
Kukatakan itu tegas untuk hari yang dimulai dengan "negatif".
Aku hanya ingin kau benar tahu... walau hati ini sedang merapuh dan letih, tetap inginkan jadi yang dirindu.
Tak terfahamkan dengan baik, jika harus kulalui sepanjang hari dengan "bad mood" kan?
No, I always decide that I wanna happy.. no matter how...

Yaa.. jujur memang itu tak cukup mudah dijalani.

Pukul 01:35, hhmm... sudah dini hari.. dan mataku belum merasakan kantuk yang hebat untuk berbaring di peraduan.
Tadi.. sekejap ia terjaga, dan mengatakan "aku padamu.."
Berjuta tanya masih bergelayut dalam benak, untuk kalimat yang disampaikannya.
Aneehh... siihh, 2x mengetik "Vie.." dan kemudian terdiam dalam jeda yang panjang.
Tapi.. aaaahh.. sudahlah.. baru kali ini aku benar-benar bisa merasakan menemaninya, memandangnya dengan bahagia karena melihat wajahnya yang damai.
Hari ini pula, aku hampir melayang ke langit, tapi itu kuurungkan.. (karena sedang berada di bis kota.. *tersenyum simpul saja).
Semua karena kubaca, "Mentari pagi yang tersenyum simpul ini, selalu ingatkan ku padamu.."
Maaniiiiis sekaaaliii... rasanya kali ini, seakan berbanding terbalik dengan pahit yang kuterima pagi ini.

Mungkin jika kau membacanya dan berkata aku terlalu berlebihan tentang hal ini, sah-sah saja.
Namun, buatku yang lebih banyak menghabiskan waktu dengannya, sangat merasakan perubahan yang luar biasa, dalam kekayaan bahasanya.
Sekarang Dy lebih manis dari "gula"... uupppps... bisikku pada diri sendiri.
Tersenyumlah... (lagi)

Memang ketika aku benar terpuruk, saat kehilangan sahabat yang sering menemani, entah mengapa Dy ada.  Dan ia selalu ada, dengan atau tanpa kata...
Aku tak pernah merencanakan apa yang terjadi dalam hal ini, karena itu (benar) rahasia hati.
Perjalanan waktu yang mulai menunjukkan jalannya.
Namun, ingin kukatakan dalam diam padamu... Dy,
Jauh di lubuk hatiku... do'aku hanyalah inginkan kau benar bahagia dalam hidupmu.
Dan..
Tolong ingatkan aku, jika aku memang sudah melanggar wilayah yang memang jadi milikmu sebelum kehadiranku.
Bisakah itu... Dy?

Kukatakan itu, sambil menoleh padamu dan tetap melihat wajah yang terpulas dalam damai.
Kepenatan harimu itu terlihat, namun mungkin sengaja kau tutupi dariku.
Baiklah... Dy, tak mengapa... aku bukan orang yang ingin terlalu tahu sebenarnya.
Kejujuran dan kepercayaan itu akan muncul di level nyaman tertentu kan..??
Maka... (kembali) biarkan waktu yang mengujinya.

Ingin benar kupeluk dirinya yang terpulas, untuk mempercayai.. kesejatian yang termiliki ini.
Tak pernah bosan memeluk dan menggenggam tangannya, di perjalanan pulang, karena kehangatan dalam dada selalu perlahan hadir.
Manakala kegelisahan itu muncul... maka ingin kuhalangi waktu.. untuk bisa merasakan kebersamaan yang [lebih] lama.
Namun penggalan waktu... selalu juga menghadirkan kegundahan.. ketika melihatnya pergi.
Dan memang... akan ada pagi yang lain, dengan cerita yang lain.
Maka.... semoga,, (tetap) ada Dy...

Hari ini..
Mataku berkaca untuk menyembunyikan rasa yang memang sulit untuk aku bagi.. saat ini
Maafkan aku untuk itu..
Belum bisa aku menahan tetesan airmata untuk mewakili kegundahan yang penuh sesak berjejalan dalam jiwa.
Maka, biarlah waktu (lagi) yang terus bergulir menyembuhkannya. 
Karena sebenarnya... aku banyak bertanya tentang makna "tak ada yang abadi".. Dy.
Melepaskan rasa kehilangan yang menyesakkan dada itu, bukan hal yang mudah dilakukan.
Ketabahan itu hadirkan do'a yang tak henti mengalir dalam denting dawai hati.

Jika pun itu juga terjadi...
Bisakah... kuminta kau tetap menemani.. Dy?
Atau...
Ini hanya permintaan yang [tak adil] bagimu?
Jawablah ini semua... dengan kejujuran.. ya.. ?
#pintaku

Maka... jika pun tulisan ini kuteruskan..
Semua akan bermuara pada "ketakutan" ku tentang PERGI.

Dan perlu kau fahami pula, bahwa kehadiranmu menjadi pelangi yang cerahkan hari (selalu).








No comments:

Post a Comment