Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Wednesday, May 15, 2013

deJA VU

Pagi...
Salam yang kusuka kala membuka hari.
Tak pernah letih menyampaikan kerinduan akan asa dan harapan yang mengalir tanpa henti.
Walau ketika kutuliskan ini, waktu sudah menunjukkan 21:41 malam.
Rambutku masih basah terguyur air yang menyegarkan, namun memang tak biasanya aku menggigil.
Tak bisa kuhilangkan kebiasaan mandi malam, karena memang tak bisa terlelap manakala badan terasa lengket oleh keringat yang membasahi tubuh seharian.
Akhirnya kuputuskan untuk membalur tubuh dengan minyak kayu putih, dan menggunakan jaket yang memang sangat lekat dengan aroma parfumnya.
Wangi yang begitu merindukan..... bisikku pelan.
Terimakasih.... Dy.

Aku tersenyum, ketika kuketikkan kalimat yang selalu ingin aku kirimkan padanya.
Kata terimakasih, tak pernah cukup untuk semua keceriaan yang terbagi setiah hari, selalu tersenyum.. karenamu..

Balasnya nanti yaa... masih harus konsen di motor...

Jawaban pendek yang membuatku tersenyum simpul.
Kok... sempat mengetikkan sms ketika mengendarai motor. Aaahh... #beingbeingonly

Itulah dia.. orang yang kupanggil Dy, dan mungkin memang hanya aku yang panggilnya dengan nama itu (bukan ge-er).
Aku selalu ingin bisa membuat "unforgetable" momen bersama orang yang telah menjabat erat hatiku.
Maka keras kuberfikir untuk memberinya panggilan yang spesial.
Ia tidak hanya spesial untuk dijadikan teman, tapi juga menjadi sahabat.
Aku tak pernah merasa senyaman ini, jika berbicara tentang sahabat.
Jejak luka yang seperti belum kering, karena terluka akibat titik persahabatan kental yang tercoreng.
Semua seakan menguap tanpa sisa.

Aku yang kini selalu mempertanyakan arti kemurnian sebuah hubungan, bagai di tubir jurang kekecewaan.
Sepi yang panjang selalu jadi teman yang sepertinya akan akrab dalam hari-hariku.
Bersamanya, aku mengurai kenyataan menjadi realitas kebahagiaan tanpa jeda dan akhir.
Terimakasih...  Dy, untuk semua rasa yang tertoreh tanpa jeda.

#selalukembali
Itu yang selalu ditulisnya jika hendak pergi.
Sebenarnya, aku memang tak meragu... tapi mungkin dia memahami bagaimana arti "kehilangan" untukku.
Tak lelah direngkuhnya aku dalam sebuah keyakinan, bahwa selalu kembali untukku.
Kini... aku tak ingin mengikat dalam kepercayaan.  Namun aku yakin sebuah janji hati itu lebih penting dari pada milyaran kata-kata yang tak bermakna.


Aku hanya ingin bisa memjadi kenangan yang indah, kala aku jauh darinya.
Aku merasa ini bukan cinta sesaat yang akan hilang berganti.
Aku memang sangat merasa tak pernah mencari dan dicarinya.
Maka, jalan ini merupakan pertemuan jabat hati yang dipertemukanNya.
Sesederhana itu.

Pagi,
Walau kini aku tengah menjaganya dalam lelap.  Terakhir kuhubunginya via sms dan menjawab apa yang ditanya olehnya.  Tapi... terdiam lama.
Dan... aku sudah sangat faham.. pasti dia telah melabuhkan mimpinya untuk bisa menghabiskan sunset di Senggigi.  Pantai yang memiliki sejarah di perjalanan hidupku.
Tak pernah kusangka, Dy begitu terobsesi....

Baiklah... Dy,
Jika aku diperkenankanNya menginjak tanah Lombok dalam kondisi yang berbeda, maka orang pertama yang akan kuajak.. dirimu.
Kenapa?
Karena... keindahan hari-hari bersamamu itu memang sangat sederhana.  Keindahan yang biasa dilakukan setiap orang untuk menghabiskan waktu bersama. Dan mungkin... karena biasa itulah yang membuat bahagia.
Yang lupa aku perhitungkan adalah...betapa... cinta sederhana itu benar sesederhana fikiran kita.

"Menyesal ga yaa... kita bisa sedekat ini?" tanyaku di tengah canda kami yang lepas.
"Kok nanya.. aku?"
"Well... ga, tapi memang menyesal juga siih... kenapa ga dari dulu kita begitu dekat."

Kelakarku yang kemudian memecahkan keheningan ketika menikmati kelapa bakar.
Aku semalam mengajaknya ke sini namun tutup.  Tak tega rasanya melihatnya menantiku selesai mengajar, dan kemudian mengantarku pulang, sementara kulihat kondisi kesehatannya seperti tidak prima.
Ini adalah obat untuk memulihkan kondisi fisik yang menurun.
Kutahu, di depanku.. ia akan mengatakan Aku baik-baik saja.... Vie.
Dia memang memperlakukanku dengan manis, dan membiarkanku merasakan menjadi wanita.
Walau untuk membalas smsku yang sedikit berpuisi, selalu menyiksanya... karena tak bisa membalas dengan cukup manis.
Yang dilakukannya, hanyalah mengomentari tanda baca, penggunaan bahasa dan kata... kegiatan yang selalu kulakukan padanya.
Waaaahh.... memang senjata makan tuan... akhirnya... gumamku.


Awalnya, aku merasa kurang nyaman dengan ini, karena selalu kufikir bahwa wanita itu harus juga kuat dan mandiri.
Tapi Dy meyakinkanku bahwa ini bukan menunjukkan kelemahan wanita, ini hanya upaya menjagaku.
Hmmmmm...
Hatiku selalu terenyuh, rasa di antara sedih, khawatir, dan bahagia yang membuncah, ketika melihatnya menunggu di batas waktu agar bisa mengantarkan pulang.
Dan seringkali membuatku terkejut karena semua dilakukannya, dengan atau tanpa persetujuanku.
Aku hanya ingin tenang... Vie.  Maka biarkan aku melakukan ini, demi ketenangan hatiku.
Jawabnya tenang dan memegang tanganku.
Huuufft... aku selalu merasakan getaran itu, setiap ada kesempatan memegangnya.
Mungkin juga... tak pernah ia tahu.. betapa aku sangat ingin punya banyak kesempatan melakukan itu, karena kutahu dan sadari tangannya merupakan tempat aku berpegang untuk bisa bertahan dalam ombak kehidupan.

Dan siang ini, ketika aku tiba-tiba mengajaknya makan siang bersama, ia pun mengatakan,
Sore ini dia menjemputku, dan mengajak mencari kelapa bakar.
Whaat?? ciri khasnya yang kupinjam (jangan..... keberatan yaa... Dy, senyum sajalah...)
Dia sudah mempersiapkan semuanya, sebagai kejutan.
Hmmm... Kali ini ia berhasil membuatku terkejut dan tak habis fikir, setelah kemarin gagal melakukannya.
Ia terlalu bahagia mungkin... hingga tak sabar untuk memberitahukan rencananya.
Dy... Dy... sering aku terpaku sendiri, ketika menatapmu dari kejauhannya.
 Selalu speechless... di awal..

Aku terdiam sejenak, merebahkan lelah.... meminta jeda pada diriku sendiri... untuk bisa bersamanya sejenak melambungkan mimpi, membayangkannya memelukku dan berkata:
Semua baik-baik saja.. Vie

Dan semua bergerak ke kegiatan biasa...
Aku baru kembali menuliskan ini, setelah tercekat oleh lelah.. membaringkannya di peraduan mimpi indah.
Dan.. Dy belum.. terbangun...

Yang ingin kukatakan.. kini,
Aku ingin.....

Akan kubiarkan saja kalimat itu menggantung... tanpa akhir dulu,
Karena.. kurasa belum saatnya kuungkapkan.
Karena kini... akhir itu hanya ingin kusimpan sendiri [dulu]..
ga apa".. yaa.. Dy??

Kulihat hitungan waktu... yang terasa menghitung mundur..
Maka terlihat juga wajah itu.. di langit hati.
Hmmmm....
nafas panjang terhela.. ingin merasakan kerinduan yang tertahan dalam diam.
nafas panjang kembali terhela,
Dan selalu kami saling mempertanyakan kenapa...
Atau... mungkin sebaiknya memang harusnya dibagi bersama saja.
Semua kepenatan, kelelahan, kerapuhan, kesedihan dan... berjuta kebahagiaan..

Memulai kembali cerita yang telah tertulis di sini dengan hati terbuka, dan membaca semua kerinduan yang tersampaikan tanpa kata.
Aku baru sampai rumah, dengan sedikit kuyup.. termangu, terdiam..
Aku benar-benar baru merasakan kedamaian..
Hampir benar terlelap, jika tak kusadari Dy pun butuh teman.
Yaa.. itulah kebersamaanku menutup hari.
Bersamanya..

Jujur,
Jika boleh aku mengatakan.. aku cukup takut ada di titik ini.
Sangat takut..
Izinkan aku memegang tanganmu..
atau bersandar pada bahumu.... Dy,
Karena memang tak inginkan semuanya terhenti,
Karena kebersamaan ini sangat mengikat..
Semua rasa, rindu dan .......... (biarlah ini dalam diam) terasa pekat, dalam warna kehidupan.
Mengalun dalam irama melodi indah tak terjeda..
Benar-benar mengalir.

Yaa.. muqallibal qulub, tsabbit qolbii 'alaaddiinika....

Ya Rabb...
berilah aku kekuatanMu, 
manakala ku merapuh..
Izinkan terangMu,
jika kurasakan gulita melingkupi..
Perkenankanlah kerinduan ini melengkapi warna hari-hariku..
Walau kupinta juga (sedikit) keteguhan hati,
karena ini memang tak mudah terjalani...

deJa vu,
Aku merasa pernah mengenalnya.  Entah di masa yang mana...
Yang kurasakan memang sangat mengenalnya.
Semua tentangnya... seakan sudah pernah terekam sebelumnya..
Hanya membuka lembaran-lembaran cerita yang terlah tercipta..

Sekarang...
Aku [benar] takut.... Dy,
__________________________________________________________________________________

deJa Vu...
Makna yang selalu kupertanyakan manakala merasakan kedekatan yang luar biasa dengan Dy.

Kulihat kupu-kupu dimana-mana.
Aaaahh... indahnya, kesan pertama ketika melangkah masuk ke kafe itu.
Dy tak pernah tahu... kalau aku sangat suka kupu-kupu.
Setiap lukisan yang pernah kubuat, atau ketika mengisi kebosanan jika terjebak dalam kegiatan.. aku selalu menggambar kupu-kupu.
Warna yang indah mengingatkan kreatifitas yang diperlukan untuk melukisnya.
Hidupnya yang tak panjang, namun bermakna.. selalu jadi semangat untuk mengikuti jalan hidupnya.

Perbincangan kami dimulai dengan cerita yang terkait banyak hal, sambil menjadi "editor" untuk laporan yang dibuatnya.  Tanpa kenal lelah... rasanya ingin meluangkan banyak waktu untuknya.
Seperti hari ini.. selesai tes yang kujalani, kutawarkan untuk menemani harinya.
Yaa... aku tak pernah tahu.. kapan kubisa (lagi) luangkan untuknya.
Keinginan dan cita-cita yang tengah kuretas, seringkali membuatku begitu terbelenggu.
Hmmm...
Tiba-tiba... wajahku terasa panas, karena ketika menoleh... melihatnya tengah menatap lekat padaku.
Sesederhana itu.. perjalanan waktu.... bisikku dalam hati.

Waktu begitu tak terasa... berjalan begitu cepat.
Sambil membereskan berkasnya, aku mengajak bergegas ke kampus. 
Dan...
Sejurus kemudian aku terkejut dengan perkataannya.

"Aku masih ingin di sini.... Vie. Menghabiskan waktu bersamamu..."
"Truuss... gimana ini." tunjukku pada berkasnya.
"Tapi.. aku memang masih ingin bersamamu di sini."
"Well, why do you always think that we won't have another time to share.. Dy?  Kita [masih] punya banyak waktu.. jika kita menginginkannya....", mencoba menatapnya lembut, menguatkannya.
"Ok.. kalau begitu... coba telpon kampus, apakah dosennya ada atau tidak.  Kalau ga ada... ga apa-apa, kita akan tetap di sini." opsi itu kutawarkan.

Jujur aku pun enggan beranjak dari tempat yang nyaman ini.  Ingin rasanya mengambil satu buku dan membacanya.  tapi aku sadar.. jika kulakukan itu.. maka Dy takkan dapat waktuku.
Aaahhh... kegilaanku pada buku bisa sangat membutakanku pada dunia sekitar.
Karena di sanalah, kutemukan kebahagiaan duniaku.
Maka terus kutahan keinginan itu.
Aku tak pernah bosan... atas perjalanan waktu yang kulakukan bersamanya.
Dan benar saja... 
Kami berada di tempat terindah yang pernah kukunjungi ini, bersama sunset... dan melihat lampu-lampu yang mulai dinyalakan.
Bagai kunang-kunang yang berlari berkejaran menembus kegelapan hutan, menjadi penerang sebelum mereka meninggalkan kenangan.
Hmmmmm.... berulang kali aku menghela nafas, membuang sejumlah kerisauan hati yang tak ingin terbaca oleh Dy.
Sekuat tenaga kututup semua dengan tawa ceria lepas, yang memang tak bisa sering kulakukan jika.....
Huuuufft...
Yaa Rabb,
Betapa tak ingin aku akhiri kebersamaan ini bersamamu... Dy, malah rasanya tak ingin aku berkedip agar tak melewatkan wajahmu sedetik pun.
Ingin rasanya menarik tanganmu untuk sedikit memberikan kehangatan dalam pelukanmu, tapi semua seperti tercekat dalam waktu, walau sudah begitu dekat.

Dingin malam... membuatku memeluknya semakin erat.
"Dingin... Dy." membuatku memasukkan tangan pada saku jaketnya.
Ia mengusap tanganku dengan sangat manis dan lembut.
Sentuhannya itu.... selalu membuatku benar terdiam sejenak tanpa nafas (jika ia tahu), selalu tercekat dan merasakan kehangatan yang mengalir tanpa batas.
Terimakasiiiiihhh.... Dy, izinkan aku untuk bisa merasakan kedamaian itu (lagi), bisikku lirih tertelan suara angin malam.


Dy....
andai kau tahu....

Kebahagiaan yang sejati adalah ketika bisa berbagi.
Happiness is inside...

Kalimat-kalimat yang terbaca, ketika menghabiskan malam minggu yang memang baru pertama kulakukan di luar rumah. Masih bersama Dy..
Kali ini... semua mengalir dalam janji yang nyaris terkoyak.
Hmmmm...
Life is never flat, maka dalam komunikasi pun ada ketidaksempurnaan.

"Aku ingin melihat Bandung dari atas.. Dy."
"Ok...tapi aku ga tahu jalannya Vie.  Jadi... tunjukkan jalannya."
"Hahahahahahahahahhahaaa.." tawaku lebar.
"Kok.. malah diketawain siihh.."
"Yaa... wong sama, aku juga ga ngerti... Dy.  Tapi kita kan punya mulut untuk bertanya.  Kalau tetap ga ketemu.. putar balik lah..."
"Iya... juga...."

Perdebatan panjang ketika hendak mengisi waktu malam ini.  Melewati jalanan Dago, yang penuh sesak kala akhir pekan selalu jadi warna bagi penghuninya.  Membuat malas untuk keluar menikmati dingin malam dan kemacetan di mana-mana.  namun tidak dengan kami yang memang sedang mencari 'kesibukan' mengisi waktu bersama.  Semua ternikmati dengan sempurna, dengan candaku yang kemudian membuat badannya terguncang tawa. Aaahh... rasanya, aku sangat jarang melihatnya tertawa sangat lepas. 
Hmmm.... mungkin karakternya yang kalem, pendiam dan banyak senyum simpul itulah, yang selalu membuatku terjebak dalam perasaan yang tak menentu. 
Tiba-tiba terlintas ingin mengajaknya makan sate padang, karena melewati Pasar Simpang tempat langgananku dulu.  Sudah lama sekali tak kuhabiskan malam indah seperti ini.  Aku senang menjebak diriku dalam kesendirian.. karena aku tak suka 'ditinggalkan'. 
Hmmmm... suka ga yaa..., tanyaku dalam hati.
Tapi akhirnya kutanyakan juga.
Waahhh... belum pernah makan?  
Wuuiiihh.... kepalaku terus menggeleng, betapa sedikit perjalanannya membelah waktu, yang diisi dengan petualangan.
Mungkin... baru mungkin, 
Hari-hari yang dijalaninya denganku, adalah perjalanan dengan roller coaster, yang selalu naik dan tiba-tiba turun secara cepat.
Aku pun belum pernah menanyakan... apakah Dy suka semua petualangan yang dihabiskannya denganku?
Waktu yang berlalu seperti menghentikan semua keindahan yang kami rasakan, untuk kemudian berlanjut dalam peraduan.
Kami tak pernah kehabisan kata untuk menyatakan dan menceritakan banyak hal.
Selalu aku terbangun dini hari... karena merasakan getaran HP yang memang selalu berada di dekatku. 
Membaca pesan yang terkirim saat aku sudah terlelap.
Dan memang aku akan selalu terbangun... membaca, membalasnya... dan kemudian terlelap kembali. jika waktu bersimpuh belum tiba.
Bahkan aku seringkali terlelap dengan headset yang masih melekat di telinga, manakala kerinduan terlalu sesak dalam dada, mendengarkan lagu-lagu yang memang mengingatkanku akan Dy.
Aku memang [sudah] terikat dan menjabat hatinya sangat erat.
Berusaha [menahan] keindahan rasa dalam satu titik kuliminasi.
Meredakan tumburan ion anoda dan katoda dalam degup jantungku... agar tak luapkan energi listrik yang akan buat konslet rangkaian jiwa, sukma dan hatiku.
Aaaahh... betapa (kurang) waktu membatasi langkah kebahagiaan ini nyata tergambar.

Tiba-tiba.... kesunyian dan kerinduan menyeruak gelisah keluar dalam dada.  
Kuhentikan dulu kegiatan menulisku, berbaring sesaat dan berusaha memejamkan mata.  
Namun hanya bayang-bayangnya yang kembali berjalan melintasi waktu.
Aku selalu menulis.... Tak pernah cukup waktu untuk merindukanmu... Dy.
Tapi aku sudah berjanji dan menuliskan pesan singkatku tadi dengan jelas...
' ve your time and enjoy the moments.. .

Dan, kau pun muncul tiba-tiba.
Ceeessss.... terasa..
Betapa banyak keajaiban yang tercipta di antara banyak waktu yang melintasi perjalanan hidup yang tak sempurna.
Terkadang tak pernah kuyakin, apakah ini benar nyata atau fatamorgana.
Kebenaran rasa ini... hanya akan hadir sesaat... atau akan menjadi keseharian yang terus mengikat dalam rasa.
Semakin takut aku menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul tiba-tiba.
Dan aku tahu... takkan mengikat erat apa yang kurasakan kini, walau memang pada kenyataannya itu bukan hal yang mudah dilakukan.
Mencoba menyakini...
Menjalani...
Keindahan ini hari per hari saja... tanpa batasan rasa yang terasa indah mengalir memenuhi rongga-rongga jiwa.
Memberikan banyak oksigen murni yang terpompakan, untuk degup jantung untuk cinta sederhana.

Saat itu tiba....
Kala mimpi sudah menghadirkan sosok yang kau rindukan, maka kebenaran rasa yang terpendam tanpa kata  terungkapkan sempurna.
Tak perlu banyak ungkapan manis, atau bahkan rayuan gombal yang sering dikatakan seperti yang dialami banyak orang..
Kami.. tak pernah dan rasanya memang tak perlu melakukan hal itu....
Karena pada hakekatnya.. komunikasi kami ada di level yang tak mudah difahami akal..
Kami seringkali berbicara tanpa kata... menggunakan hati dan perasaan untuk merekatkan rasa.

Berharap sebuah mimpi bisa mewujud, manakala bisa membaringkan lelah di pangkuan...
Masih tetap bercerita tentang banyak hal yang akan melegakan perasaan karena tersandarkan di Dermaga Rindu 1.
Kedamaian tentang kejujuran rasa yang terungkap lewat rangkaian kata di sini, menjadikan lukisan perasaan yang biasanya kelam tanpa warna.  Menjadi begitu ceria dengan warna warni pelangi yang sering kali ternikmati dalam batasan diam, tetap tanpa kata.
Karena sepertinya... kata-kata itu amat membatasi kejujuran yang harus dilakukan dengan keikhlasan.
Dan tak pernah menyesali guratan nasib yang menakdirkan kebersamaan ini.

Di pangkuanku kini....
terpulas Dy, dengan kedamaian yang ingin kulihat darinya.
Menemaninya selalu... itu janji hati yang terpatri dalam jiwa, memang tanpa kata.
Dan tak pernah tersampaikan pada Dy... sendiri.
Kutatap wajahnya yang telah terlelap dalam damai.. membelai helai rambut yang juga sudah pernah aku lakukan ketika ia terjaga.
Kelelahan jiwa yang tak pernah dikatakannya, kurasakan perih..
Tapi... dengan membiarkannya terlelap dan berbaring di pangkuanku.. sudah sangat membahagiakanku.
Mungkin.. (aku tak yakin) bisa mengurangi kepenatan dan kerapuhan Dy.

Kembali kulihat wajahnya...
Yaa Rabb,
Betapa.. tak bisa kulepas apa yang kini ada..
Selalu tak henti bersyukur untuk semua keajaiban yang terjadi, di antara lara yang terjadi kini.
Jeda yang (teramat) jauh.. itu semakin menjauh
Sehingga buatku kembali terjatuh.
Namun... semua kerapuhan hati yang ada seakan berubah menjadi energi positif, karena Dy.
Karena ia pernah mengatakan... akan selalu ada mendampingi menjadi sandaran hatiku.
Hmmmm...
Dekat sekali... seakan tak ada lagi batasan antara kami.
Aku memeluknya erat.. sangat erat... karena memang selalu takut kehilangannya... dan ia pun tetap terlelap..
Perlahan.. kembali kuletakkan kepalanya, merebahkannya kembali dalam pangkuanku yang terus menuliskan cerita sebagai catatan lembar hati.
Ingin... sangat ingin...
Muncul keinginanku yang lain.. karena memang tak ada yang bisa mengalahkan perasaan ini pada Dy..
Tapi... sudahlah.. semua yang bermain di angan, tak perlu muncul di permukaan.
Karena keindahan yang sempurna.. akan ada di saat yang tepat.
Kuusap lembut dan perlahan pipinya, merasakannya diam tanpa batas waktu.


Dy..
Jika kau terjaga.. mudah-mudahan kau mengerti dan tahu, bahwa sebenarnya.. aku selalu ada untukmu.


Di batas hati yang terus menanti...  kebersamaan yang tak pernah usai dan tanpa jeda


No comments:

Post a Comment