Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Monday, May 27, 2013

{JEDA}

Di antara tidurmu, selalu kucoba perhatikan wajahmu yang menggambarkan kedamaian.
Hmmm... kadang aku iri padamu, yang begitu mudah jatuh terlelap.
Aku melihat jam dinding, sudah tengah malam, kataku lirih, sambil melihat tumpukan kertas yang cukup menggunung. Pekerjaan yg selama ini aku tunda, kini harus kuselesaikan dengan perjuangan.
Ya... resiko yang memang harus aku ambil manakala menunda-nunda pekerjaan.

Di sampingku memang selalu ada Mae, sahabat karib yang selalu menemaniku.
Menguatkanku dalam tawa, dan membahagiakan manakala duka menghampiri.
Tak ingin membangunkannya...terus kutuliskan kata-kata yang memang kusembunyikan darinya.
Rasa yang memang cukup kutahu sendiri... saja..
Maaaaf... yaa.. Mae,
Belum bisa kubagikan apa yang kurasakan ini...


Aku terus berbisik untuk dapat menghadirkan kata-kata yang ingin kukatakan padanya..
Seorang yang jauh tak tergenggam hati...
Yang selalu dapat menghadirkan rindu tak berujung..
Hingga waktu yang terlewati itu... terasa tanpa jeda,
Dan berakhir dengan kata-kata yang tak pernah cukup untuk merangkai rasa yang sangat indah.

Ahhh.... (nafas yang terhela panjang..selalu bisa menghilangkan gundah sesaat)

Jika..
Aku masih sendiri... maka (mungkin) kupilih dirinya,  yang sangat kutahu cintanya jauh lebih besar...
Andai...
Bisa kuputar waktu, maka akan kupilih masa bersamanya kini..
dan,,
Bila...
Diiizinkan mengulang kembali perjalanan jiwa, maka pencarian (sederhana) ini akan berujung jua..

Aku bukan orang yang sulit dimengerti, bisikku di pekat malam ini..
Aku hanya orang biasa dalam kesederhanaan saja..
Tak pernah kupinta, ia untuk petikkan bulan, karena kutahu itu hanyalah lamunan.
Tak jua kuinginkan berlian, karena bukan itu yang jadi tujuan.

Aku hanyalah ingin dimengerti, dengan perasaan yang lembut.. untuk dapat merasakan keindahan yang selayaknya didapatkan.
Begitu mahalkah... permintaan ini?

Hmmmm...
Kulihat kembali wajah Mae.. yang terlelap dengan damai.
Sementara.. aku masih terperangkap di ruang dan waktu, untuk mengurai sesak yang muncul tiba-tiba.
Menyibakkan kabut dan hujan, namun... menghadirkan awan nimbostratus.
Benar-ku kehilangan kendali waktuku sendiri.
Tak kunjung datangnya kantuk membuatku seperti terjebak pada "stress"  dengan pening yang kurasakan sebelum Mae datang ke apartemen ini.
Aku memang berusaha biasa... ceria seperti hari-hari sebelumnya..
Walau pening ini hebat mengigiti kesabaranku menahannya.

Aku sudah cukup merepotkanmu... Mae, bisikku perlahan.
Jadi maafkan aku.. kalau kali ini... biarkan aku sendiri (dulu).

Kutinggalkan komputer.. kubiarkan saja terbuka, karena masih ingin kulanjutkan nanti..
Cerita yang kutulis kali ini, harus benar mengalir tanpa bentuk fiksi seperti biasanya.
Aaahh... sanggupkah aku berjalan dalam kejujuran tanpa sandiwara? tanyaku menembus langit.

Lalu, aku mencoba berbaring di samping Mae.. (tetap) ingin menatap lekat wajahnya.
Mencoba merasakan dari dekat, kedamaian yang selalu dibaginya jika bertemu.
Sahabatku ini memang pandai mengurai kebekuan menjadi percakapan yang amat menarik.
Jika berbaring di sampingnya kini..
Melihat wajahnya.. begitu dekat, ingin memegang pipinya yang memang cukup menggemaskan, dan mencubit hidung mancungnya..

Aaahhh.. teriakku (like a screamer) tertahan dalam pelukan malam yang semakin larut.
Kembali keluh kesahku mengalir deras.
Dia memang selalu bisa membuatku tertawa dengan sesak di dada sekalipun..
Hingga rasanya...
Tak diberikannya aku kesempatan untuk menelan pil pahit duka.
Maka jika ia terbangun... dan merasakan hela nafas panjang yang kulakukan berulang kali..
Biasanya ia akan menatapku.. dan bertanya...

"Ada apa.. Vie? Cape yaa..?"

Hmmm...
Betapa.. kerinduan yang hadir ini begitu memasung jiwa, perasaan dan hatiku kah...?
Hingga tak dapat kurasakan rasa yang lain... seperti kantuk?

Seperti... hari-hari kemarin...
sejuta tanya itu hanya tertelan angin, dan menghilang tanpa jawab.
Hmmmm.... haruskah aku (terbiasa)?

Kutuliskan kembali.... kata yang ingin kutuliskan untuknya....
[menembus] awan mimpi.. untuk bisa menemuimu (lagi)..

Cerita hidupku kian berputar menuju pusaran waktu yang tak bertepi.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

(Masih) cerita yang sama dengan hari yang berganti..

Pening yang kurasakan semalam, membuatku benar-benar terhenti meneruskan perjalanan hati yang ingin kurekam sendiri.
Walau masih menyisakan berat di kepala yang memang belum mereda..
Tak ingin aku kembali meminum obat untuk meredakannya.  Terperangkap dalam ketergantungan yang memang harus kuhindari dan mulai belajar mengobati diri dari hati.

Cukup dengan melambungkan angan  (lagi).
Nyaman saja.. hati, setelah menatap wajahnya.. dan terlelap menembus awan mimpi menemuinya.
Jarak yang terbentang... bukanlah halangan yang berarti.
Karena jabat hati itu.. memang sudah tak mempu menahan kerinduan yang mengalir tanpa sekat ruang dan waktu.

Masih terasa hangat.. ketika mendekap erat jaket yang dititipkannya padaku.
Andai ia tahu... dan bisa dengarkan degup jantungku, yang mirip alunan orkestra rindu ini..
wuuiiih... untung tak ada seorang penulis lagu atau arranger musik yaa... 
Jika ada.. kini.. dan menangkap gelombang ini, maka mereka akan mampu mengalirkan rasaku ini dalam irama dawai hati yang indah.. mungkiinnn.... candaku dalam hati, tertawa geli, sambil menoleh khawatir... adakah yang memperhatikanku.


Tiba-tiba terfikirkan...
Betapa banyak waktu yang diluangkannya untuk mendengarkan, sementara sedikit waktuku untuk mendengarkannya.
Tanya yang kemudian menyeruak adalah..
Adilkah aku padanya?? tanyaku pada angin.
Huuuufft...maaafkan.... aku untuk semua ini..

Seperti malam kemarin dan kemarinnya.. lagi, pertanyaan-pertanyaanku ini hanya menembus ruang dan waktu, tanpa jawaban yang memang ingin aku dengar.

Di keheningan malam... dimana biasanya aku bersimpuh.. menyampaikan lantunan do'a, aku masih terjaga dengan suntikan energi yang terasa tak kunjung habis, yang datang tiba-tiba.
Entah karena menelan kekecewaan yang teramat dalam...
Ataukan kebahagiaan yang teramat membuncah..??

Aku telah menemukan tempat berlari terbaik yang kumiliki, ruang terdamai yang ingin kutinggali, dan bilik ternyaman untuk menemukan keheningan diri.
dan..
Jika satu saat nanti... aku menghilang tiba-tiba..
Carilah saja aku di sana...
Karena kau tahu di mana harus mencariku.

Pesan ini kutulis di tempat terbuka, yang mudah terlihat oleh siapapun yang memang (perduli) denganku.
Aku bukanlah jiwa murni yang terbebas dari syak wasangka, aku hanyalah wanita biasa yang ingin difahami dengan sentuhan emosional. Kenapa? Karena aku... adalah makhluk yang bernyawa.
Aku seringkali terjebak dalam amarah yang memang (lebih) sering kularutkan dalam diam.
 Maaaaf... sangat,

(Izinkan aku mencerna.. tanpa tengat?)


NB: Tak ada ragu...

No comments:

Post a Comment