Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Saturday, May 11, 2013

IZINKAN AKU MENYAYANGIMU... [selalu]

"Aku sudah ada di Burangrang yaa..."

Kukirimkan pesan singkat untuk memberitahumu, bahwa aku memang sudah menepi di tempat yang membawa damai di hati. Tak apalah.... walau singkat dan sesaat.
Kukenal Fidy dua tahun yang lalu,  di kampus.
Seraut wajah yang begitu menonjol di antara teman-temannya, begitu damai dan... polos.

Ssssstttt...... aku berbisik untuk meredakan degup jantung yang kian tak menentu.
Tak pernah kutahu bahwa "love @first sight" ada dan nyata.  Perasaan yang indah ketika menatap wajahnya.
Ini bukan terasa seperti cinta yang biasa didefinisikan orang Indonesia.
Ini lebih seperti sayang, yang lebih dalam dari cinta sesaat saja.

Pekerjaan yang ketumpuk selama sebulan, akhirnya kembali menuntut perhatianku untuk terus dikerjakan dengan serius.
Hmmmm...... tidak mudah memang memasukkan nilai, menyesuaikan nama dan kelasnya.. kesahku.
Sesekali... kulihat jam tanganku.
Kenapa lama?? Setahuku... kantornya dekat...

Jika ini merupakan pertemuan yang begitu dekat dan akrab, itulah cerita yang terangkai di hari-hari kami.
Dan yang perlu kuceritakan.... maka tak akan cukup kata indah yang ada dalam KBBI untuk bisa hadirkan cerita yang terjadi.

Ingin kurangkai semua... andai ku boleh berkhayal..
Satu saat naantiii....

Di bibir pantai... melihat sunset indah... sangat indah.. di Pantai Sengigi Lombok, 
kuingin bagi petualangan itu pula. Mendaki Rinjani yang dulu kulakukan sendiri..
Menepi bersama waktu... menyembuhkan luka..
Tapi.. mungkinkah itu?

Duuh... kepalaku berdenyut lagi, sejak semalam kembali mengganggu.  Dan aku tak ingin ini mengubah hari yang ingin kurangkai kali ini.
Selalu kutakut, jika pusing ini lama...
Masih teringat jelas diagnosa dokter, setelah melakukan rangkaian tes padaku.
Kecelakaan motor itu memang ternyata meninggalkan jejak yang memang kurang bisa kuterima, yang selalu muncul jika aku [terlalu] banyak berfikir.

"Piring yang retak itu... tak mungkin akan kembali utuh... Vie. Maka belajarlah berdamai dengan keadaan seburuk apapun itu. Karena jika pusingmu menghebat... akibatnya fatal. Karena jika kau teruskan itu... hhmmm... sudahlah Vie... sabar saja.. Saranku... please... hadapi hidup dengan santai yaa... Stress dan pikiran dalam itu bisa benar-benar bisa membuat dirimu "sakit".. oke..?"
Begitu pesan dokter Syaifir ahli Bedah Syaraf ketika terakhir kutemui.

Yang kurasakan kini... memang sedikit penolakan terhadap kenyataan, yang sebenarnya indah.
Terlalu banyak pertanyaan yang selalu aku hadirkan dalam diriku.
Padahal seharusnya, kuletakkan semua pada kepasrahan dan keikhlasan, karena seharusnya benar kuyakini yang terjadi ini hanyalah mungkin dengan izinNya.

Tak [pernah] cukup waktu yang kuhabiskan bersamamu...
Tak [cukup] kata yang bisa kutulis.. untuk semua cerita indah yang kau hadirkan dalam hidupku.

Langit begitu indah... jadi latar yang sempurna ketika kau hadir Fidy, dan kutekan sakit yang ada di kepalaku, agar tetap bisa menghadirkan senyum agar kau tak tahu apa yang kurasakan.

"Haii...kok lama siiyy??"
"Eeyy... tadi sudah duduk nunggu di sana.."
"Kok...bisa ssiihh... ga konek deehh. Pas sms itu... sudah di sinilah"

Tawa lepas kami, memecah keheningan yang ada di hatiku, benar-benar bisa menutup kelabu yang menyaput karena sakit kepalaku.
Kami terus saling bercerita, untuk membunuh waktu, menghadirkan momen-momen indah.
Yaaa... hidup itu amat indah.. jika kau hadir dalam hidupku Fidy, gumamku sangat lirih agar tak terdengar oleh semut sekalipun.

"Aku mau baca tulisanmu..Vie"
"Yang mana?"
"Itu yang kemarin kau tulis"
"Memang belum baca.."
"Sudah... dini hari tadi.."
"Terus.. kenapa mau baca lagi?"
"Yaaa... pasti bedalah.. kalau baca di depan penulisnya..."

Fidy pun mengambil komputer jinjingku dan mencoba koneksi internet, di kafe tempat kami berbincang.
Tuhan... aku benar-benar tlah percaya dia.. kataku menatap punggungnya yang tertutup baju batik.
Tampilannya hari ini, luar biasa... sangat berbeda.
Selalu ingin kuusap punggung itu..
Dan sedetik kemudian... hal itu memang kulakukan.
Basah punggungnya..
Tak kutanyakan kenapa... tapi mungkin.. karena panas, karena sebelum kulihat bajunya, ia membuka sweater hijau yang digunakannya.

Hmmmmm.... 
Pernahkan ia tahu... aku pernah melihat kedamaian yang terasa di punggung itu di sela-sela pembatas yang ada di mushola kampus kami.
Mungkin dia tak pernah tahu... bahwa pernah kurasakan kedamaiannya... jaauuhh sebelum hari ini.

Duuhh.... jeritku dalam hati, sakit kepala ini terasa lagi.
Aku berdo'a keras agar dia tak menyadari itu, menyadari kesakitanku, dan semoga... aku tak pingsan di sini.

Ya Rabb... beri aku sedikit kekuatan.  Sedikit saja.... hingga pertemuan ini usai..
Aku tak ingin dia tahu bahwa kondisiku memang kurang sehat hari ini, tergerus kesibukan dan tekanan hatiku. Karena dia yang terindah sore ini... dan mulai kuyakini untuk bisa menjadi sandaran hati.

Kulihat dia membaca dengan seksama, tulisanku.  Sambil kuperhatikan ekspresinya.
Huuuuuffftt... sulit sekali menangkap ekspresi wajahnya, perasaannya, bagai menepuk badai.... karena wajah itu begitu damai.

"Aku ingin kau jelaskan bagian ini... Vie"
"Yang mana... Fidy?"
"Ini...." tunjuknya.

Ketika kujelaskan, Fidy mendengarku dengan penuh perhatian.  Yang selalu mengejutkanku... adalah dirinya yang selalu  "pay attention of details".  Selalu membuatku kagum dan tak menduganya.

Dalam dan banyak cerita yang sudah kita lalui.... itu yang terlontar darinya ketika selesai semua penjelasanku.

"Maksudmu?"
"Iya... ga nyangka... ternyata banyak momen yang berhasil kau rekam untuk dituliskan dalam cerita ini.
Tau ga.. aku suka tulisanmu kali ini. Begitu mengalir indah..."

Pujinya yang sejurus buatku tersipu, dan mampu mengusir sakit kepala yang terus berdenyut.

When you say... I missed the things you do..

I can wait forever... if you say you'll be there you too..
to spend my life belong.. with you..
I'll be here,
I just wish I just next on you tonight...

Penggalan lirik lagu Air Supply ini seperti benar-benar mewakili hatiku.  Kutanyakan hal yang berulang dalam hatiku.  Dimanakah dia... jika nanti kupulang dari Aussie yaa...
Huuuffftt.... sudahlah tak perlu katakutkan masa depan.. kutepis gundah yang membuat kabut di hati dan mataku. Aku takut... benar-benar takut kehilangannya.
Manakala, ketakutan itu muncul... maka semakin erat kudekap tubuhnya, dengan berbagi kehangatan tubuh di guyuran hujan.  Berulangkali kulakukan, lalu merebahkan kepala pada bahunya yang nyaman. Mengusapnya perlahan, dan kembali memeluknya erat.

Rasanya tak ada lagi yang mampu berdiri untuk halangi rasa bahagia yang menyeruak dalam sukma.  Bisa bersamamu. Kubisa hadapi perihnya terluka dulu...
Tapi kali ini.. kucoba belajar tetap tersenyum, karena apa yang diberikannya adalah ketulusan.
Air hujan.. yang menderas, juga bisa menjadi saksi betapa perhatiannya tak lepas.
Berulang kali memegang tangan, untuk memastikan aku tak kedinginan. Mengusap air yang ada pada jaket dan celana, serta berulang kali mengajak menepi.
Maka... ketika itulah kubebaskan rasa bahagia ini melambung dan membebaskan diri dari kepedihan dan kesakitan ketika mencintainya.


Menggenggam terlalu erat, akan membuatnya hilang .
Apa yang kuyakini ini selalu mengantarkanku pada titik kehilangan yang tak kembali. Airmata perih menghantar kepedihan. Mencoba meyakini kesakitan menjadi bagian hidup, sisi kelam yang memang tak tersentuh, dan dihindari.
Biarlah... aku menjadi sesuatu yang bisa  kau rindu... Fidy.
Mungkin karena... hati tlah merapuh dan letih. Dan iringi.. langkahnya menepi bersama waktu.

Ajari aku... untuk bisa menjadi yang kau cinta. Agar kubisa memiliki rasa yang luar biasa untukku dan untukmu..... Kau cahaya hidupku, untuk terangi jalanku yang berliku......

Lagu Andrian Artadinata ini mengalir menyusup lembut mengisi kekosongan yang kurasa.... bersama dirinya.

Terlalu manis apa yang terjadi malam ini.
Tuhan... akankah dia melihatku saat kujauh.. akankah ia merasakan kehilanganku..

Ketakutan ini lebih besar ketika merasakan kebahagiaan malam ini mempertegas rasa yang kami miliki.
Dia meninggalkan pesan offline di Messengerku... tadi malam:

ternyata aku melamun ssaat,menatap langit" kamar dan ...
bertanya, salahkah aku tlah berada di posisi yg sekarang ini,(mencoba) menemanimu Vie..
Alloh mmg mempertemukan kita dan (mungkin) mmg aku di pertemukan dgn mu,(apakah) utk menemanimu dikala kau jatuh?? #mungkinkah itu.
hmmmm
Biarkan pula kita ikuti Hari demi Hari Perjalanan Kita ini..Vie 


Pesan yang indah. Pesan yang memang menutup malam dengan sempurna. Hari yang kemudian mengantarkanku pada pemahaman tentang keindahan rasa yang sebenarnya. Kejujuran rasa yang sebenarnya tak mudah. Tapi benar yang dia tuliskan... bahwa biarkan saja kami ikuti hari per hari perjalanan ini.. tak perlu muluk... kan??

"Ayoo... Fidy.."  Ajakku ketika jamku menunjuk angka 8 malam.

Kemudian tiba-tiba dia menepuk punggungku, dan mengatakan Aku yang bayar yaa....
Aku mengangguk, dan kemudian sejurus mengikutinya menuju parkiran, mengambil motornya.
Membelah malam seperti dua malam sebelumnya.
Hanya kali ini... apa yang kufikirkan, begitu berbeda..
Karena aku bisa memeluknya sangat erat, seerat perasaan yang ada..
Sungguh... tak ingin aku kehilangannya.
Tuhan... berikan aku waktu... sebentar saja...


Selanjutnya kuingin itu hanya jadi penggalan cerita kami saja, cerita hati yang selalu mengalir di kehidupan nyata. Kemudian kurangkaikan dalam rangkaian kata yang kini bisa terbaca di sini.
Yang ingin kukatakan padamu Fidy..

Sejujurnya...
Jika perjalanan yang kita untuk saling menemani ini .. kuinginkan jadi sandaran hati yang memang kuinginkan selamanya. Berlebihan memang jika kupinta itu... terlalu muluk..
Tapi jika bisa kujanjikan.. aku ingin berhenti padamu.
Karena kutak tahu... kapan TITIK dalam hidupku itu akan benar-benar terjadi.  Dokter pernah mengatakan hal yang buruk itu... Tapi... Alhamdulillah... sudah terlewati banyak waktu yang ditetapkan manusia itu.

Maka ketika waktu itu (sudah) tak lagi ada untukku..

Andai kau izinkan, walau sekejap memandang
Kubuktikan kepadamu
Aku memiliki rasa
Cinta yang kupendam
Karena kau tlah memilih...
Izinkan  aku menyayangimu kini..

Sayangku..
Dengarlah isi hatiku..

Bila cinta tak menyatukan kita..
Bila kita tak mungkin bersama...

Izinkan aku tetap menyayangimu.... Aku sayang padamu...
Izinkan aku membuktikan...  (by Iwan Fals)

#Boleh yaa...

                                                              (Denting hati ini... menunjuk pada WAKTUMU)









No comments:

Post a Comment