Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Thursday, December 22, 2016

Perjalanan

"Hari ini kulantunkan untukmu seuntai doa
Dan aku tahu Tuhan pasti mendengarnya
Aku rasakan jawabannya di hatiku
Meski Dia tak ucapkan spatah pun kata.
Aku tidak meminta kekayaan atau ketenaran (aku tahu kau takkan keberatan)
Aku memohon agar Dia mengirimkan harta paling berharga dari jenis yang lebih abadi.
Aku memohon agar Dia berada dekat denganmu
Pada permulaan yang hari yang baru,
Untuk melimpahkan kesehatan dan berkahNya kepadamu, serta teman-teman untukmu berbagi jalanmu.
Aku memohonkan kebahagiaan untukmu, dalam semua hal yang besar dan yang sederhana,
Tetapi adalah penjagaanNya yang penuh cinta
Yang kudoakan untukmu senantiasa." (Ibrahim Elfiki)
***

Tulisan ini menggiringku menemukan hadiah yang akan kuberikan.
"My live and Career is my own adventure.. -Dario Argento-"

Aku, Vie, petualang sejati, melintasi batas ruang dan waktu. Penglihatan itu masih selalu ada.
Aku ingin membantunya.

Tuhan, berikan kekuatan. Karena aku percaya, bahwa tak ada kebetulan.
Semua akan menemukan jalannya.
Jalanku membantunya..

Terpendam dalam diam, terkubur di rindu, lalu trcekat hening.. padaMu,
Keriuhan jiwa dan pikiran, menuntun kerinduan dalam hening
Sunyi bukanlah hening dalam jiwa, hanya jeda sejenak pada nadi pikiran..

Melepaskan tanya di kesunyian, mengharapkan rindu dari angin yg membisik perlahan. Aku mengerti walau tanpa kata.. Tak ada penantian tersiakan.. #menantijawaban

Hening tanpa bisik angin, tercenung dalam. Dimanakah rindu yg sering tergaungkan di riuh ceritamu?
Ada kehadiranmu dlm diam, memeluk rindu prlahan. Menenangkan.. Aku ada, bisikmu bersama senja. #bukitmoko

Aku, bukannya tak merindukan waktu. Hny membungkus rasa dlm hening. Menitipkan cinta dalam kata..

Tuhan, jadikan setiap harap agar tak berlebihan, agar setiap rasa selalu dalam kadarnya, dan agar tiap cita tetap terbingkai dalam niatnya. -Jul-

Hari ini di wisuda kampusku, terhempas dalam pengkhianatan untuk sebuah kepercayaan. Cerita yang seharusnya tersimpan, mengemuka liar. Bagai api yang menyambar kayu.

Otakku terus bekerja keras mencari tahu sumber api.
Maghrib, bersama buliran rudhaksha yang terus bergerak mengiringi detak jantungku, pencarianku berujung sudah.

Kang, maafkan aku. Untuk semua kejadian yang tak terkendali ini.
Walau aku selalu percaya, bahwa semua telah diatur di Lauful Mahfudz.

Aku, hanyalah jiwa yang rapuh. Yang tak henti mencari sandaran.
Melarungkan duka yang tersimpan rapih sendiri.

Ini, akibat euforia berlebih yang meletup tak terkendali.
Jiwa-jiwa yang tak lelah mencari.
Ini, hanya kesalahan pemahamanku tentang manusia dan pemikirannya.
Ternyata sedikit yang mampu bertahan dalam amanah.
Ini, membuktikan bahwa memang tak ada hubungan yang abadi.
Selain dua: Alloh pada hambaNya, Orangtua pada anaknya.

Buliran bening itu terus mengalir, memburamkan jendela hati.

Aku, Vie, masih memeluk duka dan lara mendalam.
Merapuh bersama waktu.
Tak ada yang sempurna dalam perjalanan.
Hanya menyisakan hikmah dan pembelajaran.
Menjadi pengingat bahwa manusia itu tak jua mampu memaafkan masa lalu. Yaa.. itu aku.

Vie, adalah kerapuhan dalam jiwa. Pencarian yang berbatas di jeda waktu.
Vie, masih terus menatap ufuk senja bersama kesendirian yang belum melekang.
Vie..
Kembalilah bersama mentari,

Rudhaksa ini akan menjadi penyucian diri dan hati.
Mengalirkan energi positif untukmu.
Mengalir bersama doa dan airmata.
Abah yang memberikannya langsung.
Miliknya.

Mewariskan kearifan dan kedamaiannya.
Kutitipkan padamu, Kang..
Menemani jauh perjalanan yang nanti ada bersama perjuangan.
Damailah bersamanya nanti, jagalah baik.
Detak jantung yang nanti akan menenangkanmu. Ini keluargaku..

Walau begitu panjang waktu yang harus terarungi. Namun tak ada kata yang mampu mewakili perasaanku ketika mengenggamnya.
Denyut berdegup, mengiringi genggaman awal tanganku.

#perjalanan #novelku

Wednesday, October 26, 2016

Diam dalam hening

Kamu semakin menjauh.. Ka.
Jarak kau bentangkan tanpa kata.
Bukan seperti ini yang kumau..

Aku,
Takkan menahanmu ketika di penggalan waktu kau ingin melangkah menjauh.
"Terdiam dan melangkah menjauh.. di kesunyian, teriakkan rindu.

Aku menitipkan jutaan makna bersama bulir hujan dan airmata.
Kembalilah.. dekap kata tanpa jeda.."
Kata yang kutitipkan pada angin. Smoga sampai di pendengaran jiwamu.

Walau hidup bukan masalah apa yang kuinginkan, tapi bukan begini caranya.
Baiklah padaku..

Seperti syair di lagu yang kukirimkan..
사랑이란 그런가 봐
sarangiran geureonga bwa
Cinta itu seperti ini.
소란하지 않더라도
soranhaji anhdeorado
Tanpa keributan
따스한 눈빛이 날 감싸는 것
ttaseuhan nunbicci nal gamssaneun geos
mata itu akan menyelimuti dengan hangat.

그대 곁에 있을 때면
geudae gyeote isseul ttaemyeon
Saat kau dekat
매일 달라지는 나
maeil dallajineun na
Aku selalu berubah.
더 좋은 사람이 되고 싶어만 져요
deo joheun sarami doego sipeoman jyeoyo
Aku ingin menjadi orang yang lebih baik.

시간 흘러 끝이 온대도
sigan heulleo kkeuti ondaedo
Bahkan bila waktu berlalu dan akhir tiba
내 마음은 변함없는
nae maeumeun byeonhameopsneun
Hati ku tak berubah
보통의 날들일 뿐이죠
botongui naldeuril ppunijyo
seperti hari-hari yang biasa.
I
나의 사랑 나의 그대
naui sarang naui geudae
Cinta ku sayang ku.
여전히 그댈 바라고
yeojeonhi geudael barago
Aku masih berharap pada mu.
여전히 그댈 원하고
yeojeonhi geudael wonhago
Aku masih menginginkan mu.
이대로 멈춰 서있죠
idaero meomchwo seoissjyo
Aku berdiri seperti ini.
II
어떤 아픔 더한 슬픔
eotteon apeum deohan seulpeum
Tak peduli rasa sakit dan kesedihan apapun.
무엇도 두렵지 않은
mueosdo duryeopji anheun
Aku tak takut apapun.
이런 게 사랑이란
ireon ge sarangiran
Cinta itu sesuatu yang seperti ini.
걸 알려주려고 내게 그대를
geol allyeojuryeogo naege geudaereul
Kau memberi ku sesuatu.
보내준 것 같아
bonaejun geot gata
Kau dikirim pada ku.

아무 걱정 하지 말아요
amu geokjeong haji marayo
Jangan kuatir.
다시 시간을 되돌린다 해도
dasi siganeul doedollinda haedo
Bahkan bila waktu berputar kembali
어김없이 그댈 테니까
eogimeopsi geudael tenikka
Itu pasti kau.

Sepenggal harap dan asa tertitip di sepertiga malam ini. Aku seperti tanpa jiwa.
Mencari dan terus mencari.. dimanakah bisa kutemukanmu?
Aku tetap di sini..
Masih jadi sosok yang sama, ketika pertama kita berjumpa.

Tergesa jelang lazuardi di pagi hari, tetap tak tenangkanku dalam hening.
Wahai jiwa..
Berhentilah berharap untuk ketidakpastian yang terhampar di hadapan.
Duhai hati..
Berlabuhlah di dermaga jiwa yang setia menanti.
Tak ada keraguan,
Hilangkan duka..

Aku memang (masih) harus sendiri.
Di sini dan di sana..
Terjemahkan kata-kata yang terpendam diam di bumi.
Tak perlu sedu sedan..
Aku slalu menanti kepastian. Kemungkinan menjadi sahabat perjalanan.

Tuhan..
Pinjamkan bahuMu lagi untuk menenangkan kegundahan hatiku kali ini.
Tak sanggup lagi rasanya berdiri. Kembali menangis lagi.
Merindukan hujan untuk menyembunyikan tangis...

Tuhan..
Sungguh, sungguh aku tak sanggup sembunyikan air mata.

Aku memang rumit, walau pada akhirnya akan mengalir bersama riak kehidupan.
Nampak tegar seperti karang, rapuh dalam sanubari.

Pencarian yang panjang.. tentang makna kehidupan. Cinta bagai api tak berasap.
Jilbab Traveler, mengabarkan sisi ini dengan jelas. Bagaimana menentukan jalan kehidupan tanpa keraguan. Pengorbanan yang tulus dalam kasih.
Seperti itulah aku.. Ka.

Jangan cemas kehilangan seseorang yang tidak cemas kehilangan kita.
Tapi khawatirlah kehilangan seseorang yang sungguh khawatir kehilangan kita. (Tere Liye)

Rangkaian kata ini (benar) menohokku.
Dimanakah posisimu..Ka?

Hari ini, di tanah tempatku mencari penghidupan. Aku belajar tentang kebaikan pada semua prasangka.
Menatapmu yang tengah sibuk bermain air. Disini, kuhentikan semua pikiran negatif yang telah termakan oleh waktu.

Aku memang bukan orang baik..Ka.
Hanya berusaha belajar menjadi baik. Semua kelelahanku, terbayar kali ini. Mencoba menghentikan waktu. Sekejap bersamamu.

Tak ada perjalanan yang sempurna. Selalu ada riak yang harus menggerakkan air. Akan ada gelombang di irama kehidupan. Karena tak harus jadi beringin, ketika ingin meneduhkan.
Cukup memberi senyum hangat dengan keikhlasan pada mentari yang menyapa di pagi hari. Permata yang tlah lama dinanti.
Maka,
Nikmatilah semua perjalanan dengan syukur untuk nafas yang terhela detik ini.

Karena aku, kamu, dan kita, takkan pernah tahu berapa lama kebersamaan ini.
Semua tersimpan rapi di Lauful Makhfudz, semenjak ruh tertiupkan.

Sepagi ini, sudah rapi, wangi, dan cantik (aaiishh.. 😄). Membelah kesunyian dan kedamaian kota yang saat ini sering kupijak. Mungkin.. oramg lain masih di alam mimpi. Di pulau kapuk.
Tak apalah.. menjemput rezeki, bersama kokok si jago.
Man jadda wajada..

Kesibukanmu, kupahami sebagai seleksi alam. Bagaimana kita bertahan dalam ketidakpastian pertemuan. Hanya bicara lewat deretan kata-kata yang mengalir ketika terjebak kepadatan lalu lintas.

Jika ini adalah waktu milik kita, maka bahagia akan terpendar, menuntun, saling menjaga berpegangan menggenggam masa depan.
Apapun adanya, inilah aku, kamu, dan kita.

Tak sedetik pun, terlintas untuk menghapus jejak dalam hujan. Yang kulakukan, hanya menitipkan kegelisahan di bulir bening yang menyaput jendela kamar.

Di sini aku..
Melihat para Praja sibuk dengan karya ilmiah yg harus mereka susun.
"Rindu adalah rentang yg tak trukur, pilu yg ingin dikubur. Rindu adalah ketiadaan pnghuni d taman hati dan semesta pikirmu. Rindu adalah jeda, utk (lebih) mncintaimu." (Rahne Putri).

Kehadiranmu, sesaat membuatku berpaling dari Dy. Sahabatku. Partner in "crime". Yang selalu setia menemani kegundahan hatiku. Menepi di gunung, laut, atau kafe-kafe Bandung.
Dia tak pernah melepaskan pegangan tangannya. Bersama mengasah keterampilan renang.

Aku, mencarimu di langit pikiran, semesta hati.. Ka.
Jedamu tramat panjang, membentang.
Aku (masih) belajar tentangmu.

Andai menuangkan perasaan semudah mlipat kertas, aku akan melipat Seribu bangau kertas (千羽鶴Senbazuru) utk bisa mnyatakan apa yg kurasa saat ini..
Tidak mudah memahami apa yang telah terjadi. Hanya berusaha bersikap positif saja.

Semoga, kebaikan yang tertanam akan dapat menghasilkan manfaat bagi sesama.
Tawakkal padaNya, untuk semua yang sudah terjadi.
Belajar melangkah di kebajikan dengan tulus, tanpa kepura-puraan.

Aku tetap di sini.. Ka. Tak sedetikpun memalingkan wajah. Hanya berusaha bertahan dengan semua kesakitan yang tersisa. Melarungkannya bersama hujan.
Jauh di sana, Dy tetap ada.. memegang tangan jika aku limbung. Sahabat sejatiku..
Juga tak banyak kata.
Saling menjaga.

Aah..
Tetiba mataku memburam memikirkannya.
Dy, temanku menepikan kegundahan yang ditinggalkan. Hanya duduk terpaku dalam sepi, menatap taburan gemerlap lampu-lampu kota.
Secangkir kopi pahit jadi teman sejati. Untuk semua kejujuran rasa.

Terdiam mendengar adzan Isya berkumandang. Menunggu dalam gelap. Menyembunyikan sepi dan sedih. Lantunan Surat Yusuf, kucoba untuk bisa menenangkan hati.

Tuhan,
Maafkan aku yang menjauh dalam alunan FirmanMu.
Bukan mengabaikan.. hanya sedikit berlindung dalam gelap hati. Iman yang menipis.
Ampuni aku.. Tuhan.
(Hanya), mencari alibi untuk pembenaran sikap yg kupilih.

"Kang, bisa kasih kesempatan untuk berbagi ilmu di masjid?," tegasku pada ketua DKM.
Sudah tak terbendung rasa untuk melantunkan ayat-ayat cintaMu.
Tuhan, sekali lagi.. ampuni aku untuk semua kesalahan dan dosa-dosa. Masih belajar menjadi baik.

Semua kerinduan padaMu, mengalir begitu deras.
PanggilanMu kujawab sempurna. Terimakasih Tuhan.. untuk semua percakapan yang indah. Penafsiran yang baik, pemahaman yang luar biasa.

Aku kehilangan jejakmu. Takkan pernah bisa melupakan tawa dan canda.
Seperti mimpi..
Ku tak tahu apa yang terjadi. Dan berakhir seperti yang kumau.
Tapi.. tak ada akhir untuk pintu harapan.

Karena aku takkan mengusikmu jika dirimu merasa terganggu. Walau dirimu membuatku bersedih, menjatuhkan dari tebing tertinggi.

Aku telah percayakanmu, untuk semua titipan rindu ini.
Kehilangan bukan hal yang asing. Hanya aku tetap memelukmu erat.
Aku juga yang akan menenangkan badai.. agar kita bisa berjalan.

Sudah benarkah yang kau putuskan?
Pernahkah kau bertanya tentang itu?

Semua pertanyaan yang memukulku keras, sebelum aku berhenti.
Namun, tetap tak bisa abaikanmu.

Dy,
Aku kecewa lagi..
Berusaha ikhlas, untuk semua kepedihan yang tak kuharapkan.
Belajar keikhlasan atas semua kebaikan dan kebajikan.

Terpaksa aku sendiri (lagi). Ajarkan aku untuk ungkapkan rasa. Di antara gamangmu.. aku akan menyakinkan bahwa kamu memang berarti.

Dalam diam, aku berdoa..
Semoga satu hari engkau mengerti, tentang arti sahabat bagi diriku.
Semoga..
Ketika saat itu tiba, aku masih diberi waktu bersama.

Dy,
Aku kangen kamu.
Perjalanan panjang yang telah kita lalui.. menguji dibatas waktu.
Kamu yang selalu pegang tanganku. Yang menbangunkan aku kala terjatuh.
Memarahi aku, kalau abai kesehatan.
Aku benci sendiri, merasa sendiri. Di tanah orang..

Tuhan,
Ampuni aku..
Ketidakpercayaanku, bahwa tak sedetik pun Kau meninggalkanku..
Keabadian cintaMu,
Kesejatian hubungan..
Tanpa jeda,

Kuatkan kembali hatiku yang rapuh. Kembali terserak dan sia-sia. Mengembalikan (lagi) perjalanan waktu.

Aku: petualang sejati, tanpa jeda melintasi batas ruang dan waktu.

Tuesday, October 11, 2016

Terdiam..

Lompatan waktu begitu terasa cepat. Tak ada yang sempurna..
Sepekan pun takkan cukup menghapus jejak yang sudah menapak di batas waktu.

Hanya mencari teman perjalanan, terasa begitu melelahkan.
Cacian, hinaan, dan hujatan, menyertai bagai badai yang meluruhkan pertahanan jiwa.

Ka, jika enggan kau melangkah di sampingku. Tak mengapa..
Aku biasa sendiri dan ditinggalkan.
Jadi biarkan semua menghilang dalam kebaikan yang ingin kutanamkan.

Tak ada yang abadi. Hal ini sudah terprediksi sejak awal. Ketika sebiji sawi itu bertunas. Ini yang aku maksudkan dulu. Bahwa bukan aku yang pergi. Tapi kamu.
Sendiri itu menenangkan..Ka.
Tak perlu pedulikan perasaan orang lain. Tangis, tawa, dan canda itu menari indah di angan saja.

Yakinkan hal itu pada dirimu.
Serpihan hati yang kembali terserak, semakin membubuk bersama tenggelamnya mentari hari ini.

Melangkahlah ke depan.
Karena ini memang jalanmu. Rangkullah mimpi bersama bahagia.
Apa pun adanya.
Sekejab itu bermakna dari pada jutaan kata.

Aku masih menangis.. Ka. Sementara kau sudah tak perdulikan apa pun tentang aku.
Menitikkan buliran bening yang menderas, mewakili pedihan jiwa.
Sesaat,
Sekejab,
Tapi tikamanmu melukai dalam. Tak ada yang abadi..

Terimakasih.. untuk semua yang akan terkenang di penggalan medio Oktober.

Aku hanya mampu tercekat di keheningan. Melihatmu pergi.. Ka.
Tegarnya karang di Pantai Senggigi kembali melarungkan duka, lara, nestapa, dan sedih.

Aku..
Menangisimu.. Ka.

Buliran tasbih, mengiringi lantunan doa. Ketenangan di negeri 1000 masjid, kembali terkenang.
Aku merindukannya..Ka.

Memburam mata, tersaput kabut menahan airmata yang tertahan.
Tuhan..
Ijinkan kali ini, keikhlasan mengalir dalam doa. Mengiringi langkahnya. Menatap punggung tegap yang berlalu di hadapan.

Jika ini memang ujian yang Kau siapkan (lagi), bolehkah aku meminjam pundakMu untuk menyandarkan kepedihan?

Lelah.. meletihkan.
Penat..

Maafkan.. aku, Tuhan..
Tak henti mengeluh,
Tak cukupkan tangisan.

Hidup bukan apa yang kita inginkan.
Hidup adalah yang terbaik.
Semua berpulang padaMu.
IjinMu..

Maka, nikmatMu yang mana lagi yang engkau dustakan?

***

Aku menepati janjiku.. Ka. Melunasi perkataan yang tertuang dalam barisan kata.
Smoga.. yang terbaik dapat kau rengkuh dalam nyata.

Seperti janjiku,
Selalu disini, tak beranjak meninggalkanmu sendiri.
Tetap menggenggam tanganmu erat.
Dalam diam, tatap, harap, yang tercekat.

Always do the best.. Ka.

PS:
If you need me, just close your eyes.
Lay your sorrow in the darkness.
Then you'll find the light which guide you..

Terdiam..

Lompatan waktu begitu terasa cepat. Tak ada yang sempurna..
Sepekan pun takkan cukup menghapus jejak yang sudah menapak di batas waktu.

Hanya mencari teman perjalanan, terasa begitu melelahkan.
Cacian, hinaan, dan hujatan, menyertai bagai badai yang meluruhkan pertahanan jiwa.

Ka, jika enggan kau melangkah di sampingku. Tak mengapa..
Aku biasa sendiri dan ditinggalkan.
Jadi biarkan semua menghilang dalam kebaikan yang ingin kutanamkan.

Tak ada yang abadi. Hal ini sudah terprediksi sejak awal. Ketika sebiji sawi itu bertunas. Ini yang aku maksudkan dulu. Bahwa bukan aku yang pergi. Tapi kamu.
Sendiri itu menenangkan..Ka.
Tak perlu pedulikan perasaan orang lain. Tangis, tawa, dan canda itu menari indah di angan saja.

Yakinkan hal itu pada dirimu.
Serpihan hati yang kembali terserak, semakin membubuk bersama tenggelamnya mentari hari ini.

Melangkahlah ke depan.
Karena ini memang jalanmu. Rangkullah mimpi bersama bahagia.
Apa pun adanya.
Sekejab itu bermakna dari pada jutaan kata.

Aku masih menangis.. Ka. Sementara kau sudah tak perdulikan apa pun tentang aku.
Menitikkan buliran bening yang menderas, mewakili pedihan jiwa.
Sesaat,
Sekejab,
Tapi tikamanmu melukai dalam. Tak ada yang abadi..

Terimakasih.. untuk semua yang akan terkenang di penggalan medio Oktober.

Aku hanya mampu tercekat di keheningan. Melihatmu pergi.. Ka.
Tegarnya karang di Pantai Senggigi kembali melarungkan duka, lara, nestapa, dan sedih.

Aku..
Menangisimu.. Ka.

Buliran tasbih, mengiringi lantunan doa. Ketenangan di negeri 1000 masjid, kembali terkenang.
Aku merindukannya..Ka.

Memburam mata, tersaput kabut menahan airmata yang tertahan.
Tuhan..
Ijinkan kali ini, keikhlasan mengalir dalam doa. Mengiringi langkahnya. Menatap punggung tegap yang berlalu di hadapan.

Jika ini memang ujian yang Kau siapkan (lagi), bolehkah aku meminjam pundakMu untuk menyandarkan kepedihan?

Lelah.. meletihkan.
Penat..

Maafkan.. aku, Tuhan..
Tak henti mengeluh,
Tak cukupkan tangisan.

Hidup bukan apa yang kita inginkan.
Hidup adalah yang terbaik.
Semua berpulang padaMu.
IjinMu..

Maka, nikmatMu yang mana lagi yang engkau dustakan?

***

Aku menepati janjiku.. Ka. Melunasi perkataan yang tertuang dalam barisan kata.
Smoga.. yang terbaik dapat kau rengkuh dalam nyata.

Seperti janjiku,
Selalu disini, tak beranjak meninggalkanmu sendiri.
Tetap menggenggam tanganmu erat.
Dalam diam, tatap, harap, yang tercekat.

Always do the best.. Ka.

PS:
If you need me, just close your eyes.
Lay your sorrow in the darkness.
Then you'll find the light which guide you..

Antara Hujan dan Aku

Hujan.. kau ingatkan aku. Tentang satu rindu...

Lagu Opiek itu melesatkan ingatanku pada Fira, Aira, dan Kaka..

Hh, Ka..
Dimanakah kamu?
Bosan? Jenuh?
Deretan lagu di perjalanan tak mampu meredakan semua.
Hanya mampu makan dalam diam, menatap hujan dalam sunyi.

Kulemparkan tanya pada awan..Ka. Apakah semua benar adanya?
Dan ini bukan hanya sepenggal cerita drama Korea.

Geu Dae Neun Sarang Ibnida..

***

Cahaya matanya meredup, seolah menyampaikan salam perpisahan.
"Sahabat.. pegang tanganku," bisikku perlahan, seraya mengusap punggungnya.
"Vie.. jaga Aira, untukku. Berjanjilah.."

Kilasan kenangan itu melintas kembali. Dalam kepedihanku, menerima semuanya dalam ikhlas.
Fira telah pergi, bersama semua luka yang tertorehkan oleh El. Aku sudah mengingatkannya, tentang keburukan yang terdengar. Laki-laki itu tak layak dicintai. Ia hanya memanfaatkan keluguan Fira. Sahabatku.
Kami tumbuh bersama di Sukoharjo. Saling meminjamkan pundak. Pun juga berbagi keceriaan. Di petualangan melintasi indahnya Indonesia.

Tapi semua berubah. Tak lagi sama, ketika cinta menghampiri. El, memang sosok yang dipujanya. Terlalu membuainya dalam harapan kosong. Hingga akhirnya semua kebersamaan itu terkikis bersama hening tangisku.
Kenapa harus dengan El, Fira?
Karena dia baik, Vie..

Hhh, desahan napas yang tak pernah usai. Karena El, sosok yang telah mengoyak semua harapan dan impianku. Satu-satunya rahasia yang tak pernah kuceritakan pada Fira.
Dia terlalu bahagia, dengan kebersamaan yang manis.
Tuhan, jagalah Fira.., doaku di kesunyian.

***

Hingga satu pagi, Fira mendatangi tempatku siaran. "Vie, boleh bicara sebentar..?"
"Sebentar Fir, aku mau closing dulu yaa?"

Kembali menutup pintu, dan bergegas menutup siaran dengan lagu "Geu Dae Neun Sarang Ibnida" FT Island.

Aku melambai pada Mas Tono, yang menemaniku. Memberinya tanda untuk meneruskan acara sesuai jadwal.
Lalu menghampiri Fira, dan menggamit tangannya.
"Ayoo.."

***

Kukendarai mobil Fira, perlahan membuka percakapan.
"Ada apa Fir? Lo udah lamaa banget ga kontak gue. Kemana aja? Meni tega.."
Fira tak menjawab, hanya menunduk dan langsung terisak.
"Fir, lo gpp?"
"Mmm... gw boleh tinggal di rumah ibu dulu.. Vie? Sampai urusan gw beres.."
"Eehh? Maksud lo, ke Yogya? Ada apa siih..?" tanyaku heran, dan akhirnya menepikan mobil di bahu jalan.
Aku tercenung menatapnya. Fira hanya tertunduk. Sekilas kulihat saputan kesedihan yang tergambar jelas.
"Fir...." panggilku, memecah keheningan.
"Gue ga mungkin ada d Bandung, dengan kondisi begini.. Vie. Bilang ke ibu, gue bakal menyepi sejenak. Kebodohan gue, ga boleh ditambah satu dosa lagi." paparnya dengan nada yang tercekat.

Perlahan, aku mulai sedikit merangkaikan cerita. Apakah Fira..?
B****s*t.. kamu El, kutukku dalam hati.
Kutenangkan Fira, memeluknya. Tangis berhamburan menyeruak membelah keheningan sore yang basah. Tanpa kata-kata, sudah tergambar jelas apa yang sebenarnya terjadi. Kuatkan hatimu.. Fir.
Kagum untuk semua pilihan untuk menebus dosa yang telah dibuat. Takkan sanggup melewatinya, jika itu terjadi padaku.

***

9 purnama berlalu, tetiba ibu mengirimkan pesan agar aku segera pulang. Fira kritis..Vie.
Tanpa penjelasan detil.
Bergegas, aku pun menghubungi Dito. Memesan tiket pesawat ke Yogya.
9 purnama, aku hanya menerima kabar melalui semua keceriaan yang terekam dalam diary digital Fira. Aku dan ibu adalah sahabatnya, sejak ia menjadi yatim piatu di kelas 2 SMP.
Terus saling menjaga hingga detik ini. Semua menenangkanku yang sebenarnya panik.
Perdarahan hebat, jelas ibu singkat. Proses persalinan yang dijalani Fira membuka tabir kelam yang ditutupi.

Preeklampsianya tak dideteksi dan timbul kejang (eklampsia). Dan terjadilah... komplikasi lain yang mengancam jiwanya.
Sesampainya di Sardjito, aku memeluk ibu erat. Wanita yang tetap tegar walau ditinggalkan bapak dengan cara yang menyakitkan.
Hhh, 2 wanita tangguh.. ibu dan Fira.
"Sana.. dia udh nunggu kamu," jelas ibu.
"Bayinya bagaimana..bu?"
"Ada, di NICU. Perempuan, cantik seperti Fira" jelas ibu.

Aku pun bergegas masuk. Menemukannya terbaring tak berdaya. Putih pucat. Kosong menatap langit-langit.
"Fir.." bisikku perlahan.
Binar matanya meredup, tangannya erat menggenggamku. Pelukannya menghilangkan penat perjalanan.
"Vie.."

***

Nazla Khumaira, nama yang telah kami siapkan berdua. Aira, aku memanggilnya. Pipinya memang merah. Mungkin seperti itulah Aisyah, istri Rasululloh.
Khumaira, adalah pilihanku.

Aku memang senang dengan nama itu. Jadi, ketika Fira menceritakan bahwa janin yang dikandungnya terdeteksi perempuan, aku langsung memintanya memberi nama itu.
Sejak kepergian Fira, aku dan ibu bergantian mengurus Aira.

Senyumnya yang manis, tatapannya yang teduh, menenangkan siapapun yang melihatnya. Ia tak pernah merepotkan. Seperti ibunya.

Semua pekerjaan di Bandung aku lepaskan, untuk sejenak mengurusnya.

Candra berganti, warsa pun berlalu. Tak terasa 5 tahun sudah, kenangan tentang Fira hidup dalam Aira. Dia memanggilku mommy. Sejak 1 tahun, secara teratur aku kenalkan pada sosok bundanya, Fira.

Melalui cerita dan deretan foto yang mengabadikan kebersamaan kami. Kilasan kepedihan selalu tak lepas tergambar, manakala mengusik perjalanan Fira.

Aku hanya menahan airmata, melihat lompatan kecil Aira yang terus mengumbar tawa.
Fir, tenanglah kau disana. Peluklah bahagia, di sisiNya. Aira baik-baik saja. Kutitipkan rindu kami di bentangan sajadah, dan larut dalam doa. Aira mewarisi semua keanggunan dan kecantikanmu. Dengan rambut ikal, dari....

Hh, sekejap melayang kebencian pada El, yang menghempas bagai buih ombak menyentuh pantai. Tak pernah sedetik pun, ia mencari Fira. Sejak terakhir mereka berdebat tentang kehamilan Fira. Laki-laki pengecut! caciku dalam hati.

Biarkan Aira tak tahu tentang ayahnya. Aku selalu mengatakan bahwa laut telah menelannya.
Dan anak perempuan kecil itu, akan menatap lautan lepas, dengan tatapan yang tak kumengerti. Selalu seperti itu jika kuajak bermain di pantai.

Maafkan mommy.. Aira.
Perjalanan hidupmu, harus manis. Walau mungkin tak sesempurna cerita dalam sinetron. Akan terus menjaga, mengantarkanmu pada masa depan yang lebih baik. Demi bundamu.. Fira.

***

Hujan lebat, mengguyur tendaku. Aku hanya bisa terpaku menggigil kedinginan. Kekonyolanku pergi kesini, berujung penyesalan. Kesakitan yang kualami, tak separah punyamu.. Fir. Buliran bening tak terbendung.

Aku selalu merindukan hujan.  Karena saat itulah semua beban tertuang bersama ribuan tetesannya.
Aku tengah menepi di alam. Membuka bilur perih luka hati. Sekejap menghilangkan adiksi terhadapnya. Kaka.

Berlari menjauh, membendung rasa yang bersemi perlahan.
Tidak, ini tak boleh dibiarkan. Kembalikan, kembalilah hatiku yang dulu. Sendiri saja..
Aku mengenalnya, di kampus. Gayanya mengingatkanku pada sosok artis Korea. Tatapannya tajam, seperti..

Hhh.. waktu, hentikan semua bunga yang telah bermekaran ini. Cabut semua akarnya. Aku hanya ingin memikirkan Aira dan karya.
Sesekali melepas keraguan di taburan bintang yang terlihat dari puncak Prau.

Tuhan, hilangkan semua rasa..
Aku hanya tak ingin terluka (lagi).
Terjebak dalam dekapan rindu, bukanlah hal mudah yang dapat kulalui.
Selalu menyembunyikan tangis, dalam hujan.

Ka, maafkan aku.. yang mungkin terlalu cepat menarik garis lazuardi dalam langit hati. Aku hanya ingin bisa melihatmu bahagia. Biarkan saja semua indah di tegarnya karang. Aku ingin, semua baik-baik saja. Seperti sebelum aku tanpamu. Tak sanggup..Ka.

Lompatan jauh hati yang meninggalkan nalarku. Jangan sakiti perasaanku. Ini bukan yang pertama. Dan mungkin masih banyak yang belum terbukukan dengan baik.

Ka, di keheningan malam.. biarkan semua pekat rasa larut dalam torehan cat di kanvas kehidupanku.
Diam..Ka,
Diamkan semua adrenalin yang melompat di tebing 12m itu. Aku memang tak sanggup untuk duduk di sampingmu.

Aku punya Aira.
Mungkin kamu mempertanyakan itu dalam hening. Kau titipkan lewat hembusan angin.
Aira.. buah hatiku, terlahir dengan cinta sahabatku. Aku hanya menjaganya..Ka.

Jika itu mengganggumu, biarkan. Biarkan kami berlalu. Walau aku yakin, ia pasti menyukaimu.

Ka,
Aku ingin katakan.. selama sisihan perjalanan waktu denganmu itu, sudah mengikatku dalam tangis. Lekat di buram kaca jendela.

Ka,
Mungkin hanya aku yang menepuk ceria bunga mawar. Sendirian.
Kamu, seperti lelaki yang kukenal. Mungkin..

Maafkan aku yaa.. Ka.
Untuk semua kecerewetanku, yang memang akan selalu mengganggu waktumu.

Percayalah..Ka,
Aku hanya ingin bernafas normal. Dalam angin kutitip rasa pada alam. Mengembalikan semuanya pada bintang. Menggantungkan harapan di langit kehidupan. Tak pernah letih dan bosan.
Aku selalu ada untukmu.. Ka.

Seperti baris lagu "Normal Days"

Cinta adalah seperti ini
Meski cinta tidak hingar-bingar
Mata yang hangat memelukku

Ketika aku di sampingmu
Aku selalu berubah
Aku ingin menjadi orang yang lebih baik

Bahkan jika waktu berlalu dan ujungnya telah datang
Hatiku tidak berubah
Ini hanyalah hari biasa

Cintaku, sayangku
Aku masih menatap padamu
Aku masih menginginkanmu
Aku berdiri seperti ini

Tidak peduli apapun rasa sakit, apapun kesedihan
Aku tidak takut apapun
Inilah cinta
Kamu dikirim padaku untuk mengajari aku ini

Jangan khawatir tentang apapun
Bahkan jika waktu akan berputar
Masih akan kamu

Cintaku, sayangku
Aku masih menatap padamu
Aku masih menginginkanmu
Aku berdiri seperti ini

Tidak peduli apapun rasa sakit, apapun kesedihan
Aku tidak takut apapun
Inilah cinta
Kamu dikirim padaku untuk mengajari aku ini

***

Paagii.. Ka.
Bukalah matamu, ada goresan syair kehidupan yang tersembunyi indah di dekapan Fajar.

Pecahkan tegarnya karang.. yaa Ka?

힘내자/힘내요 !!   파이팅 !!

Monday, October 10, 2016

/d.i.am/ (lagi)

Ingin aku berteriak sepuasnya. Menatap garang amarah yang berkecamuk dalam diri. Menjawab cacian dan hinaan dengan lantang. Aku layak dimaknai.
"Cacilah dengan lantang. Hinalah sepuasmu. Diamku menjawab rindu Sang Waktu".

Guyuran hujan teramat deras. Menyamarkan airmata yang mengalir perlahan.
Bulirannya menyaput jendela. Buram kaca.. trtutup linangan bening membasahi pipi. Tak ada yg salah..
Aku masih menangis, menenangkan hati yang hendak berteriak. Tuhan, kenapa tak pernah mudah bagiku. Perasaanku.. tetap sakit.
Aku selalu ingin menghentikan airmata. Sebelum terlambat. Ketika gumpalan badai menyerakkan kepingan harapan. Di sini aku..
Di sanalah tempatmu..
Semua perlahan akan berbeda.

#secangkirkopipahit #akukamudankita

Thursday, September 15, 2016

/d.i.a.m/

Tercenung menatap Milky Way sepanjang mata memandang ke langit pekat. Jam tanganku menunjuk 02.00 dini hari. Selalu terbangun di dentangan waktu ini. Selelah apapun. Bahkan tak peduli selarut malam yang terbuang, sebelum mata terpejam. Manakala tidur tergerus oleh beragam pemikiran yang jauh melesat ke masa depan. 
Seringkali harus menghentikan semuanya. Agar raga beristirahat di peraduan. Mengumpulkan energi untuk esok hari.
Vie, jalani per hari saja. Lakukan yang terbaik semampumu. Biarkan semua mengalir bersama takdir yang harus terjalani. Ikhlaskan..
Catatan kecil ini, tertulis setelah hamparan doa terlantunkan.
Ketenangan jiwa, hanya bisa tersandarkan padaNya.
Kepenatan raga, hati, dan pikiran menjadi barisan kata yang terangkum dalam tangkupan doa.
Merangkul sepertiga malam dengan khusyuk dan hikmat.
Aku, masih terikat dalam isak tangis dalam. Hanya bisa merasakan buliran-buliran hangat menyapu wajah.
Kesunyian mengajari kemandirian. Kesepian menitipkan banyak syukur dalam hidup. "Maka, nikmat mana lagi yang kau dustakan?"
Kedengkian, dendam, sakit hati, dan perasaan negatif, hanya akan menikam dengan kepedihan tanpa akhir. Lalu mengasihani diri sendiri, mengharapkan pengertian.
Bangkit..
Hidupkan kembali detak jantung serta detik waktu.
Hirup oksigen sebanyak mungkin, untuk mengisi kekosongan dalam diri.
Rasakan dalam hening, aliran darah yang masih menggelora. Mengejar mimpi dan impian yang tertinggal karena dekapan lara.

"Dari 103,5 FM.. Vie cuma pengen bilang makaasiihh.. bagi yang sudah memberikan tanggapan bagi barisan kata dan deretan lagu-lagu yang sudah terpilih dan diputarkan. Menemani malam minggu kalian semua. Cukupkan semua keluhan dengan rasa syukur yaa.. guys. Ingat saja kebersamaan hari ini, jika nanti kalian merindukan Vie yang cerewet haabisss... See u tomorrow..,"

Kalimat penutup, mengakhiri siaran hari ini. Kerja yang dimulai saat matahari terbenam, baru selesai saat sunrise menjelang. Life is hard...

Mang Asep menatap dengan tatapan teduh. Merangkul pundak erat, seraya menguatkan, "kamu ga sendiri.. Teh. Ingat itu.. Sana wudhu, trus sempatkan sholat Witir. Sebentar lagi Subuh. Kita jamaah di mushola yaa.."
Aku mengiyakan, dan bergegas berwudhu.
Cukup, cukupkan rasa syukurku.. yaa Robb. Untuk semua nikmat yang telah Kau berikan dalam hidupku.
Cukup, cukupkanlah.. keluh kesah dalam peluh. Semua akan indah pada waktunya. Belajar menyaring kata-kata, menyimpan yang baik saja.

Dan, hari ini aku kembali memeluk tangis dalam diam. Kenapa.. kenapa.. selalu saja ada perbandingan. Selalu saja menbandingkan aku dengan orang lain.
Kenapa.. dengan mudahnya orang mengoyak kedamaian hati yang kubangun dengan airmata dan luka.
Apa mereka mau jadi aku?
Apa mereka ingin bertukar cerita hidup dengan punyaku?
Aku adalah aku, dengan pilihanku.
Semua kujalani dengan pertimbangan yang matang. Melalui proses pemikiran yang melintasi batas candra dan wangsa.
Apa yang mereka ketahui tentang aku dan masalahku?
Siapa yang memberi hak mereka, untuk merasa tahu atas hidup dan kehidupanku?
Pertanyaan-pertanyaan yang tak pernah terjawab di sunyi malam.
Hanya buliran bening, yang menemani jentikan jemari yang mengalirkan cerita ini.
Tuhan,
Sungguh, aku lelah atas semua yang seolah tak berujung ini.
Tak sanggup rasanya, berjalan tegak di atas hati yang terkoyak ini.
Tipis.. imanku mulai menipis.
Tuhan, aku takut..
Takut akan kekufuranku atas nikmat yang masih aku rasakan.
Sedih jika harus mempertanyakan hikmah atas semua yang terjadi.
Aku hanyalah perempuan biasa..
Aku masih sering menangis di hening malam,
Aku selalu menyimpan sedih dalam tawa dan senyum,
Aku mulai merapuh..
Tuhan, pegang tanganku..😭

Rasanya, aku telah gagal..
Tak mampu menahan airmata dan nada suara yang terus bergetar, ketika bicara tentang masa lalu.
Menjelaskan "asbab" dari semua permasalahan.
Ingin teriak, memaki pada diri sendiri. Terus bertanya pada Tuhan, "kenapa semua ini sepert tanpa akhir?"
Kegelisahan tanpa batas..
Buliran bening yang memburamkan jendela hati terus mengalir perlahan. Membasahi dinding sanubari.
Tuhan, aku lelah.. teramat penat.

_AKU_

Siapakah aku?
Yang tertiup angin, dalam hembusan nafasmu,
Yang terbawa hujan, di buliran air yang menitik deras,
Butiran debu yang tersapu dalam diam,
Siapakah aku?
Yang mempertanyakan arti kebersamaan yang terjalin dalam sepi,
Siapakah aku?
Yang menitipkan suara dalam desiran bayu di kelam malam, hening pagi, dan sunyi senja,
Di merah cakrawala, dalam batas lazuardi,
Tunggulah aku..

Saturday, August 20, 2016

/Sekeping Hati/ *catatankecil*

/Sekeping Hati/ *catatankecil*

Selarut ini, aku belum bisa pulang ke rumah. Sementara perempuan lain sudah berada di hangatnya pulau kapuk. Merenda mimpi, di pelukan hening.
Aku dan perjuanganku adalah sebuah pilihan.
Aku, memang percaya bahwa di antara "B" (birth) dan "D" (death), ada "C" (choice).
Ini pilihanku. Jalan hidup yang aku pilih. Walaupun semua pendapat awam, masih berada di pemikiran negatif.
Yaa.. mana ada perempuan baik-baik yang belum pulang selarut ini (katanya).
Padahal, banyak yang mampu bertahan dalam pekerjaan yang baik. Yang mencari penghidupan dengan mengikatkan keyakinan kebajikan dan halal.
Karena malam tak selalu berujung pekat. Disana selalu ada bintang penunjuk jalan. Dan ada bulan penuntun kehidupan.
Dunia malam dan aku, memang hal yang melekat sejak 2 tahun lalu.
Di kepekatan malamlah, aku masih mengais rezeki untuk masa depan yang lebih baik. Biarlah.. biarkan saja, semua berkata sesuka hati tentang aku.
Takkan pernah baik dan layak aku di mata mereka, kalau mereka tak melihat cahaya lilin kebajikan dalam diriku.
Dan aku, takkan membuang waktu untuk sebuah penilaian positif. Biarkanlah..
Aku memutuskan jalan ini, dain membawa impian lebih jauh. Mewujudkan cita-cita yang hampir padam.
Sesaat memang harus mundur selangkah dulu, untuk maju kembali ke depan. Melangkah tanpa keraguan.
Menyiapkan hati dan mental, untuk cemoohan yang (mungkin) akan kembali terdengar.
Menyembuhkan luka, untuk meyakini bahwa hikmah itu akan terpelajari dan terpahami setelah terenungkan di detikan waktu. Selalu ada jalan dan ruang untuk kebaikan.
Yakin, ikhlas, dan tawakal.
Walau jujur, selalu terselip keraguan, apakah masih ada yang menikam dari belakang?  Adakah yang manis di awal, namun pahit di akhir?
Masihkah orang bersedia melihatku bagai orang biasa yang berjuang mencari kehidupan? Bukan orang yang mencari kesenangan sesaat dalam dekapan malam.
Aku, Vie yang berjuang untuk Aira. Masa depan yang lebih baik. Rumah yang nyaman. Keluarga yang hangat.
Meretasnya dalam nyata. Merangkumkan fakta.
Beberapa purnama, semua akan kutentukan dalam kepastian. Seperti alur lagu-lagu pilihanku bagi pendengar.
Bagian tersulit di perjalanannya adalah berdamai dengan keheningan malam. Membiarkan kepercayaan menerangi. Menjabat erat hati dengan sebaik-baik prasangka: setiap invididu mampu dan kuat mengubah dirinya menjadi lebih baik. Ketika ia menginginkannya. Manakala ia melingkarkan janji. Untuk ditepati..
Selalu..
Semoga..

Di detikan waktu jelang dini hari, belajarlah percaya bahwa aku, Vie, Aira, dan kamu dapat melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar menghabiskan waktu bersama. Pun juga lebih dari hanya melakukan perjalanan bersama.
Percayalah.. "always reason behind something" dari semua pertemuan, perjalanan, dan keputusan.
Kutanggalkan topengku. Belajar mencintai dalam diam dan hening, semua yang kini ada dalan hidup, penghidupan, dan kehidupan.
Di sana, di titik masa depan, pasti ada pelangi. Titik terang.
Tak perlu jadi pahlawan, karena harus ada yang bertepuk tangan untuknya.
Tak harus jadi jalan raya, karena jalan setapak yang menuju sumber air, dapat menjadi manfaat untuk satu kesempatan hidup bagi makhluk hidup.
Belajarlah..

Friday, July 22, 2016

21/07/2016

Rasanya, aku telah gagal..
Tak mampu menahan airmata dan nada suara yang terus bergetar, ketika bicara tentang masa lalu.
Menjelaskan "asbab" dari semua permasalahan.
Ingin teriak, memaki pada diri sendiri. Terus bertanya pada Tuhan, "kenapa semua ini sepert tanpa akhir?"
Kegelisahan tanpa batas..
Buliran bening yang memburamkan jendela hati terus mengalir perlahan. Membasahi dinding sanubari.
Tuhan, aku lelah.. teramat penat.

Saturday, May 7, 2016

Cahaya Ramadhan

#ProyekMPI_Mei

Judul: Cahaya Ramadhan
Penulis: Nie Wietyaz

Langkah hijrah yang perlahan terjalani,
Kebaikan yang tertabur dalam jejak,
Masih juga teruji dalam iman dan sabar.

Selalu mempertanyakan tentangMu,
Tak henti menagih janjiMu,
Tak kunjung terhenti dalam ikhlas pada jalanMu.

Di antara bebatuan dosa dalam alur kehidupanku,
Slalu terbesit ketakutan yang terdiam di pojok relung hati,
Kapankah masaku?

Yaa.. Robbana,
Robbil Izzati,
Teguhkan iman Islamku saat ini,
Mampukanku qana'ah, istiqomah dan pasrah,
Ijinkanlah Lailatul Qadar untukku kali ini,
Jika Ramadhan ini akan jadi titik akhir rinduku.

Bandung, Jum'at 06/05/2016 9:55 AM

Wednesday, April 6, 2016

Aku dan Jiwaku

Ini aku. Pemahaman tentang aku dan jiwaku. PTSD itu istilah medisnya. Walau baru persepsi awal. Asumsi orang awam. Membaca gejala dan perilakuku saja.
Trauma mendalam ternyata..
Vie,
Bangkitlah dalam diam. Tenanglah di tengah badai.
Semua pasti berlalu..
Percayalah bahwa tak ada beban yang tak mampu kau pikul. Karena itu memang sudah ada dalam sabdaNya.

Kajian dalam Seminar itu, seperti menohokku. Aku dan perjalanan hidupku.
Pertanyaan yang tak pernah terjawab dengan kata.
Hanya kehadiran pelangi dalam diam.
Nyata dalam fakta. Selalu membantu dalam kehidupan.
Terimakasih.. yaa Robb.
Robbil Izzati..
Kau memang tak pernahn meninggalkanku sendiri.
Semakin jauh berlari menghindariMu. Semakin erat Kau memelukku.
Selalu menanyakanku di sepertiga malam. Bicara lewat mimpi-mimpi indah. Pelipur lara.

Tangis dalam diam ini, tanda kelelahan dan keletihan jiwa.
Yang tetap selalu menangis manakala mengetikkan barisan kata-kata.
Kebahagiaan itu sederhana?
Yaa.. mungkin dengan melihat orang lain terhindar dalam jebakan dilema. Melihat mereka tertawa. Menyaksikan semua menyongsong kebahagiaannya.

Perjalanan memang tak berbanding lurus dengan kebahagiaan. Seperti jalanan yang tak selamanya lurus. Kelokan tajam mengajari kita kewaspadaan. Turunan membuat kita belajar kehati-hatian. Tanjakan mendidik kita agar mampu berjuang untuk hidup. Semua menyempurnakan agar kita tak tertidur dan terlena dalam kenikmatan.

Yaa.. Robb,
Pinjamkan semua ketabahan dan kesabaran...
Maafkan jika aku terlalu banyak meminta.
Aamiiinnn,

Awalnya, aku hanya berusaha melatih diriku utk melakukan EFT. Melepaskan semua kesakitan dalam diri, membebaskannya. Melalui hypnosis.
Yaa.. kata temanku, memang tak mudah mengimbangi semua yang aku ketahui.
Kegemaran membaca, membuatku melahap banyak informasi. Menyerapnya. Meletakkan pemahaman tentang kejadian-kejadian yang melintasi hidupku. Sekedar untuk belajar menemukan jalan bertemuNya.
Maka aku pun harus pintar menjaga kesehatan. Jiwa dan raga.

Friday, January 22, 2016

Terjaga Dari Mimpi

Pagi ini awal dari satu hari lagi. Ada yang berbeda, karena saat ini aku belajar arti ksejatian cinta dan ksetiaan.
Dari media sosial, nemukan ini..

Puisi dr Habibie untuk Ainun:

"Sebenarnya ini bukan ttg kematianmu, bukan itu.
Karena aku tahu bahwa semua yg ada pasti menjadi tiada pd akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yg pasti.

Dan kali ini adalah adalah giliranmu untuk pergi, dan aku sangat tahu itu.

Tapi yg membuatku tersentak sdemikian hebat, adalah kenyataan bhw kematian benar2 dpt mmutuskan kebahagiaan dlm diri seseorang, sekejap sj.
Lalu rasanya mampu membuatku nelangsa stengah mati.
Lalu, hatiku seperti tak di tempatnya dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.

Kau tahu sayang, rasanya sperti angin yg tiba2 hilang berganti kemarau yg gersang.

Pada airmata yg jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang.
Pd ksetiaan yg telah kau ukir, pada kenangan pahit manis slama kau ada.

Aku bkn hendak mengeluh, tp rasanya trlalu sebentar kau dsini.

Mereka mengira akulah kekasih yg baik bagimu sayang, tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yg menjadikan aku kekasih yg baik.

Mana mgkn aku setia pdhal mmg kcenderunganku adalah mendua.

Tp kau ajarkan aku kesetiaan, shingga aku setia.
Kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu spt ini.

Selamat jalan, kau dariNya dan kembali padaNya. Kau dulu tiada untukku, dan skrg kembali tiada.

Selamat jalan sayang, cahaya mataku, pnyejuk jiwaku

Selamat jalan calon bidadari syurgaku."

Trus belajar menatap pagi dengan senyum dan kekuatan. Tak ada yang abadi...

Vie,
Bangkitlah..

Dy, aku benar merindukanmu. Tenggelam di banyak pekerjaan, tak mampu menghapus kerinduan yang kian mengekang. Waktu berlalu dengan cepat. Memang menghadirkan kelelahan fisik yang luar biasa. Namun tetap saja, sejenak ketika mata hendak terpejam, ingin mendekapmu. Sejenak menyandarkan semua rasa. Memintamu menemani di sepinya hari. Tinggal di keramaian, namun terjebak di kesendirian yang tak berbatas.

Semua semangat yang kutularkan pada semua teman, sahabat, siswa pelatihan, hanya topengku. Hanya untuk menutupi kesedihan yang selalu hadir, manakala termenung.
Aku, ternyata hanya perempuan biasa.
Buliran bening itu mengalir deras, di sepertiga malam kali ini.
Tuhan,
Aku ingin...

Tercekat lidah untuk meneruskan doa. Melanjutkannya dalam dekapan kesunyian malam.

Apakah selama ini aku terjatuh di kesombongan?
Merasa paling tahu dan pintar?
Hhhh...

Refleks, kugelengkan kepalaku. Tidak!

Di luar sana, masih banyak yang lebih pintar dariku. Mempunyai segala yang tak kupunyai.

Aku, bukan orang yang tak bisa menerima masukan.
Aku sudah menjalani hampir semua proses ujian kesabaran.
Pergulatan di dimensi ruang dan waktu yang teramat panjang.

Dimanakah kamu..Dy?
Terasa begitu jauh terbentang jarak yang memisahkan.
Seperti tak berujung.
Seperti mencari pegangan ketika terjun di laut bebas di Gili Trawangan.

Temani aku..Dy.
Pegang tanganku. Saling menjaga seperti berang-berang. Tanpa henti bersama. Menjabat hati. Menggenggam sukma.

Kelelahan jiwa yang tengah kualami, seperti melemparku ke batas kesabaran dan keimanan yang minim.
Tak menyalahkan Tuhan, untuk apa yang telah kualami. Namun masih harus belajar mensyukuri hidup yang kupunya. RahmatNya selalu melingkupiku. Kasih sayangNya pun selalu mendekapiku erat.

Vie..bangun!
Lamat kudengar bisikan dari rongga sanubari. Jadilah insan yang "rahmatan lil alamiinn.."
I'tibar perjalanan ini mampu menginspirasi. Pengorbanan ini akan selalu memotivasi. Di atas langit.. ada langit.

Tawadhu'.
Qona'ah.
Ikhlas.
Istiqomah.

Memang mudah terucap. Terlalu ringan untuk disampaikan. Namun.. cukup rumit untuk dijalani.
Always hard at the first step.
Just dream big and be the best of you!

Really miss you,
Rindu padaMu..Tuhan.
Rindu untukmu..Dy.
Rindu padamu..Aira.

Friday, January 8, 2016

Embun Pagi

Sepagi ini, mataku sudah enggan terpejam. Selalu seperti itu sejak setahun yang lalu.
Jika kegundahan mulai membuncah dalam pikiran dan dada.
Tuhan..
Aku memang rapuh.
Imanku menipis terkikis kesedihan dan airmata.
Maafkan aku.. masih sering mempertanyakan hidup dan kehidupan.
Kurang percaya terhadap pilihanMu atas perjalanan hidupku.

Monday, January 4, 2016

Back to zero (again) 2

04/01/2016

Dorongan keberanian itu entah muncul dari mana. Slalu enggan untuk membuka lembaran kepastian atas semua jalan yang tertulis dariNya.
Hari ini, perjalanan itu dimulai dengan peluh.
Aku tak mengeluh, untuk semua pengorbanan yang tersia-siakan.
Tak ingin juga melakukannya.
Tapi ketika cahaya terang itu mulai menyeruak di dalam relung hati yang gelap, dan terduduk di ruangan ini, perlahan mata memburam. Banyak cerita yang tak ingin aku dengar. Potongan kegetiran hidup dengan aneka warna. Sebagian itu yang pernah terlewati. Inilah yang sebenar-benarnya aku jauhi. Kembali ke perasaan kelam dua warsa.
Pergantian tahun menyadarkanku, bahwa selama ini aku tak bergerak. Masih di titik yang sama.
Duuuhhh.. sinyal disini jeeleek, keluhku. Padahal aku hanya ingin mengalihkan dunia agar tak mendengar semua keluh kesah itu.
Cukup!
Terlalu lama berkas itu. Selembar kertas pembuka masa depan yang baru.
Mulailah melihat media sosial: IG, FB, Path, dst. Sambil sesekali menulis di chat WA.
Hhh, akhirnya. Setelah proses penantian yang panjang, semua selesai. Titik!
Harus "titik"!

Akhirnya, semua energi negatif yang terasa terurai lewat 2 masakan ala anak kost. Teman makan siang. Dy tetap menemaniku. Bersama meluangkan waktu. Menemani di lintasan waktu.

Kusimpan semua kenangan di ruang gelap hatiku.
My darkness side.
Unworthed one.

Sayounara..El!
Dan kali ini slamanya.

***

Lahan kosong mengantarkan titik nadir di horison pemikiranku.

My life, my adventure..

Yaa..Robbil Izzati,

Pinjamkan keikhlasan untuk bisa melihat kebahagiaan yang terengkuh oleh sekitar.

Berikan keberanian menatap masa depan tanpa keinginan mendikteMu. Mengalirkan kehidupan seperti yang seharusnya terjadi.

Tetapkanlah semua sebatas kemampuan dan kesanggupanku. Kedamaian hati, kemantapan pikiran, kekuatan diri. Mewujudkan rumah impian kami yang sederhana.

Tuhan, maafkan aku jika terlalu banyak permintaan. Aamiinn..

***

Airmata yang membulir, mengingatkanku pada Aira.

Apa kabarmu..sayang? Bunda rindu dekapan tangan mungil dan celotehanmu. Kejujuran di tatapanmu.

Hhhh..

Bunda akan segera menjemputmu yaa.. Ketika semua sudah selesai. Rumah kita yang baru. Rumah kita sendiri. Kolam renang, kolam ikan dan taman dengan gazeebo untuk bercengkerama bersama. Memanjakanmu tanpa jeda. Aamiinn..

***

Perjalanan hidupku mungkin memang tak sesempurna milik kalian. Semua sudah menjadi bagian dari petualangan menjelajahi waktu. Punyaku.

Mungkin, ini tugasku. Mengajari dengan kejujuran. Pemahaman tentang keikhlasan. Yang selama ini dipertanyakan. 

Semoga... guru kehidupanmu bisa bijak kau teladani. Karena itulah milikmu.

Dy,

Dalam hening malam, butiran doa selalu tersematkan. Karena kegamangan ini ingin kujawab lantang. 

Aku selalu ingin mendekap kehidupan bersama. Menjelajah keindahan..menemukan mutiara kebahagiaan dalam keabadian.