Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Saturday, May 11, 2013

[TOLONG] PANGGIL AKU VIE........ (SAJA),,

Sejak semalam...
Kututup komputer jinjing yang sudah selalu menemaniku, di tengah malam.. bukan karena lelapmu.
Sakit kepala yang teramat memberat terlalu menyiksa.
Seharusnya..
Kubebaskan perasaan yang (terus) menyiksa ini bebas dan lepas. Tak perlu kuselalu menghitung waktu... berapa lama kau akan meninggalkan aku. Menyeka terus airmata yang selalu mengalir bersama hujan.
Karena sudah kuletakkan percaya di bahumu, dan keberanian di genggam tanganmu.

Aku telah percaya padamu... Mae, ujarku lirih, ketika mengetikkan pesan singkat di HP untuk coba menyapa pagimu.
Kutuliskan agendaku hari ini, dengan pesan sisipan bahwa aku ingin melepaskan kepenatan dan menepi di tempat yang damai, menurutku.

Jujur.. Mae,
Aku hanya ingin melihat reaksimu. Sangat ingin merasakan pelukanmu, karena terlalu sering kau tuliskan itu melalui emoticon.  Kesempurnaan rasa yang menutup keraguan yang terus menggelayut di langit hati.
Mengalirlah bersama waktu....

"Sudah di TKP kah?" aku heran membaca sms itu. karena sejak awal aku katakan, bahwa aku sudah di kafe itu.
Ahh... mungkin kau memang meragu saja..
Kuketikkan jawaban singkat saja, karena memang tak ingin memotong kesibukanku.  Berkali-kali kulihat.. "failed" pada opsi laporan.

Hmmm... ada apa gerangan??
Kuputuskan untuk menghubungimu.. dan ... laporan dari provider menyatakan "di luar jangkauan".
Terakhir... deehh, kucoba kirimkan kembali jawaban singkat itu sekali lagi melalui nomer lainmu saja.  Alhamdulillaaah.... lega karena semua sudah terkirim.

Kulanjutkan mencari nama untuk bisa kumasukkan dalam laporan yang sedang kuselesaikan.
Sampai tak sengaja, sudut mataku menangkap bayanganmu dengan senyum yang sudah kuhafal benar.

"Aku sudah duduk di sebelah sana....."
"Masa? Berapa lama.."
"Lima menitan lah..."

Tawa kami pecah meruntuhkan tembok rindu yang mungkin sudah terbangun selama 1 hari.
Yaa... 1 hari yang selalu menjadi hal yang mahal untuk dibayarkan.
Sampai kapan sebenarnya ini akan selalu terjadi..... tanyaku gamang dalam hati.

Jika kumasih diizinkan melambungkan harapan...  maka ingin kupeluk engkau.. Mae, dengan segenap kehangatan yang kupunya, untuk sekedar membagi rasa yang seringkali menjadi batas antara rindu dan ragu.
Tak pernah yaa... aku ungkapkan padamu secara nyata... bahwa aku memang masih meletakkan dan menjejakkan ragu sebagai antara, walau keindahan rasa selalu menjadi juara mengalahkannya.

Kuat seperti banteng..
Cepat seperti serigala...

Potongan terjemahan lagu Lenka itu menguatkanku untuk bisa menghadirkan keteguhan rasa yang akan kukukuhkan dini hari ini.
Tak bisa kupejamkan mata.... untuk sekedar merebahkan lelah.
Kucoba rangkaikan kembali potongan cerita yang tadi terserak.

"Apa yang ingin kau lihat..?"
"Aku ingin membaca tulisanmu di depanmu..."
"Eeeh... pernahkah kau tahu.. Mae, jika aku hanya ingin menuliskan itu.  Membuatmu membacanya, menjadikan itu bagian momen terindah.  Tapi.. bisakah kau tak membacanya lama di depanku?"

Aku benar-benar memohon, ketika Mae, membaca perlahan... baris demi baris apa yang kutuliskan semalam.  Tulisan yang menurutku, memang sangat memiliki "jiwa" karena begitu mengalir merangkai kejadian-kejadian yang mencari cerita terindah yang kupunya.
Maaf yaa... Mae, kuakui itu hanya milikku, karena memang itu "terindah" dalam perjalanan hidupku.
Nanti sajalah... kubagikan itu jadi bagian "terindah" juga buatmu... senyumku tertahan ketika menuliskan ini.

Hatiku benar teriris ketika membaca kembali apa yang "indah" tertuliskan, bersamamu.. Mae.
Sakit dadaku mulai terasa kembali, pusing hebat yang sudah terasa semalam kembali hadir.
Dan... satu hal yang sangat tak ingin kulakukan (lagi) adalah... menangis di depanmu...
Baik ketika di hujan pertama kurasakan kesakitan yang luar biasa.... ataupun kini ketika semua keindahan yang teramat manis itu benar-benar nyata.
Di sanalah kutahu.. bahwa apa yang kurasakan itu benar-benar nyata... Mae.
Ini bukan hanya kilasan masa yang singkat, walau memang rentangan waktu terlalu cepat menuntunku ada di batas waktu ini.

Aku selalu mengatakan pada diriku, bahwa jika pintu hati ini... terketuk kembali dengan melodi indah jiwa, kuingin semuanya terasa sempurna.
Walau.... mungkinkah itu... Mae?? 

"Sholat dulu..."
"Yaa.... jangan lama-lama.."
"Apa?"
"Jangan lama-lama...."

Hhhmmmmm... bertanya-tanya sebenarnya.. kenapa kau katakan itu. Memangnya berapa lama yang dibutuhkan untuk melakukan ibadah?
 Tapi... aaah... sudahlah... kuabaikan tanya yang menyeruak...
Aneehh... karena memang belum ada yang pernah mengatakan itu.
Dan dinihari yang menjadi teman berbincang kemudian memberitahuku, bahwa semua kau lakukan karena tak ingin berpisah lama denganku.
Duuuhh.... Mae, terlalu banyak hal manis yang kau bagi untukku.... hari ini...
Doumo Arigatou gozaimasu....

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Batas waktu menunjukkan kembalinya sebuah harapan yang tertunda, lama tercekat dalam duka hingga membuatku lupa untuk bisa menghargai perlakuan manis darimu... Mae.
Sesalku yang kemudian muncul ketika semua telah menjadi untaian cerita yang kini tertulis untuk kau baca.


"Tahu ga.. bahu kananmu seringkali buatku ingin menangis.."
"Yaa... coba saja bahu kiri.." ringan ucapmu berujar.

Jujur, jika bahu kinimu lebih terasa ringan dari perasaan gundah, karena kubilang... itu memang rasamu.

Lama terfikirkan... sanggup dan beranikah aku mencoba sisi lainnya..
Hujan terus mengguyur dan kau tawarkan untuk berteduh.
Lembut kau usap kakiku,
"Basah.."
"Lanjutkan saja.. "

Ketika itu benar-benar kupeluk kau erat, karena rasanya tak ingin ku kehilangan waktu sedetik pun.. untuk merasakan kehangatan di bawah guyuran hujan. Semua mengajarkan aku bagaimana bisa menerima keindahan dengan ikhlas... tanpa tanya.  Semua aku terima mengalir bersama air hujan kedua yang kita alami.

Aku tak terlalu suka hujan, kataku ketika menunggumu menggunakan jas hujan.  Dan kunyanyikan pula sepenggal lirik lagu Opick.
Kulihat ekspresi yang rasanya aku hafal sejak meninggalkan kafe di hari itu.

"Baru kali ini aku benar-benar merasakan pelukanmu..." 
Kau benar-benar membelah malam dengan pernyataan yang buatku, lebih ingin menangis... Mae.

Jika selalu kau ingatkan....
Bahwa bahagia itu ada dan nyata.

Menjadi wanita itu memang indah...
Merasakan hangat sentuhan dan perlakuanmu sebagai lelaki itu luar biasa..
Mendapatkan semuanya hari ini...
Adalah takdirku..

Hanya... jika boleh kuminta waktu padamu,,
Izinkan aku untuk [menjadi] biasa menerima perlakuan itu... yaa... Mae??

Maka...
Kuminta kau panggil aku Vie... saja.
Karena sudah kukatakan, ini adalah batasan hati yang ingin kulakukan dengan ketegaran jiwa, membangun puing hati yang terserak dalam kolase yang kemudian tersaput warna pelangi.
Yang retak itu bisa jadi indah jika tersentuh dengan ketulusan cinta.
Bisakah kau (coba) lakukan itu untukku... Mae??
#memohon


(Teramat manis untuk bisa dirangkai menjadi cerita... maka biarlah kusimpan di HATI [saja]...)







No comments:

Post a Comment