Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Tuesday, May 28, 2013

(MASIH) HUJAN: CERITA HATI (2)

Paagiii...

Ya.. aku memang sangat suka pagi.
Apalagi saat ini, ketika bisa merasa pelukannya di setiap pagi. Sangat hangat..
Merindukannya adalah hal terindah yang pernah kulakukan sepanjang waktu dan hidupku.
Namaku Vian dan panggil saja aku Vie.. begitu caraku memperkenalkan diri.
Aku seorang penulis lepas, penyiar serta konsultan dengan hobi yang mungkin sangat tidak lazim buat wanita.
Yaa.. aku memang tidak pernah suka jalan-jalan di Mall, karena konsep jalan-jalan buatku.. ketika kita bisa merasakan adrenalin meningkat dengan kegiatan ekstrim atau menikmati tempat-tempat baru dengan eksotisme khasnya.  Mendaki gunung (tanpa) alat pendakian, itu sangat keren, atau bahkan menikmati perjalanan alam seorang diri sendiri untuk meredakan badai hati, adalah salah satu kegilaan yang pernah dan akan kujalani untuk mengisi nada-nada kehidupanku.
Bedanya dengan petualang lain, aku tetap menyukai hal-hal yang terkait lekat dengan kewanitaan.
Memasak, berdandan atau bahkan tampil feminin masih berkenan kulakukan.
Terkadang... jika kutampilkan sisiku ini, banyak yang tak menyangkanya, malah menyangka aku sedang "tak waras".
Hahahahaa...... ada-ada saja pendapat teman-temanku ini.  #beingbeingonly.
Aaaahh.... aku memang tak pernah terlalu memusingkan pendapat orang tentang diriku.
I'm happy go lucky person.... and whatever!
That's me, what the way I am.

Langit biru yang menyapa indah.. terlukis hatiku dengan kerinduan padamu.
Kutitipkan  pelukan hangat untuk.. Fidy.. yang biasa kupanggil Dy.
Dia adalah sahabat yang telah menjabat hatiku dengan erat.
Kami bertemu dua tahun lalu, dalam kesempatan formal dan semua memang berjalan biasa saja.
Jalinan komunikasi kami pun biasa saja, dan hampir semua temannya di kampus kukenal dengan baik.
Jika pun kini menjadi begitu lekat di keseharianku, hal itu tak kami rencanakan sama sekali.
Semua mengalir begitu saja, begitu lepas hingga tak tampak lagi batasan komunikasi antara kami.
Hmmmmm...
Rasanya.. jika boleh selalu kupinta padaNya, tak ingin sedetik pun melepas waktu dengannya tanpa jeda.

Namun..
Jika saatnya tiba..
Jarak yang akan membentang di antara dua benua ini.. memang sedikit terasa melelahkanku, jika membayangkannya hingga kini.
Perjalanan waktu yang kini memang terasa semakin cepat, seperti memendekkan kebersamaan yang telah terjalin.
Dan dengan keyakinan yang tak terputus ini,
Aku... percaya padanya, bisa terus bersama walau ada batas ruang di antara dan mengabaikan pendapat teman-teman yang mengatakan cerita ini akhiri saja.
Aku percaya.. kami akan selalu saling menjaga, saling memiliki serta saling mendukung jika terjatuh.
Dia selalu ada dalam hidupku, ditemaninya membuat hidupku penuh pelangi, bersama arungi deras waktu.

Hmmmm... kubaca dalam tulisan yang ditulis di website bahwa:

Waktulah yang menyelamatkan cintamu, karena waktulah yang mengerti berharganya cinta dalam hidup.

Paagii...
Matahari yang tersaput awan, melukiskan kepedihan yang kini kurasakan.
Jangan cepat menyerah menjalani hidup ini.. Dy..

Jika aku diizinkan mengulang waktu... akan kunyatakan dengan jelas "aku juga merindukannya, seperti ia merindukan ku."
Andai aku diperkenankan memilih kata.. maka kukatakan tegas, "aku ingin selalu menghabiskan pagi, siang dan malam dalam hangat pelukannya."
Tetaplah saja bersamaku, menjalani petualangan yang tak pernah berakhir.. dan  tanpa jeda.

Aku memang terus bisa merasakan ketenangan dan kedamaian yang kini jadi milikku.
Hanya jika aku bersamanya.  Jari jemariku tiba-tiba terhenti... ketika menuliskan kalimat itu...
Hhhhuuuftt.... menghela nafas, melegakan sesak yang menyeruak dalam dada.

"Vie... waktumu." Mbak Anis memanggilku, mengingatkan sekarang waktuku on-air.
"Yaa... Mbak..," gegasku menuju studio, sambil menghabiskan kopi yang mulai dingin karena kutinggal menulis tadi.


Yaa... aku memang amat suka menulis, karena dengan melakukannya aku menyembuhkan hatiku ketika gundah.  Di blog pribadiku, kubuat banyak cerita... puisi atau bahkan artikel tentang penelitian yang aku suka (walau bagian terakhir ini sangat jarang kumasukkan.. hehehe).
Aku memang jarang bisa "serius" tentang hidup, karena itu bukan aku.
Tapi bukan berarti aku tak menentukan langkah pasti masa depanku.
Buatku hidup harus mengalir, dan kita yang mengikuti alurnya saja.

"Aneeh... deh, kopi itu enaknya diminum panas... Vie," seloroh Mbak Anis.
"Aaahhh.. buatku... yang penting itu minum kopi.. Mbak, bukan susu..." jawabku sekenanya, sambil tersenyum lebar.


Aku memutarkan lagu Tulus yang berjudul Teman Hidup, sangat jazzi dan memang easy listening, sebagai lagu pembuka.  Sangat menenangkan hatiku..
Menyapa pendengar dengan sapaan khasku yang ceria.  Walau ini kulakukan dengan hati yang tak menentu.
Yaa.. untunglah buat kami yang berprofesi sebagai penyiar.. karena wajah kami tak terlihat jutaan pemirsa seperti news anchor.
Suara kamilah.. yang merasuk di mimpi atau mengisi hari pendengar.  Sehingga ekspresi wajah yang terpancar jelas dari mata takkan pernah bisa terbaca.  Memudahkan kami jika tengah mengalami kegalauan yang luar biasa.


Sambil membaca request yang masuk di line telfon.  Mas Pranoto... tersenyum melihat kesibukanku yang terus menulis seperti dikejar tengat di tabloid, sambil menyusun lagu dalam play list.
Kebiasaan burukku.. jika sedang menulis adalah mengabaikan hal-hal yang ada di sekitarku.
Maka aku pun terus menulis, sambil sesekali bersenandung.. mengikuti deretan lagu yang terus mengalun menemaniku.

Kata-kata yang berterbangan dalam pikiranku ini harus kurangkaikan cepat, sebelum alur cerita yang kubuat menguap.  Ide yang muncul tiba-tiba, harus bisa diabadikan.  Karena jika terlambat... itu hanya jadi bagian mimpiku,  atau menguap bersama angin menembus awan.

Pikiranku terus melayang pada kejadian yang terjadi sepanjang hari kemarin.
Aku telah menemukan tempat ternyamanku (lagi) di kota ini.
Bukan Mall, atau tempat hiburan.. hanya sebuah perpustakaan yang kutemukan alamatnya dari internet.
Baru pagi ini...
Seperti kukatakan.. aku bukan orang yang terlalu detil merencanakan apa yang aku lakukan.
Seringkali terjadi banyak kegiatan yang tak terduga.
Itulah aku dan caraku mengisi hari.
Dan dari semua kegiatan yang kelakukan kini semua tetap sama, setelah kualami kehilangan yang luar biasa.  Hanya satu yang selalu sama dalam semua kegiatanku kini... yaitu... kehadiran Dy.

Sambil berlari, aku meninggalkan rumah karena aku tahu... jika terlambat sampai ke jalan raya, pasti aku tertinggal bis kota yang lewat 06:30.  Aku memang sangat hafal jadwal bis kota yang lewat, agar tidak terjebak macet dan terlambat tiba di kampus.  Sesekali aku melihat gelas kopi yang tadi kuseduh, untuk memastikan tidak ada yang tumpah.  Masih panas... dan akan sangat pas menemani di dingin udara AC.
Aku dan kegilaanku dengan kopi.. sangat tak bisa jauh dari minuman ini.


Aaahh... itu dia, ketika kulihat bisku.  Bergegas kunaik, dan mencari posisi yang paling kusuka, dekat jendela.  Posisi ini kupulih bukan tanpa alasan, karena menaiki moda transportasi ini, diperlukan kewaspadaan lebih karena aku sering melihat pelecehan seksual yang berujung dengan pencopetan.
Sambil memasang headset, aku memilih lagu dari HPku sambil sesekali menjawab smsnya.
Meminum kopiku dulu.... perlahan, dan coba abaikan pertanyaannya yang ingin tahu rencanaku hari ini.
Tak ada yang bisa mengalahkan kenikmatan minum kopi, bagiku.


"Ada-ada saja... minum kopi di bis kota." komentarnya ketika aku ceritakan.

Buatku, tak ada yang bisa mengalahkan sensasi minum kopi untuk menenangkanku.
Semuanya seperti baik-baik saja, kembali berjalan dengan normal ketika menikmati minuman yang satu ini.
Menghirup aromanya yang khas, bisa menguapkan kelelahan dan kepenatan fikiran.
Begitu selesai, aku baru teringat bahwa aku harus menjawab pertanyaan yang disampaikannya.

Rencanaku hari ini, mencari tempat nyaman untuk membaca.
Hanya itu.. dan aku tiba-tiba teringat Perpustakaan Daerah, walau seingatku.. waktu aku ke sana.. kurang begitu nyaman.  Tapi... biarlah.. yang penting aku bisa duduk dan membaca.

Rencanaku hari ini, hanya pergi ke Perpustakaan Daerah... karena kau tak ingin diganggu.  
Jika aku terjebak di kejenuhan, maka aku hanya mencari tempat untuk duduk dan membaca 3 buku yang kubawa di tas.

Begitu pesan yang kuketik untuknya.
Entah mengapa... aku hanya ingin melakukan itu hari ini.
Di sela-sela kesibukan tambahan di luar jam siaran yang kulakukan, aku meluangkan banyak waktu untuk menulis dan membaca.  Kuanggap ini.. seperti mencari dunia tempatku menutup diri.
Menyembunyikan semua realita kehilangan atas kebersamaan yang panjang.

Aku sebenarnya terlalu banyak menyembunyikan cerita dari banyak orang yang mengenalku.
Semua kulakukan untuk membatasi mana yang perlu diceritakan, dan mana yang tidak.
Ditikam oleh sahabat, mengajariku bahwa ketulusan menjadi hal termahal pada setiap hubungan.
Lagipula menceritakan banyak hal, belum tentu membuat orang lain benar-benar perduli.
Maka.. kehilangan yang kumaksudkan ini, biarlah tetap menjadi misteri dalam kehidupanku saja.
Biarlah itu tetap jadi sehelai benang merah yang merajut cerita hidup dengan warna yang lengkap.
Tak bisa kita memilah dan memilih batas kehidupan, karena kita hanya menjalaninya sesuai dengan perjalanan.

Aku mau diganggu deeh... kulihat jawabannya dengan senyum simpul
Aaah... betapa panjang kebersamaan yang telah terjalin bersamanya dan begitu mengalir.
Hingga kini aku masih bertanya pada diriku, apakah kebersamaan ini rencanaNya, untuk membuatku begitu terhibur dan tak larut dalam kesedihan yang muncul begitu menusuk, dan mematikan sebagian rasa dalam diriku.
Walau dengan keras kucoba tutupi itu dengan keceriaan yang tak berubah di depan orang banyak.
Namun, airmata... bisa tiba-tiba mengalir, bahkan ketika aku menuliskan apa yang kurasakan, seperti kali ini.

Yaa.. Rabb, beri saja aku kekuatan untuk menjaga semuanya, dan tak kembali merasakan kehilangan atas kebersamaan yang telah menjadi lukisan terindah di batas lazuardi.  
Karena sangat kutahu... "tak ada yang abadi" dalam hidup milikMu ini.

Baiklah... just.. texting me to know where I am.. Dy, itu yang terakhir kuketik dan kemudian tenggelam dalam kegiatan yang harus kujalani kemudian.

Harus kusempatkan ke kampus dulu, sebelum menjalani siaranku siang ini. Karena memiliki janji dengan mahasiswa yang membutuhkanku sebagai konsultan.  Lalu setelah itu aku akan menuju Perpustakaan Daerah.  Itulah rencana yang dalam fikiranku.

Kubuka internet untuk mencari alamatnya..
Oooohh... sekarang namanya menjadi BAPUSIPDA, rasanya aku pernah baca, kuberfikir keras mengingat.  
Yaa.. di abstrak penelitian mahasiswaku.
Daerah Kawaluyaan.. itu saja yang sempat teringat.  Aku lupa.. mencatat alamat lengkapnya ketika melihat website-nya. Aaahhh.... benar-benar kusesali keteledoranku ini.
Panik.. ketika tempat yang kubayangkan.. meleset.   
Bukan di sana tempatnya... mendadak aku panik.. tapi kemudian kutenangkan diri dengan menarik nafas panjang.  Aku akan baik-baik saja... bisikku, masa... Lombok aku taklukkan... ini hanya Bandung, kuatku.

Yaa... itu dia..
Akhirnya aku menemukan jalan menuju tempat yang kutuju.  Turun dari angkutan kota, dan berjalan.  Plang di jalan depan memastikan aku benar.  Tapi... yang tak kuperhitungkan.. jaraknya.. hahahaha... aku tertawa dalam hati.   Terik matahari, mulai kurasa.. namun aku memang merasa baik-baik saja.
Aaah... lumayan untuk menguapkan kegundahan yang kubaca dari sms tadi.
Menguapkan sebagian pening yang tadi terasa berdenyut.

Berulang kali aku berkata, aku tak layak diperlakukan seperti ini.... tapi... sudahlah, di kehidupan ini, memang tak semua bersikap manis, kuatku.

Aku kan baik-baik saja.

Fisikku mulai terserang... pening kepalaku mulai menyerang kembali.  Ini akan selalu terjadi jika masalah sudah mulai meresap dalam darah, dan mengalir cepat menuju otakku.
Aaahhh... aku tak mau ini terjadi (lagi).
Ya Rabb... beri aku kekuatanMu, sedikit saja... untuk memastikan ujung dari cobaan yang Kau berikan kali ini.

Tak ada perjalanan yang tak berujung.. 
Tak ada cobaan yang berakhir..
Tak selamanya malam dalam kehidupan.. karena pasti pagi itu ada.
Maka kuatkan saja dirimu untuk menghadapi semua dengan senyum... untuk meringankan hatimu menghadapi hidup yang tak selalu indah..

Akhirnya... kutemukan juga tempatnya.  Tak pernah kubayangkan ada perpustakaan yang demikian indah dan nyaman di Indonesia.  Kukabarkan itu juga pada Dy..

That's really awesome.. Dy, very comfortable here...

Dan lama ia terdiam, tak memjawab smsku. Hmmmm.... mungkin dia sibuk, fikirku positif.
Baiklah... takkan kuganggu dia menjalani kewajibannya.

Kutelusuri... lorong rak-rak buku yang berjajar, dengan hati yang membuncah bahagia.
Semua kenikmatan ini berusaha terus kusyukuri.  Alhamdulillaaahh... Ya Rabb.
Sesaat.. kurasakan kedamaian yang menghilang dalam hatiku, kembali..
Ini benar... duniaku..

Tiba-tiba... aku terhenti, pada deretan buku yang ada di depanku..
Bukan buku yang ingin kucari, bukan.. hanya deretan novel-novel.
Terus kupupuk rasa bahagia yang menyeruak dalam hati, untuk menggantikan sebagian airmata yang tertahan karena kesedihan yang kuterima hari ini.
Tanganku mengarah begitu saja pada novel yang seperti menarikku, untuk mengambilnya.
Danielle Steele... "The Answered Prayer"
Prolog yang kubaca... membuatku benar-benar kaku... ini....
Nafasku tersengal... dan buatku tercenung hingga terduduk di karpet yang nyaman, di perpustakaan ini.
Benar-benar tertegun...
Walau ketika kuberdiri.. kepalaku kembali pusing dan kurasa duniaku berputar.  Tapi ini akan kuselesaikan..

Ketikan kalimatku.. terhenti karena penyakitku.  dan memang hanya itu yang mampu menghentikan langkahku yang cepat, tegas dan tangkas.
Kembali lagu Tulus, menemaniku menyelesaikan tulisan ini.
Lagu ini memang sedang merasuki relung hatiku teramat dalam.

Dia indah meretas gundah / Dia yang selama ini ku nanti / Membawa sejuk, memanja rasa / Dia yang selalu ada untukku
Di dekatnya aku lebih tenang / Bersamanya jalan lebih terang / Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku
Berdua kita hadapi dunia / Kau milikku ku milikmu kita satukan tuju / Bersama arungi derasnya waktu

Kau milikku, ku milikmu / Kau milikku, ku milikmu

Di dekatnya aku lebih tenang / Bersamanya jalan lebih terang

Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku / Berdua kita hadapi dunia
Kau milikku ku milikmu kita satukan tuju / Bersama arungi derasnya waktu

Bila di depan nanti / Banyak cobaan untuk kisah cinta kita
Jangan cepat menyerah
Kau punya aku, ku punya kamu, selamanya kan begitu

Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku / Berdua kita hadapi dunia
Kau milikku ku milikmu kita satukan tuju / Bersama arungi derasnya waktu

Kau milikku, ku milikmu / Kau jiwa yang selalu aku puja


Lirik-lirik yang tertulis sederhana ini, memang sangat menggambarkan kesederhanaan cinta yang kupunya.
Aku bukan orang yang rumit, tegasku.

Membaca novel ini dengan kepala yang tersandar, memang tak mengurangi pening yang menghebat ini.  Tapi.. aku memang ingin menyelesaikan cerita yang kubaca ini.  Perjuangan yang tak mudah, bisikku.  yang terus menjadi tanya tak berjawab adalah mengapa aku mendapatkan buku ini, di saat kegundahan memang lekat dalam jiwaku.
Apakah ini memang jawaban dari do'a yang kulantunkan?

Di sana jelas dituliskan... bahwa
"Adakalanya do'a-do'a membutuhkan waktu yang panjang untuk dikabulkan, tetapi memang begitulah dengan do'a-do'a yang benar."

Yang kutahu.. tak ada kebetulan dalam hidup ini.... Always a reason behind something.
Maka terus kunikmati kepedihan yang mengiringi kebahagiaan menemukan jawaban.  Hidup memang diciptakan dengan keindahan.. bagaimana pun wujudnya.
Syukuri sajalah...

Maka...
Yaa Rabb... aku memberanikan diri menerima dengan keikhlasan yang kumiliki.. untuk menerima jawaban dari do'a-do'a yang kulantunkan..
sebagai penutup malam, ketika dini hari menjelang... atau ketika aku membaringkan kepenatan dan kelelahan yang berkepanjangan ini.
Semuanya... pasti akan menemukan titik nadir yang menjadi ujung kepastianMu.

Dan jika masih diperkenankan...
Maka izinkanlah... aku memohon sedikit kekuatan dan ketabahan hati untuk mampu berlapang dada menerima ketentuanMu.
Sedikit saja... Yaa Rabb,, karena tak ingin aku muluk berharap dan memohon padaMu.

Kulihat jam yang mulai semakin dekat menunjukkan 15.30, waahh... sebentar lagi tutup, padahal belum kutuntaskan bacaanku ini.  Aku akan kembali lagi meneruskan bacaan ini, janjiku.

Jadi mau ketemu? tiba-tiba smsnya masuk setelah lama terdiamkan.
Yaa... Dy,  tertidur yaa... wkwkwkwkwkwk... gurauku menjawabnya.

Ada-ada saja kau.. Dy, kita kan memang janji akan bertemu... maka tak perlu kau pertanyakan lagi itu.  Ternyata, bukan hanya aku yang selalu meragu.  Aku kembali tersenyum.

Aku menunggu di pintu masuk Metro....
Yaa.. di mana pun itu, aku akan bisa menemukanmu.... jawabku.

Pemberitahuan yang disampaikan oleh petugas perpustakaan terus mengingatkanku, bahwa aku akan kembali menyelesaikan bacaanku.
Kukembalikan dan berharap bisa kembali secepatnya.
Kukemasi catatan, HP dan pulpen yang kubawa, lalu turun ke lantai dasar untuk menuju ke loker yang menyimpan tasku.

Aku sudah keluar perpus.. Dy.

Kembali kutelusuri jalan yang berdebu dan tak rata yang tadi kulalui.
Hmmm... debu yang beterbangan, menemani langkahku.
Dan ketika sampai di jalan Soekarno Hatta, aku mendadak linglung melihat arah mencari Metro.
Aaahh... ternyata lumayan juga yaa.. 

Kulihat punggungnya..
Tak pernah kulepaskan waktu untuk tak merindukannya.  Karena dia lebih dari sekedar teman bicara buatku, dia adalah sahabat yang bisa menjabat hatiku.  Dan tak pernah kami berusaha memilih untuk menjadi sahabat.  Tak juga saling mencari untuk itu.  Semua memang terjadi apa adanya, mengalir saja.

Dia memang belum melihatku... maka, kukejutkan dari belakang. 
Haaaiiii....
Jauuhh.. yaa.. itu kata pertamanya.

Hahahahaha.... tawaku lepas untuk tetap bisa menjaga nafas, agar tak tersengal.  Bukan karena jarak, karena aku memang berjalan sangat cepat, lebih cepat dari biasanya, atau mungkin lebih terlihat berlari kecil, karena khawatir Dy jenuh menunggu.

Yang paling indah dalam pertemuan ini, ternyata kami tak memiliki tujuan.
Hahahahahaha.... #adaadasaja
Hingga benar-benar berputar-putar dulu.. akhirnya aku mengajaknya untuk mencari tempat City View ke Dago.  Karena belum pernah kami temukan, ketika mencari lokasi itu malam minggu lalu.
Malam minggu pertama yang kulewati di luar rumah, bersama Dy.
Lama berputar-putar... melihat banyak hal lucu yang membuat kami tertawa lepas..
Dan parahnya... kali ini pun kami juga tak menemukannya.
Namun... tak ada yang kusesali di setiap perjalanananku bersamanya.
Selalu menarik untuk dikenang atau bahkan menjadi ide yang mengalir dalam tulisan yang kubuat.

Setelah tertegun menatap pemandangan yang luar biasa menghadirkan kedamaian bagi jiwaku yang kerontang.. yang terpampang di hadapanku, dari atas motornya.
Kemudian.. ketika kulihat benang merah mulai terlihat di lazuardi di ufuk Barat...
Kupastikan padanya untuk berputar ke tempat yang sebenarnya membuat memoriku berputar memedih ke putaran masa lalu.

Kembali menikmati kuliner yang mulai digemarinya juga.  Senang rasanya bisa berbagi pengalaman baru, menjadi salah satu obat hatiku ini.  Seperti setetes embun di pagi hari, atau oase di gurun pasir.
Dalam hidup ini... bukan masalah besar atau kecil, tapi seberapa bermanfaat hidup yang bisa kau bagi dan jalani bersama sesama.
Tak apalah... bisa berdamai dengan kesedihan dan kepedihan itu memang menjadi obat yang mujarab.
Toh, jika bersama Dy, tak terlalu pedih juga.  Walau jika meletakkan kepala dibahunya, tetap berasa sakitnya.  Huuuuffttt... semua dinikmati dan disyukuri sajalah..

Menunggunya melaksanakan sholat Maghrib, menyaksikannya khusyuk memanjatkan do'a... membuat mataku selalu tersaput kabut tipis.  Hatiku terus berkecamuk dengan dahsyat, tercampur banyak rasa seperti mixed juice yang sering kupesan.  
Aaaahh... bisa-bisanya otakku berfikiran 'nakal' saat sedih seperti ini.
Rasanya seperti merasakan konslet otak.. deehh.  Haahahahaha...
Hmmm... segera kupalingkan wajah dan meneruskan bacaanku.
Dan tanpa kusadari ternyata, Dy sudah berada di dekatku.. menyentuhku lembut.

"Jadi.. mo kemana lagi sekarang?", tanyanya.
"Aku hanya ingin duduk dan bicara.. Dy.  Sebentar lagi adzan Isya... sebaiknya kau sholat saja dulu lagi.  Baru kita bicarakan kemana.. yaa.."
Aku memohon padanya... dan mudah-mudahan ia tak melihat mataku yang mulai berkaca.
Kedamaian yang ditawarkan masjid tempatku dulu bersamanya...
Sekilas memori itu bermain-main dalam benakku.  Kemudian pergi menghilang bersama hembusan angin, yang juga sedikit menghilangkan dukaku.
Hhhhmmmm... melelahkan jika tetap di sini sebenarnya.
Tapi... aku memang sudah "lelah" berlari dan belajar menerimanya dengan keikhlasan yang kupunya.
Aku ingin berdamai dengan duka, sedih dan lara, dengan semua hal yang sudah menjadi takdirku dengan lapang.
Dia mengangguk, dan seperti berusaha memahami apa yang terjadi.
Dan kami pun akhirnya tetap duduk di masjid itu, berbincang ringan menunggu waktu.

Sejurus setelah adzan Isya berkumandang... Dy pun melepaskan jaketnya dan dititipkannya padaku.  Kuhela nafas yang sangat panjang... sambil menatap punggungnya yang beranjak mengambil air wudhu (lagi).
Jaketnya terdekap sangat erat, seolah aku bisa memeluknya nyata.
Benar-benar hafal aromanya.
Hhmmmm... nafas yang kuhela sangat panjang, selagi tak ada dirinya di dekatku.
Hingga bebas kulakukan itu, tanpa jeda komentarnya.
Bukan ga suka... tapi rasanya seperti menghalangi terbangnya kesedihan ke awang-awang.  Karena hanya dengan cara itulah... bisa kulepaskan rasa tak nyamanku.. Dy, bisikku menjelaskan tanpa kehadirannya.
Sejurus.. aku hanya melakukan itu, tanpa meneruskan bacaanku.
Aaaahh... sudahlah.. kulanjutkan membaca, karena ingin benar-benar tenggelam dalam ceritanya.

"Haaii..." sapanya, memecah konsentrasiku
"Kemana.. kita??" pertanyaan yang sama, yang tetap buatku bingung karena aku memang hanya ingin menepi di satu tempat, duduk dan bercerita.  Di mana pun itu.. asal bersamanya.

Dan..
Akhirnya.. aku ada perjalanan menuju rumah, dan tetap bersamanya.  Tetap juga bercanda lepas dengannya.  Berusaha kenal dengannya lebih dekat lagi, melalui kebersamaan yang hampir tanpa jeda.
Thanks God.. telah menghadirkan dirinya melengkapi irama kehidupan yang kupunya.

Tik..tik..tik..tik...
Hujan semakin deras mengguyur Bandung malam itu, membuatnya mengambil keputusan berteduh di halte bis yang terdekat.  Aku memang tak pernah protes atas apa yang diputuskannya.
Dia selalu mengatakan tak ingin aku basah, ga tegaa...., kilahnya.
Dan dengan bergurau aku pun sering menjawab bahwa kalau hujan, pasti basah.
Maka.. tak lagi kupertanyakan mengapa berteduh kali ini.


Aku.... wanita yang sangat mandiri, terbiasa dan dibiasakan untuk mengambil keputusan dalam banyak hal, tengah terperangkap kejenuhan atas hal ini.
Bersama Dy... membuatku belajar merasakan menjadi wanita yang dilindungi dan disayangi.
Tak lagi mengambil keputusan untuk semua hal.. karena memang seharusnya demikian.


Ketika itu, kupertanyakan, apakah tidak terlalu berlebihan untuk mengantarkanku?, karena itu akan memperpanjang jarak untuk pulang kembali ke rumahnya.
Ia hanya menjawab pendek, bahwa lebih nyaman buatnya untuk memastikan aku sampai di rumah dengan selamat, daripada membiarkanku naik angkutan umum.
Kenapa? Apakah karena pernah kuceritakan cerita duka menaiki angkutan umum?
Iya.. katanya pendek, namun tak membuatku terintimidasi.

Yang membuatku nyaman, menerima keputusannya adalah caranya mengatakan dan menyampaikan pendapatnya.
Jujur, baru kali ini aku bisa menerima pendapat laki-laki tanpa bentakan atau nada keras memaksa.
Karena buatku. silang pendapat sah-sah saja... tapi tetaplah selalu belajar untuk menyampaikannya dengan santun dan lembut.
Dan.. mungkin karena itu pulalah... mungkin aku kini tetap merasa sangat nyaman bersamanya menghabiskan banyak waktu yang tersisa di sela kesibukan masing-masing.

Ketika awal aku menangis.. dan mengatakan "aku tak mau terlihat lemah.. sebagai wanita.."
Ia sempat tertegun, dan menanyakan "apakah itu salah..??"

Yang bisa kujelaskan, bahwa bukan masalah benar atau salah, aku hanya merasa tak ingin terlalu bergantung pada siapapun.  Karena jika itu terjadi... maka aku akan sangat sakit dan terpuruk jika ditinggalkan.
Yaa... aku sangat takut kehilangan.

Seperti hari ini..
Ketika aku berusaha menyakini... bahwa yang telah ada itu benar-benar telah pergi.
Mungkin tanpa sisa, karena setiap hari yang kurasakan hanyalah kemarahan tanpa jeda.
Buatku sulit bertahan dan diam tanpa aktifitas.  Karena ketika itulah... kurasakan kepedihan atas rasa ditinggalkan.  Diam sama artinya dengan kematian perlahan dalam hidupku.
Hmmmm...
Kubuka kacamata sesaat, untuk menghapus airmata yang membuat buram pandangan.
Aku tetap merasakan kesakitan itu, di setiap detik yang kujalani. Sakit yang tak bisa diobati oleh dokter manapun.  Karena memang hanya waktu yang akan menjadi obatnya.

Perasaan yang berkecamuk itu, membuatku menerawang ke langit hitam yang menurunkan hujan.
Dingin yang kurasakan, sangat berkurang dengan pelukannya.  Mungkin Dy bisa merasakannya.
Ingin aku telungkupkan wajah, dan menangis lepaskan sesak yang menghimpit di dada.
Kuangkat wajahku, dan airmata hangat mengalir di pipi.
Cepat kuhapus itu, karena pasangan yang berteduh di samping kami, melihat sekilas aku menangis.
Aku tak ingin seorang pun memiliki pendapat bahwa aku menangis karena Dy.
Tak boleh itu terjadi!, tegasku dalam hati.
Karena ia selalu meminjamkan bahunya sebagai tempatku menangis, dan tangan untuk kupegang agar tak limbung menjalani hidup.

Sambil terus menatap hujan yang semakin deras, yang mewakili tangisku yang tertahan,
"Aku ga layak diperlakukan seperti ini... Dy..."
Dan hanya itu yang bisa aku katakan padanya. 

Hujan kali ini, tak menjadi hujan yang biasa buatku.
Bersama guyuran hujan, aku merasakan kehangatan yang luar biasa yang dibagikan Dy padaku.
Malam ini pula, kupahami satu hal yang tak bisa kupungkiri.. bahwa aku begitu menyayanginya.
Tak ingin kehilangan waktu kebersamaan dengannya, walau sedetik pun.
Dan di malam ini, kala hujan deras mengabadikan airmata dalam dukaku, kurasakan pula.. betapa besar rasa yang disimpan Dy untukku.
Semua terbaca dengan jelas, walau Bulan bersembunyi di balik awan hitam dan penerangan seadanya.  Caranya mengusap pipiku, kepalaku, memelukku dan mendekapku dekat bahu dan dadanya, mampu buatku kembali menangis membasahi punggungnya lagi.
Dan catatan hati itu.. membuatku menangis dan selalu menangis, mencoba menyakini apa yang selalu ditulisnya untukku: #selalukembali

(Ingin kau selalu ada bersama... Dy)

 
--------------------------------------------------------------------------------------------------

Masih catatan tentang Dy dan Vie...

SENIN 

Perjalanan singkat di pertemuan yang terjadi sore ini, memang menyisakan banyak kerinduan yang tak selesai dituliskan dalam percakapan yang kulakukan ditengah-tengah memberikan konsultasi pada mahasiswa.
Hmmm...
Selalu tak pernah cukup waktu, kata dan kalimat yang terangkai untuk mengurai kebersamaan yang seolah ingin selalu dijalin dalam cerita kami.
Bersamanya...seperti membuka lembaran-lembaran novel petualangan yang menyajikan banyak cerita.
Telah kukenal dia, jauh sebelum dia mengenalku sedekat ini.
Sangat kufahami jalan fikirannya, lebih dari apa yang diketahuinya.
Maka.. jika kami bisa begitu dekat kini, itu semua karena aku (telah) mengenalnya.
Tak perlu banyak kata, atau melalui banyak cerita.. semua sangat jelas terbaca.

Mungkin..
Cara kami berkomunikasi yang bebas dan lepas, tanpa jarak... rasanya mulai menimbulkan banyak tanya bagi orang-orang di sekitar kami.  Namun, karena kami tak merasakan itu sebagai beban... semua berjalan baik-baik saja.

Biarkan sajalah...

Well,
Ada yang kurasakan berbeda pada Dy.. kali ini..
Dan seperti biasa... setiap kutanya "Are you okay... Dy?",
dia hanya akan menjawab singkat "am okay.. Vie"

Baiklah...
Tak akan kuhabiskan waktu yang panjang untuk berdebat dengannya.. karena waktu begitu berharga ini akan berlalu tanpa terasa.
Hanya... dalam diam, aku selalu menangkupkan tangan dan berdo'a.. agar Dy selalu baik-baik saja.

Cemas menantinya yang tak kunjung kembali, membuatku sempat berfikir negatif tentangnya.
Aku selalu melakukan itu, jika merasa seolah akan kehilangan karena jarak yang diciptakan teman atau sahabatku.
Aaahhh...

Yaa Rabb, 
Jika kau izinkan.. biarkan kekhawatiran ini terbang ke awang-awang, untuk kembalikan lagi kepercayaan yang ada dalam diriku, bahwa aku memang benar ada dalam hati dan hidupnya...
Biarkan aku menyakini... ketenangan dan kedamaian yang dibaginya bersamaku ini bukan fatamorgana, atau ilusi sesaat...
Aku tak ingin menjadi orang yang terlalu mudah percaya..
tapi berikan aku waktu untuk merasakan sedikit kepercayaan untuk dapat menggenggam dan mendekapnya dalam hatiku..
dan meyakini bahwa ketulusan yang dibaginya... ada di keabadian rasa...

Dan akhirnya..
Perjalanan kami terhenti di halte yang pernah tersinggahi, ketika hujan mengguyur deras tiga hari yang lalu.
Kenangan yang tersimpan di tempat itu rupanya cukup mampu menghentikan kami sesaat, untuk berbincang lepas.. minus hujan.
Waahh..
Indah juga, mungkin belum bisa menggantikan Bandung View ataupun Manglayang View..
Cukuplah... ada Vie.... dan .... Dy...

hahahahahaha, gelak tawa terus mengikuti perbincangan kami.
Topik yang beragam, hanya perbincangan ringan..
Namun..
Kebersamaan itu menghadirkan kehangatan yang terbagi antara kami.
Seperti hari sebelumnya..
Aku banyak mendapatkan kedamaian... bersamanya.
Dan itu terus terbagi dalam mimpi yang teramat indah.

Jika perjalanan bersama Dy ini merupakan deJa Vu..
Maka di setiap dekapan rindu yang melengkapi cerita kebersamaan ini, adalah perjalanan kerinduan yang telah melintasi batas waktu.
Dan dalam usapan lembut di pipi yang menghadirkan ketenangan jiwa serta menyejukkan itu, telah terjadi dalam jutaan kali.
Serta sandaran letih dan lelah di bahu dan rebahan sayang didadanya ini, tetap selalu menghadirkan kedamaian bagiku hingga kini.
Perjalanan waktu itulah yang membawa hatimu, rindumu dan cintamu padaku... kembali.
Begitulah aku meyakini kebersamaan yang terjadi di antara kita.
Benar atau salah... tak lagi kufikirkan jauh...
Karena tak henti aku berharap dan berdo'a bahwa #selalukembali

Dan....
Seperti lirik yang bisa kuambil dari "A Thousand Years" Christina Perry feat Steve Kazee

Heart beats fast / Colors and promises / How to be brave / How can I love when I'm afraid to fall 
But watching you stand alone / All of my doubt suddenly goes away somehow
One step closer
I have died everyday waiting for you / Darling don't be afraid 
I have loved you for a thousand years / I'll love you for a thousand more
Time stands still beauty in all she is / I will be brave
 I will not let anything take away / What's standing in front of me 
Every breath / Every hour has come to this
One step closer
I have died everyday waiting for you / Darling don't be afraid 
I have loved you for a thousand years / I'll love you for a thousand more
And all along I believed I would find you / Time has brought your heart to me 
I have loved you for a thousand years / I'll love you for a thousand more
One step closer / One step closer
I have died everyday waiting for you / Darling don't be afraid 
I have loved you for a thousand years / I'll love you for a thousand more
And all along I believed I would find you / Time has brought your heart to me 
I have loved you for a thousand years / I'll love you for a thousand more

Hening sesaat....
Kelelahan itu tiba-tiba menyergap..
Kubuka kacamata dan meluruskan punggung, yang telah dipaksa duduk berjam-jam untuk menyelesaikan tulisan ini.

Hanya sebentar terlelap.. dan mendapati mimpi bertemu dengan Dy, cukup mengobati kejenuhan ketika menghabiskan waktu di rumah.
Dy datang dalam mimpiku itu, tersenyum khas, mengulurkan tangannya mengajakku bangun dari tidur, dan membuatku tersenyum bahagia.  Menarik dalam dekapannya.. mendengarkan degup jantungnya...
Begitu damai...
Pertemuan sesaat yang sangat indah, dan cukup mengejutkan manakala semuanya terasa begitu nyata.
 

(Berjanjilah benar.. #selalukembali itu... Dy)


No comments:

Post a Comment