Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Thursday, November 28, 2019

/catatanperjalanan_chapter28/

Selamat pagi..cinta,

Mungkin tak pernah disadarinya, itu salah satu hal trrmanis yang pernah aku terima. Yaa.. tak cuma satu, tapi lebih,

Catatan perjalanan bersamamu, memang menuliskan kisah yang berbeda.
Alloh Maha Baik,
Memberikan lebih dari yang kuminta..

Tak putus syukur untuk itu semua,

....

12:01
Terbangun dari mimpi buruk yang sudah beberapa kali datamg.
Astaghfirullah..
Aku memang lelah,

Kembali menyesap kopi lebih dari seharusnya.
5-6 cangkir kopi hitam tanpa gula,

Sesekali aku melepaskan tatapan ke gawaiku. Menatap orang-orang yang bergegas di depan Gelora Bung Karno.

Pintu busway 1F pun terbuka, menaikkan para penumpang.
Suasana yang tak pernah kusaksikan di Bandung.
Tak ada yang tengah mengudap.
Pun tak tercium aroma cilok, bacil, basreng, dll.

Bandung,
Benar telah lekat dalam darah.
Sepekat seduhan robusta dalam setjangkir KOPI ku.

Apa kabar Aira?
Hampir setiap malam, kami selalu vc.
Cerita-ceritanya mengalir deras.
Makin cerewet saja..
Rambut ikalnya pun tumbuh lebat.
Diikat seperti Princess Elsa...Mommy
Pintanya, jiika aku pulang.

Sayang,
Berjauhan denganmu, benar tak pernah mudah.
Aku sering merasa sendirian di antara pikuk Jakarta.

Dini hari, kutuliskan semua gelisahku dalam catatan pesan untukknya.
Merujuk pada khawatir yang tak pernah berujung.

Jangan tanyakan,
Betapa merindunya.
Memeluknya ketika sedang ada di titik nadir, adalah janji yang tak pernah kuingkari.

Jeda,
Selalu membatasinya.
Dan aku menangis..

Aku,
Melakukannya lagi..
Nanar menatap kosong layarku.
Blank point..

Terduduk di emper stasiun ini.
Tak menyesap kopi,
Hanya wedang sereh yang kubuat pagi ini.

Merasakan lukanya.
Menitikkan airmata dalam masker (kembali).
Sudah tak ada kata yang mampu terucap.
Berulangkali menguatkan iman..
Terlihat jelas..
Suicidal thoughts,
Aku takut..

Perjalanamku sebagai penyiar tak terhenti. Mengadu skill di Jakarta..
Memulainya dari bawah.
Berjuanglah..
Kuatkan jiwa,

Bandung,
Bandung,
Bandung..
Cinta tak tertahan, mengalirkan deras airmata..
Perih jika menatap langit yang kemudiam memerah, dari halte Bundaran Senanyan.

Aitmata kali ini..
Sudah tanpa suara, senyap dalam riuh pagi,

Ayah.. lapar,
Seorang gadis kecil, seumuran Aira..
Merengek pada ayahnya.
Disamping mereka, setengah karung botol air mineral.
Jika ditimbang..
Mungkin hanya dapat sebungkus nasi tanpa lauk.

Hatiku semakin perih,
Otakku kram..
Jiwaku biru,

Tuhan,
Berikanlah aku kemampuan berempati..
Tak hanya ingin dimengerti tanpa memahami,
Banyak meminta, tanpa mau memberi..
Jadikan aku orang yang tawadhu, qana'ah,
GarisMu,
Adalah ikhlas dalam sabar..
Tak berbatas..
Tanpa harap balasan,

Maafkan aku, Vie

#aksarabermakna #perjandusastra

Wednesday, October 9, 2019

Diskusi Pagi

Hai..
Sahabat hatiku,
Sapaku pada semburat merah di ufuk Timur.
Sebentar lagi..
Golden Sunrise,

Pemandangan yang tak pernah didapatkan di Ibukota (sebelum pindah 😁), atau di perkotaan.
Udara dingin yang menggigit tulang, memasukkan energi positif yang sering terlewatkan.
Ya, karena biasanya masih enggan meninggalkan hangat dekapanmu dan selimut.. 😂

Saat ini,
Mentariku lebih awal menyapa di ujung Timur Indonesia.
Masih dengan setjangkir kopi tubruk Wamena.
Yang masih mengepulkan panasnya.
Sederhana saja..
Caraku untuk menemani jejak langkah,

Berusaha tenang..
Di tengah keriuhan yang marak terjadi,
Volunteering memang selalu menuliskan kisahnya dengan tulus.
Semua demi kemanusiaan yang seringkali terkikis oleh keegoisan dan kepentingan.

Biarkanlah..
Bebaslah dari belenggu dengki,
Karena itu akan menyakiti jiwamu..
Mengalirlah di batas perbedaan,
INDAH,

Aku RINDU..
Padamu, Aira, dan kehangatan KITA,
Sendiri bukanlah sunyi..
Hening tak pula berarti kesepian,
Ini hanya tentang CINTA, dalam kejujuran rasa.

Satu..
Akan menjadikan semua indah,
Namun berSATU,
Melengkapi perjalanan dengan sempurna.

Teman perjalanan,
Selalu menjadi pelangi, yang membuat semua larut dalam manis..

"Vie..
Selalu ingatlah, bahwa waktu adalah jeda.
Ruang terbatas dalam pikiranmu.
Melesatlah..
Aku memelukmu dalam do'a."
Pesannya..

.......

Kuhentikan penaku,
Menikmati makna fajar..
Tak ada gelap yang tak berujung,
CAHAYA,
Perlahan (akan) memupuskannya dengan harapan.
Jemputlah,

Ingatlah sayang,
Aku selalu mendekapmu dalam do'a..
Menjemput mimpi bersama,
Dan..
Melodi semesta akan mengiringinya..
Bersabarlah,

Sesapan KOPI akan membungkus lelahmu,
Aku (selalu) ada di sampingmu..
Tak peduli ribuan kilo yang membatasi,
Karena ini hanya sejengkal,
5cm di depan mata..
Dalam bentangan sajadah,
Cinta..

Tunggu..
Aku akan segera pulang,
Jemput ya?

#petjandusastra #setjangkirkopi #temanngopi

Monday, August 12, 2019

Rindu

Aira,
Bagaimana kabarmu sayang?
Lama Mommy tenggelam dalam perjalanan baru ini. Petualangan di rimba kota ini. Dimana mimpi mewujud dengan perjuangan peluh yang membaur di Commuter line, Bus way,

Ya, ibukota ini memang mampu menjadi magnet jutaan orang.
Tak pernah terlintas bisa berada di tengah-tengah riuhnya.

Pun tak sekejap pun berangan berlarian mengejar waktu..
Sesuatu yang hampir tak pernah terasa di Bandung.
Tempat damai dalam hening, yang diciptakan dengan semnyuman.
Kisah RINDU nya dalam setjangkir kopi, membungkusnya sempurna.

Paham sekarang sayang,
Semua kisah yang ada bukanlah isapan jempol atau hanya untaian khayal.
Ini memang nyata,

Semoga aunty bisa menggantikan sejenak tugas Mommy.. mendongeng sebelum kau merajut mimpimu.
Tunggu Mommy yaa.. cinta,
Kita akan bersama, segera..
Bersama Daddy yang akan mendekapmu dalam hangat kasih,

Banyak..
Teramat banyak yang ingin ditulis, namun lelah hampir menjadi irama Mommy kala Mentari meninggalkan jejak jingga. Sebelum langit tersaoukan kelam.
Lalu gemintang bermunculan memberikan terang.

Redup..
Namun sama seperti bunga, jauuh di dalam tanah, akarnya selalu menjadi cahaya.
Percayalah sayang..
Semua ini akan berakhir indah,
Seindah senyummu yang selalu mengembang sempurna, ketika Mommy pulang.

Kamu, sudah semakin besar sayang..
Time really flies

Peluk cium Mommy, 💕😘😍

Thursday, June 6, 2019

1440 15:15

Sepenggal cerita, dalam denting waktu yang terus memanggil namamu dalam sepi.

Catatan,
yang kubuat..
untuk sejenak menenangkan hati, jiwa, dan sanubari.
Dengan buliran bening, hidung yang tersumbat..
Mengurangi rasa yang menyesakkan dada.

Aku,
(benar) merinduMu, ingin memelukmu..
Saat ini,

Takbir sudah berkumandang. Pertanda esok merupakan hari kemenangan yang menjadi ujung Ramadhan.

Berbeda. Semua memang tak seperti Ramadhan dan Syawal bertahun sebelumnya. Aku, Aira, dan Abang.
Harus terpisahkan dalam jarak yang tak biasa.

Tak terasa, mata pun memburam. Berusaha menahan gejolak hati yang tak menentu.
Maafkan.. Bang,
Aku masih juga sering menangis, untuk pilihanku.

Yaa Robbil Izzati,
Aku hanya ingin sebuah keajaiban di awal Syawal ini. Kemudahan memeluk kebersamaan bersamanya. Walau sebentar, itu akan menjadi nikmat yang selalu kusyukuri.
Ajari aku, secara perlahan saja.
Tak mudah..
Ini teramat sulit dicerna otak dan perasaanku.

Aku, menantimu..
Dalam hening sujud dan do'a.

Yaa Robbanaa..
Jika memang ini yang terbaik buatku, berikanlah aku kelapangan jiwa. Menerimanya.
Dengan takwa dan  kelembutan sanubari.
Aku..
Percaya padaMu.
Menyandarkan lelah di bahumu.
Abang..
Masih juga menangis, ketika terpisah oleh jeda, jarak, dan waktu.
Selalu merindukan kebersamaan sederhana bersama.

Mudahkanlah.. Tuhan,
Lembutkanlah dan lapangkanlah hatiku menerima ketetapanMu.
Aku,
Percaya padaMu.
Menyandarkan lelah di bahumu..
Abang,

/catatan/
.. perjalanan waktu, menuntunku bersamamu di ujung waktu. Keinginan untuk bisa menua bersama, belajar tentang kehidupan dengan seni. Mengalir bersama.
Tak selalu bahagia.. karena memang ini bukan cerita dongeng yang sempurna.

I am Groot..
Berarti tumbuh bersamamu. Selalu bergandengan tangan.
Jarak, jeda, akan menjadi rutinitas.
Sederhana dalam sujud dan do'a terbaik, itu caraku untuk menjabat hatimu.
Jangan pernah lelah memaafkan yaa Bang,
Jika aku memang berbuat salah.
Juga kuharap Abang tak letih, mengajariku untuk sedikit bersabar bersama waktu.
Ini, hanyalah sepenggal bagian cerita kita.
Bersamamu,
Cahaya Mentari selalu terasa hangat.
Terimakasih telah menyentuhkan banyak pelajaran hidup, dalam setiap diskusi panjang kita..

Wednesday, April 17, 2019

170419

/halaman 17/

...Aku, menciumi Aira yang masih pulas dalam lelap. Wajahnya begitu menggemaskan. I love you so much.. sayang, bisikku lembut di telinganya.
Memeluknya erat. Sangat erat.
Dia sedikit menggeliat. Membuka matanya. Menatapku.
Aku menciumnya lagi. Masih ngantuk.. sayang? Tidurlah lagi... , bisikku.
... really missed you, Mommy, gumamnya. Lalu kembali terlelap.

Begitu takut pagi ini..
Tadi, ada kejadian yang mampu membuatku menggigil ketakutan. Ketika bangun di sepertiga malam, seperti hari-hari sebelumnya. Menghantarkan do'a terbaik dan rasa syukur pada Ilahi Robbil Izzati, untuk semua hal yang hadir dalam hidupku. Bahagia dan sedih. Suka atau duka. Kunikmati dengan mengalir bersama rasa.

Bleeding (lagi)...
Gumamku perlahan. Menyaksikan kejadian yang hampir selalu kututupi. Dari ibu, keluargaku, Abang, dan Aira. Tak ingin membuat mereka sedih dan khawatir. Itu alasanku..
Darah mengalir  deras di paha dan betisku. Lantai kamar mandi mungil di kamar kostku ini pun berubah warna. Aku terduduk lemas.
Kenapa?
Ada apa?

Aku sudah melakukan semua langkah preventif yang disarankan dokter. (Masih) menahan sakit di perut bagian bawah.
Yaa.. Robbi, kuatkanlah aku.
Aira masih membutuhkan aku. Dia sendirian sejak bayi. Setelah Fira meninggal satu jam setelah melahirkannya.
Fir, maafin gue. Harusnya gue menjaga kesehatan demi Aira. Mengantarkannya menapak masa depannya.
Maafin gue...

Aku terisak. Dadaku menyesak dan mataku pun memburam.
Tak sanggup lagi menahan kepedihan yang selalu kusimpan sendiri.
Seharusnya aku melakukan endoscopy. Memperjelas apa yang sebenarnya terjadi.
Colonoscopy, Enterocopy, Gastrocopy. Itu semua prosedur medisnya.

Kolonoskopi, untuk mengamati kondisi usus besar.Enteroskopi, untuk mengamati kondisi usus halus.Gastroskopiuntuk mengamati kondisi kerongkongan (esofagus), lambung, dan usus 12 jari (duodenum).

Apapun adanya hidupku.. aku akan menjaga Airamu Fir. Itu janjiku ketika tanah merah basah memisahkan kita.
Gue kangen lo..
Yang selalu menguatkan gue, menghadapi ketakutan.

Robbii..
Yang kutahu, tak ada yang tak bisa dilewati. Badai pasti berlalu.
Pinjamkan padaku kekuatan Mu.
Kuatkanlah aku untuk selalu bersyukur menjaga kesehatan.

Maafkan aku.. Bang,
Aku masih ceroboh dalam hidupku. Yang seharusnya sudah terjaga dengan pola hidup sehat. Masih sering melalaikan pesan yang terakhir kau bisikkan saat mengantarkanmu. Jaga kesehatanmu yaa.. sayaang 😘.
Memelukku erat.
Lalu beranjak memasuki bus. Tanpa menoleh (lagi). Karena aku tahu, semua tak mudah (juga) bagimu.
Jeda jarak ini memang begitu menguras energi rasa.
Tahukah Bang?
Aku terus menatapmu hingga tanganmu menutup pintu bus. Berat melangkah meninggalkan terminal.
Sudah pula merindukanmu..
Selalu begitu di setiap detik waktu dan helaan napasku (kini)..
_*
Maafkan Mommy.. Aira,
Belum maksimal menjagamu dengan sentuhan kasih sayang. Ajari (terus) ketulusan, kejujuran, dan cinta tanpa batas.

Semoga kita selalu dibersamakan, hingga ujung usia itu tiba... Aamiin, aamiin allohumma aamiin yaa Robbal'alamiin 😇😍 💕..angkatlah penyakitku ini, Robbil Izzati,
Aira..
Abang..
Semua akan baik-baik saja kan?

Ceria dan senyumku tulus. Bukan pura-pura seperti wajah-wajah palsu kebanyakan orang. *_
Itulah caraku menikmati hidup, dengan semua ombaknya. Berselancar dengan bahagia. Menikmati hidup dan kehidupan, dengan menyimpan sakitku sendirian.
_Caraku bertahan dengan keterbatasan kesehatan. _
Agar mampu membahagiakan orang-orang yang menyayangiku tanpa khawatir...

Lelahku, kembali mengantarkanku dalam lelap. Yaa Alloh, bukakan mataku esok pagi (lagi). Agar aku mampu menjalani satu hari lagi. Bermanfaat bagi sesama. Menyayangi tulus tanpa batas...
Mampu memeluk dingin dengan mesra,
Aamiin yaa Robbal'alamiin 😇..

#aksarabicara #pecandusastra #170419 #elegisubuh

Tuesday, March 26, 2019

Renungan

/..sejenak menepikan penat. Di negeri 1000 masjid ini, aku kembali melemparkan pikiranku ke Bandung. Masjid Al-Furqon UPI. Selalu terekam jelas apa yang pernah menjadi saksi perjalanan di sini.
Di sudut Masjid, seperti kulihat sekelebat bayangan teman-temanku dahulu.
Dimanakah mereka kini?
Kami sudah lama tak berhubungan.
Aku, menjauh.
Menutup diri untuk semua pertemanan.
Patah.
Berkeping.

Aku, yang dulu teramat terbuka, tak percaya sebuah hubungan pertemanan yang tulus.
Palsu.
Semua hanyalah topeng.

Kemarahan yang kubawa ketika memasuki pelataran Masjid. Seperti menghilang bersama basuhan wudhu.
Aku, tenang kini.

Menangis dalam khusyu' bacaan-bacaan sholat yang kali ini (benar) merasuk dalam makna.
Memasuki ruang jiwa yang kerontang.

Tetiba, pengumuman diberikan oleh takmir Masjid ini bahwa akan ada kajian tentang shahih Bukhori Muslim. Setelah Ashar.
Aku memicingkan mata.
Berusaha melihat dari jauh.
Menanti.

Tak ada kebetulan dalam hidup.
Selalu ada alasan.
Percaya saja, bahwa Alloh SWT akan memberikan yang terbaik.
Melatih jiwa-jiwa dalam ketakwaan.

Suamiku,
Sejenak aku mengingatmu. Di tengah takbir ruku', i'tidal, duduk di antara 2 sujud.
Aku, menangis.
Begitu merindukanmu dalam perjalananku kali ini.
Semua begitu berbeda.
Sejak kehadiranmu dalam hidupku.
Jodoh dari langit.
Kita tak pernah saling mencari.
Kita dipertemukan dengan semua suratan yang sudah tertuliskan di Lauful Mahfudz.

Aku, percaya akan itu.
Semua memang tak pernah mudah di awalnya.
Namun kini, ketika keresahan melandaku, aku selalu mengingatmu.
Imamku.

Kepalaku terangkat.
Kembali memicingkan wajah. Menatap barisan tulisan-tulisan dalam bahasa Arab. Semua melemparkanku pada masa awal berjumpa denganmu.
Ma'had.

Jiwaku semakin tenang dalam keimanan.
Memelukmu di kejauhan dalam ikatan suci.
Semua mendekatkanku padaNya.

Robbanaa..
Jadikan aku, pemaaf yang tak pernah menghitung kebaikan yang pernah terbagikan.
Lembutkan hati, pikiranku untuk selalu membuang makian pada orang-orang sekitar.

Jadikan lisanku yang memberikan kedamaian.
Maafkan aku yang masih selalu mendosa.

Imamku,
Maafkan aku, yang masih sering lupa bahwa aku telah memilikimu.
Aku tak sendiri.
Masih sering meminta izin untuk perjalanan melarungkan dukaku.
Mengganggu kerjamu di sepertiga malam, dengan tangis konyol.

Surat Muhammad ayat 19:
_Maka berilmulah dulu, bahwa tiada Ilah selain Alloh_

Belajarlah dengan benar. Tak mudah memang. Tapi bukan tak mungkin.
Maka,
Perjalananku kali ini, menitipkan pelajaran dalam ketakwaan.

Ampuni aku yaa Robbal'alamiin 😇..
Masih suka mengeluh untuk sebuah ujian dan cobaan dalam hidup.
Selalu merasa menderita.
Padahal, masih banyak yang diuji lebih dariku.

--------

"Vie?"
"Dimanakah dirimu sayang?"

Aah, suara di ujung telpon itu begitu mengikatku dalam rindu.

"Aku baru sampai Masjid Agung Mataram.. Bang. Baru lepas sholat Ashar. Setelah ini aku akan ke Basecamp. Besok baru memulai pendakian, " jelasku menenangkannya.

"I'm okay.. sayang."
Lanjutku.

Pendakian kali ini memang tak kulakukan bersamanya. Karena aku memaksanya untuk mengijinkanku pergi kali ini.
Kembali ke sini.

"Take care of yourself yaa.. istriku. Cepat kembali. Aira berulang kali menanyakanmu," kata-katanya begitu lembut.

_I love you what the way you are, sayang_ ketika aku menjawab lamarannya.
Kala aku bertanya, apakah aku masih diijinkannya melakukan pendakian.
Dia telah berjanji tetap menerima dan menikahi kekuranganku. Membahagiakanku dan Aira.

Abang menyerah.
Merelakan diri menjaga Aira. Ketika aku keukeuh ingin melepas semua kebencian di puncak Rinjani.
Aku yakin, jauh di lubuk hatinya..
Teramat berat melepasku pergi. Karena sebelum menikah, dia selalu berkata akan menemani semua perjalananku menjelajah negeri ini.

"Iyaa.. Bang. I will do my best. Tunggu aku kembali yaa.."

"Okay.. sayang. Jaga kesehatanmu. I miss you so much. Aira pun merindukan mommynya.. sayaang 😘"

"Siap.. Abang. Aku akan segera kembali. See you.. "

"See you around soon, cinta.." tutupnya dengan manis.

Duuh,
Aku begitu merindukannya. Seharusnya dia disini. Our honeymoon di bulan April.
Tapi aku menginginkan pergi di akhir Maret. Dengan semua yang ada pada dirinya, aku teramat mencintainya.
Ketika kegelisahan melandaku seperti hari ini, dia mampu menenangkan badai. Menyederhanakan masalah.
Maafkan aku yaa Bang..
Untuk semua yang tak sempurna pada diriku.
Semoga,
Setelah ini..
Aku menjadi pendampingmu yang mau mendengarkanmu.. Bang.

Salam dari Lombok yaa..
Nanti kubuatkan kopi khas dari pulau kesayanganku ini. My second homeland.
Love you 😘💕❤️
Istrimu./

------

"Vie? Lo dimana?" tanya Shella.

"Hehehehe.. masih d Lombok sayy"

"Eetdaa.. lo ga berubah aja. Gue pikir setelah menikah, lo bakal lebih bisa diem." keluhnya di ujung telpon.

"Mm, diikiit laah." tawaku lepas.
"Gue bete.. marah, benci. Campur aduk"

"Orang yang penting itu lagi?," selidiknya

"Ya"

"Sudahlah.. Vie, jangan menghilangkan pahala kebaikan yang udah lo kasih. Dia memang ga pernah peduli sama perasaan lo.
Abang jauuh lebih layak lo kasih perhatian lebih.. ok dear? ... Pulang segera, kasian Aira.. yaa?" Shella menenangkanku dengan caranya.

"Iyaa... bawel, gue ga akan lama-lama," kelakarku. ... See you around yaa."

"Aashiiyaapp," jawabnya jenaka.

-----

Maka, nikmat mana lagi yang kamu dustakan Vie?

Sudah yaa..
Jika hendak menjelajah, persiapkan dengan matang. Berubahlah.
Alloh telah mempertemukanmu dengan orang yang tepat. Mencintaimu dengan segenap jiwa.
Selalu memeluk kekuranganmu..

Aah..
Dari Senggigi yang mengguratkan lazuardi, aku mengucapkan janji.. akan mengajakmu Bang, bersama Aira.

#aksaradalammakna #petualangjiwa #adventurer #kopidanaku

Tuesday, March 12, 2019

Love in Motion

Aku tetap mencintaimu dalam jeda jarak ruang dan waktu.
Selalu (belajar) memahami dalam ketidaksempurnaan.
Menjalani ketetapanNya yang sudah menjadi garis takdir Illahi.

Alloh tak pernah salah menitipkan rasa pada hambaNya. Dia hanya ingin kita terus saling mendekap keimanan dan ketakwaan dalam do'a.

Abang,
Aku telah menemukanmu dalam do'a yang terjawab. Semua akan aku jalani dengan keikhlasan dan ketakwaan.
Dalam jarak..
Aku merindukanmu dalam hamparan sajadah. Menjadi Imam yang melantunkan ayat-ayat cintaNya yang tertuang dalam kitab suci yang menjadi pegangan.

Jika mataku memburam karena bulir bening yang tak terasa mengalir. Itu hanya upayaku menahan kerinduan yang tak biasa.

Yaa..
Perjalanan kita bukanlah perjalanan biasa.
Banyak waktu belajar yang harus diluangkan untuk saling memahami.

Sejenak aku tertegun, menatap nanar langit kamar yang jauh dari bintang.
Aku mencium aroma tubuhmu.. sayang.
Seolah Abang berbaring disampingku.

Yaa..
Kini aku mahrammu, makmummu.
Yang selalu menantikan saat kita memghamparkan sajadah, melantunkan alunan ayat-ayat Al-Qur'an secara bergantian. (Maafkan kalau aku masih seringkali lupa.. Bang)

Aku merindukanmu dengan caraku. Menengadahkan tangan.. meminta Pencipta kita mendekatkan jarak. Memudahkan hati. Melabuhkan tangis dalam pelukan do'a.

..... jika kukatakan aku semakin mencintaimu dalam ketidaksempurnaanmu adalah benar adanya. Aku, menemukan kedamaian dalam pelukanmu, percakapanmu, nasehatmu.

Masih terekam jelas semua dalam ingatan. Serius. Dan pada akhirnya ditutup dengan kecupan hangat.
I love you.. my hubby. Imamku. With all my heart..😘💕

Mommy...
Igau Aira, sejenak memberi jeda dalam tulisanku. Mengusap airmata. Membenahi selimutnya. Mengecup lembut keningnya.
*_Yaa.. sayang, tidurlah nyenyak. Mommy ada disini._*
Mengusap-usap tangannya yang sejurus mengenggam tanganku. Seperti enggan untuk melepaskannya. Harapan.

Menatap wajah polos itu..
Mengingatkanku pada Abang.
Aku selalu memandangi wajahmu dalam hening malam. Mengusap pipimu. Lalu tak kuasa menahan sang waktu.
Aku selalu merindukanmu. Ketika dekat, apalagi jauh.
Entahlah..
Dan rasanya tak perlu memperdebatkan alasan kenapa.
Karena aku tak tahu jawabannya... 😁

Abang,
Aku sedih..
Karena di saat-saat melepasmu dalam jarak, kita tak sempat meluangkan percakapan yang dalam.
Tentang kita.
Aku selalu ada menemanimu.
Membantu semampuku.
Tapi.. mungkin aku tak sanggup memintamu untuk sejenak meninggalkan hobimu bermain game di ujung waktu. 😁
Karena sejatinya aku bimbang, ragu, dan takut..

Waktu yang kita punya hanya sedikit setelah ini. Semua sudah di ujung lidahku. Ingin memintamu memelukku.
Namun tak sanggup rasanya..
Aku melihat kebahagiaanmu disana..
Maka yang bisa kulakukan hanyalah menemanimu, memelukmu. Dan ujungnya aku terlelap duluan..

Maafkan aku yaa.. Bang,
Dalam semua senyum yang terekam, ternyata aku masih sering menyembunyikan bulir bening yang hanya mampu kutumpahkan di atas sajadah ketika jarak selalu memisahkan.
Jika dirimu jeli..
Maka sebenarnya aku pernah menangis ketika memelukmu. Hanya saja itu mungkin luput dan tertutup oleh euforia permainanmu.

Aku..
Berusaha baik-baik saja disini sayang..
Walaupun sebenarnya tidak begitu. Aku menikmati jeda ruang ini tetap dengan caraku. Memakai topeng, dan mengabarkan pada dunia.. bahwa aku baik-baik saja.

Ohyaa..
Lupa aku mengatakan bahwa aku bahagia. Teramat bahagia menjadi pendampingmu, sahabatmu.
Itulah kebenaran dari topengku.
Tak dibuat-buat.
Aku menerimamu dalam ketidaksempurnaan.
Seperti dirimu yang mengatakan *_I love you what the way you are.. sayang_*

Masih di sepertiga malam, aku terjaga. Masih berusaha menyelesaikan proses perpindahan ini sendiri.
Di sisa waktu itu.. sebenarnya aku ingin meminta Abang membantu. Tapi.. aku melihat.. bahwa dirimu pun butuh waktu untuk memahami perubahan yang datang. Kelu lidahku. Tak mampu mengatakan bahwa aku membutuhkanmu. Bantuanmu sayang..

Kembali maafkan aku..
Itu semua kulakukan untuk tidak menjadi beban tambahanmu.. sayang.

Aku...
Aku angkuh untuk mengakui bahwa aku rapuh. Terlalu arogan.. untuk menyatakan aku lelah. Ingin meletakkan kepala di bahumu. Sejenak beristirahat dari semua beban yang selama ini telah kujalani sendirian. Hanya denganNya...
Semoga ketika aku sanggup menceritakan semua, itu takkan menambah bebanmu. Yang kutahu.. memang tak mudah dan ringan.

Abang,
Jika nanti.. ada kesempatan untuk membagi waktu denganku, bolehkah ku memintamu tak larut di permainan gamemu terlalu lama?
Aku dan Aira, punya banyak​ cerita untukmu. Kita duduk menatap langit dan terus membagi tawa. Sambil membakar marshmallow, jagung, sosis..
Asal jangan membakar rumah orang yaa.. Bang?
Dirimu masih boleh kok.. check in di Chicken Dinner. Hanya batasi saja yaa..😁😀

Hidup terlalu singkat untuk dilalui..

Kami merindukan Abang di sini. Memeluk sepi dengan aroma tubuh yang masih tertinggal.
Baik-baik yaa.. Bang.
Take your time.
Kata-kata manismu (selalu) kutunggu..
Itu teramat menenangkanku hari ini. Ketika lelah menyergapku sepulang kerja.
*_I miss you so badly, till the moon and back.. sayang._*

....

Vie?
Vie?

Panggil Sheilla, di tengah kesibukanku menuliskan cerita dalam notes di gawai. Aku menengadah.

Yaa.. ada apa Shel? , jawabku sambil menatapnya.
"Are you okay, Vie?"
"Yaa.. okay Shel. Hanya kangen aja..
Biasa ada Abang, sekarang jauh..
Itu doang..
Aku belum bisa menyampaikan semua perasaan ke Abang. Masih belajar.. Shel. Terlalu lama sendiri gini niih.." jelasku sambil memeluknya.
Sahabatku inilah yang kini menemaniku.
Keputusan memilih Abang, membuat Uci membuat jarak. Yaa.. aku berusaha memahaminya. Memeluk perbedaan pendapat dengan damai.

"Lo ga pulang.. Vie?"
"Ini baru mau pesan ojek online. Mau ambil paket dulu di kantor Abang..
Lo masih siaran yaa? Sampai jam berapa Shel?"
".. sampai bosan laah Vie, Mas Bono lagi ijin.. hahaha..."
Aku suka melihat tawanya.
"Eehh.. driver gw udah datang Shel. Duluan yaa.. take care, bye..
See you tomorrow yaaa.."
Aku memeluknya dan beranjak pergi.
"Iyaa.. you too, take care.. salam buat Abang dan Aira yaa.." katanya sambil melambaikan tangan.

Makasiihh sahabatku..
Sudah sedikit meringankam rinduku.

Abang,
Aku rindu..
Ingin memelukmu erat..
Dan ingin dipeluk hangat, 💕😘

Yaa Robbil Izzati..
Ringkaskan jarak, mudahkan jalan kami untuk bertemu. Lembutkan hati orang-orang yang ada di sekitar kami...
Maafkan aku yaa Robb, masih sering meminta.

... dan kepalaku teramat berat. Pening.. Bang. Ini biasa terjadi jika aku terlalu dalam berpikir. Tak perlu cemas..
Karena aku akan baik-baik saja.

Adzan pertama sudah berkumandang. Bangun.. Bang.
Tahajjud bareng yuuk.. jadilah Imam. (Selalu seperti itu yaa.. Bang?)
Kopimu pun sudah siap.. sayang,
I love you Abang...

#cintadalamjarak #soulmate #lovelightandrays #pecandusastra #120319

Monday, March 11, 2019

Point Blank

Aira sudah terlelap dalam tidurnya. Memeluk Baymax yang baru kubelikan.
Menghiburnya dari sebuah kehilangan yang teramat membekas.
Tak mudah baginya untuk melupakan.
Baymax, robot perawat yang ada di Big Hero 6, adalah impiannya.

Kami selalu melihat filmnya bersama-sama. Jika aku tak terperangkap di kesibukan yang seringkali membunuh kebersamaan dengannya.
Aira, maafkan Mommy.
Damailah sayang..
Semua tawa hanya milikmu.
Sementara rasa lainnya biarkan milik Mommy..

Ada kepedihan yang tak mampu ku ceritakan. Dari perjalanan hari ini.
Aku melihatnya.
Bersama dengan orang yang selalu menemani langkahnya. Dari titik nol.
Melihatnya di kejauhan. Aku takut. Menggigil.
Ingin menyapanya, tapi.. kembali takut.

Lalu.. otakku memberondong ribuan tanya.
Sementara aku?
Siapa aku?
Vie?

Perlahan, bulir bening mengalir hangat. Membasahi kornea yang terpapar debu. Aku tengah merapihkan kamarku. Berusaha membuang semua sisa perjalanan lalu.
Perlahan bangkit, memperbaiki waktu.
Berdamai dengan luka dan sembilu.
Belajar melepaskan, mengikhlaskan, merelakan, dan memaafkan.

New hope?
Bersamanya?
Beribu tanya menyeruak. Menemani aku yang terjaga. Ada Arsenal vs Manchester.
Menatap Aira yang tersenyum dalam tidurnya. Merapihkan selimut yang mulai menyingkap.

Aku disini..
Masih menunggunya dalam hening. Menjadi bayangan yang tak terlihat. Menyembunyikan cinta dalam gelap.
Tetap menghadirkan senyum. Menyamarkan semua realita yang ada.
Aku memang mempunyai ribuan topeng untuk menyembunyikannya.
Sudah teramat terlatih.

Mungkin hanya sedikit yang mampu menerjemahkannya. Aku membungkus semua dengan sangat baik.
Kepedihan, kesedihan..
Biarlah menjdi cerita dalam hening. Seperti ketika membuangnya di api unggun. Bersama wangi marsmallow yang tersentuh api. Hangat meleleh di mulut.

Kali ini aku (benar) takut. Banyak yang telah kubaca tentang pilihanku kali ini.
Semua berujung pedih.
Sakit. Kecewa.

Apa yang bisa aku lakukan?
Mengemis cinta?
Meminta pengertian?
Menuntut tanggungjawab?

Tak lah..
Walaupun perih, aku hanya ingin dimengerti. Bahasa yang kusampaikan dalam diam. Memintanya mengerti kedalaman cinta yang sudah kuikatkan padanya.

Aku?
Siapa aku? 
Pecundang?

Yaa Robbana..
Mengapa Kau meletakkan aku di jalan yang terdapat pilihan ini?
Memilih dengan tak mudah..
Apa salahku?
Apa aku begitu pendosa, hingga masih pula harus Kau uji (lagi)?
Apakah aku harus selalu diuji?
Terus menerus?
Dengan kadar di atas rata-rata?

Semua pikiran itu terus berkecamuk, sambil melihat wajahnya. Semua ada di keyboard hp. Tatapannya. Senyumnya. Aroma tubuhnya. Parfum dan keringatnya pun sudah melekat dalam alam bawah sadarku.
Aku (benar) merindukannya.

Sayang,
Apakah di ujung hari ini, terselip kerinduan padaku dan Aira?
Atau benar..
Semua cerita yang pernah kudengar. Bahwa pada akhirnya, aku dan Aira akan dibiarkan larut dalam sunyi dan sepi?
Tak dianggap ada..
Apalagi ketika harus dipaksa memilih.
Maka takkan pernah ada aku dan Aira.

Krik..krik..krik..krik..
Aku menatap layar gawai, langsung berselancar.
Menelisik.

Saat ini, aku hanya ingin satu kata darinya.
Sebagai bentuk bahwa aku memang ada dalam hidupnya.
"Malam"

Itu saja..
Bagai cinta kayu pada api, yang menjadikannya abu..
Aku, mengorbankan diriku..

Aku tak pernah menuntutnya. Selalu ingin.. satu saat dia mampu mengerti. Memahami aku. Bisa merasakan apa yang aku rasakan kini. Yang berusaha menahan banyak hal dalam diam. Karena tak ingin menyulitkannya dalam permasalahanku.
Aku (hanya) ingin dia memahaminya. Bahasa langitku.  Detil rasanya..
Memintanya mengerti, tanpa harus kuminta. Karena semua seharusnya jelas tertulis sebagai tanggungjawabnya.

Sudahlah.. Vie, tenangkanlah pikiranmu. Resahmu.
Jangan pernah meminta orang lain memahamimu. Belajar saja mengerti.
Mencerna semua dalam kesabaran, akan lebih melegakan jiwa.
Pemahaman akan hadir ketika kita sepenuhnya memahami. Pengertian akan lahir seiring kita yang mengerti.
Hentikan semua..
Mengalirlah,

Hhh...
Nafas yang panjang terhela. Untuk mengusir semua gundah.
Dan, aku masih terisak. Tertidur dalam tangis. Dadaku sesak menahan semua rasa yang berkecamuk.

Vie, Vie..
Bangun..
"Bukannya kamu harus pulang, Vie? Kasihan Aira."

Perlahan mataku terbuka. Ternyata aku masih di meja siaran. Mimpi.
Tapi seperti nyata. Sesaknya.
Airmatanya.
Lantunan lagu Rindu dari Virzha masih terputar. Ada Shella di seberang ruang, melambaikan tangan. Pulang..
Begitu kubaca gerakan bibirnya.

Mas Bono mengguncang pundakku.
"Ayolah...,bareng pulang.." gamitnya sambil membawa ranselku.
"Kalau ga dipaksa.. kamu akan terus disini..
Jalani saja yaa De, kamu pasti bisa melaluinya. Aku selalu ada buatmu dan Aira. Keep strong for her."

Mas Bono terus menarikku, membukakan pintu, mamaksaku duduk di dalam mobilnya.
"Aku kenal Poer. Dia tak seperti lelaki kebanyakan. Mungkin, dia masih  belajar menyesuaikan.. ya? Berilah waktu.."
"Semua ada masanya.. ya De?"

Kata-kata Mas Bono, seperti menyuntikkan ribuan energi yang menghangatkan hatiku yang dingin. Dia memang teman dekatnya ketika kuliah di Tamansari.
Aku mengenalnya ketika menjadi penyiar. Tak juga tahu bahwa kemudian aku mengikat janji dengan sahabat karibnya. Dunia memang sempit.

Mas Bono mengantarkanku hingga depan kostku.
"Tenangkan hatimu.. De. Yakin sajalah.. Poer akan mencari cara untuk menghubungimu."
Kami bersalaman ala Baymax dan Hiro.
Masih ingat ketika mengajari Abang tentang hal ini. Tertawa terbahak aku dan Mas Bono, karena gerakan Abang kocak.
"Take care.. De."

Mobilnya pun berlalu. Aku masih menatap hingga tak terlihat.
Abang,
Aku rindu..
Terlalu banyak yang terpendam dalam sekam.
Apakah aku (benar) ada?
Benar nyata?
Menapak di realita?

Dan,
Inilah aku..
Yang kini terjebak di cintamu.
Yang mungkin (bukan) untukku.
Sebenarnya..
Sebenar-benarnya, aku teramat mencintaimu. Dan aku takut. Ketika berulangkali menanyakan hal konyol yang selalu hadir dalam otakku.
Otak biruku yang tak pernah diam.

Apa aku ada.. Bang?
Apa dirimu ingat bahwa aku ada sekarang? Kenapa tak kau katakan,
"Take care sayang.." ketika meninggalkan Bandung. Aku takut. Teramat takut.
Untuk sebuah rasa yang selalu menghantui..

Malam ini,
Aku terpuruk. Terlempar ke ruang gelap hati.
Kembali menanyakan hal yang sama. Apakah dirimu akan kembali? Menemaniku dan Aira.
Tak apa sejenak. Karena kami tak pernah meminta lama. Semampumu saja. Hanya....
Hhh.. tak sanggup menyelesaikan semua pekerjaan. Aku terua menangis. Terisak perlahan. Tak ingin mengganggu Aira dan mimpinya.

Dimanakah dirimu.. Bang?
Berikan ujung untuk semua ini. Sebentar saja. Tanpa aku memintanya..
Aku hanya ingin dirimu menyapaku..
Untuk menenangkanku.
Aku takut.. akan menggerus hari-harimu jika terus mengirimkan pesan.
Aku gelisah, manakala semua senyap.
Sendiri memang menenangkanku. Tapi lama-lama kesepian juga.. 😥

Dimanakah Abang?
Di planet manakah?
Haruskah Grot dan Guardians of Galaxy mencarimu?

Abang...

#kopidanaku #pecandusastra #novelku #100219 #titiknol

Friday, January 11, 2019

Titik Balik

*02:00 AM*
Detik waktu membangunkanku. Membuka mata, melihatnya, Abang masih terlelap pulas dengan damai. Sejenak menyempatkan mengamati wajah yang telah menitipkan sayang di ruang jiwa. Ingin mampu mengusap lelahnya di ujung harinya.
Terimakasih Tuhan, untuk satu hari lagi kesempatan mencintainya. Menyayangi Abang. Tak terasa, mataku memburam meneteskan airmata dalam diam..

Berikanlah kemudahan, kelapangan rizki baginya.. yaa Robbana.
Sisipkanlah kelembutan hati, untuk selalu bisa menemaninya.
Tak pernah mudah bagiku untuk tenang ketika malam menjelang, dan belum menerima kabar Abang.. *_m home_ ...*
Karena jarak dan waktu yang ditempuhnya tak dekat. Sepenggal kata yang selalu kutunggu sebelum merebahkan RINDU.

Yaa Robb,
Terimakasih untuk titipan RASA dalam jiwaku. Yang menghentikan pencarianku. Abang telah mampu menghadirkan senyum yang memukau di setiap hari yang terlewati bersama. Beberapa menit berjumpa pun telah mampu membahagiakan. Hanya duduk dan berbagi cerita. Semua hal yang sederhana. Karena bahagia bukan tentang apa. Tapi dengan siapa dan bagaimana menikmati setiap helaan nafas bersama.

Mengusap lembut, lengan tangan Abang, membisikkan, *"Abang.. mari kita sejenak bersama tahajjud dan tadarus."* ..atau *"Abang.. Shubuh jama'ah yuuk."* ..adalah hal yang ingin aku lakukan. Begitu damai ketika berada di belakangnya. Menjadi makmumnya.
Bahkan aku sempat meteskan airmata dan terisak ketika pertama kali melihatnya menjadi Imam di sholat Maghrib di kantor lamanya. Semua membasuh kerinduan...

Masih duduk disampingnya. Menatap wajah Abang yang masih dibuai mimpinya. Damai. Begitu menyukai menatap dalam wajah Abang. Karena dari sana, semua cerita berasal. Walau tak selalu seirama dalam langkah.. Terimakasih Abang.. untuk semua hal yang menjadikanku lebih baik.
Abang benar.. rupanya pencernaanku sensitif dengan pedas. Hal yang seringkali aku sangkal.

Aroma Kopi yang tadi kubuat, memenuhi rongga hidung. Rindu menyesapnya bersama Abang. Tapi pagi ini.. aku hanya membuat untuk Abang.
Kembali mengusap tangannya. Mencium pipinya dan keningnya...
Berbisik *_banguun.. Abang, adzan Shubuh. Kopimu pun telah siap_*

*Illahi Robbil Izzati..*
*Jagalah Abang..*
*Berikanlah kesehatan, mudahkan semua langkahnya hari ini..*
*Semua do'a terbaik untuknya. Aamiinn yaa Robbal'alamiin* 😇

I love everything of you.. Abang,

Tuesday, January 1, 2019

1a: RINDU

Kehidupanku begitu berwarna. Semua datang silih berganti.
Seperti kilasan cahaya. Menyembunyikan warna pelangi dalam kilatannya.

Aku, yang mungkin tak terlihat menyembunyikan banyak pertanyaan. Meninggalkan jejak hitam, seperti jejak Shiro setelah menginjak lumpur sawah.
🐾🐾🐾
Jelas terlihat di atas ubin yang baru dipel dengan susah payah.. 😂

Ini ceritaku. Tentang kita. Cerita yang baru akan kutulis bersamamu.
Lembar baru dalam hidupku.
Hampir 6 tahun merasakan pedih dan perih. Walaupun mungkin dalam secarik kertas, yang tertulis baru 4 tahun. Baru kali ini aku berani mengatakan "bismillah" untuk sebuah perjalanan kehidupan (lagi)
Memulainya..

Andai saja semua orang tahu..
13 tahun perjalanan untuk mampu memutuskan. 6 tahun di kesendirian dalam penggalan waktu.
19 tahun? Gosh.. 
Siapa yang sanggup menahan "jatuh" selama itu.

Maka, jika ada yang mengatakan kehidupanku begitu indah. Penuh dengan tawa. I dare you.. please be me, and I believe that you can't survive even a second.

Mostly, I passed through all steps alone..
Lot of deep sadnesses. 
Tak mampu menceritakan pada siapapun. 
Ya, menggunakan topeng adalah cara yang kupilih untuk menyembunyikan pilu.
Seperti jendela kamar yang hanya memburam kala hujan mendera.

Kembali pada ceritaku hari ini..
Di saat kerinduanku sudah tak terbendung. Benarlah.. jika banyak orang berkata: ikhlas itu tak semudah mengatakannya.

Abang, I miss you so badly..
Jika rasa itu sudah tak mampu kutuliskan.. maka pelukan di ujung waktu adalah hal yang mampu menenangkanku.
Sementara jarak masih menjadi batas pertemuan.

11:11 berdetak waktu yang masih mendekapku dalam hening. 
Sudikah kau menjadi sahabatku.. Bang?
Teman perjalanan hidup dalam menjelajah indahnya dunia. Dengan semua dinamikanya. Selalu berkenan menggandeng tanganku, mengajakku menikmati ritme kehidupan.

*_"Dek, kita tak bisa menahan perasaan orang terhadap kita. Hanya bisa mengendalikan bagaimana respon kita atas hal itu."_*

Itu salah satu pernyataan yang aku ingat dari Abang. Belajar mengendalikan respon untuk semua hal yang terjadi dalam hidup.

Mudah? Tak lah.
Semua selalu menjatuhkanku dalam perjuangan untuk bangkit. Mulai belajar memilah dan memilih. Mencarikan sebuah alasan yang paling rasional untuk sebuah keputusan. 
I'm observer. It's always take long to make adaptation. 
Namun sesekali memang kita pun harus melambat. Tak perlu merespon terlalu cepat. Jika tidak terkait dengan nyawa.

Kelemahanku, selalu tentang RINDU. Jarak yang harus kudamaikan dengan hati.. seringkali membuat otakku lelah.
Pening.

Tik..tik..tik..
Aku terus melihat jam. 
Masih ceklis satu. Ada apa.. Bang? ..are you okay? Aku khawatir.. It's something bad happened? 
..oh no, no, no,
I don't want to think anymore..
Worries..

.....................

✅✅ Akhirnya semua kembali dalam keadaan normal.. semua #FAQ terjawab.
But.. I ain't normal yet,
Tersenyum sendiri.
What's up with me?

Mungkin aku kurang terkena matahari. Sedikit berkarat dan berjamur. 😂😁
Dalam makna kiasan tentunya. Karena aku selalu mandi.. 
Aku memang lebih suka diam di kamar kost yang sudah kutempati 4 tahun terakhir. Dan semakin berwarna sejak menemukan Shiro.
Inilah yang membuatku banyak merenung.
Menimbulkan semua tanya yang tak begitu penting. Konyol dan receh..
Sepele..
Namun tetap menyerbu akal sehatku.
Sepele, tapi memang cukup menggerus semua energi positifku.

Efek purnama ketigabelas. Universe clearity.
It sounds crazy but actually so real when you can feel it.
Tubuh ini melemah di titik terendah. Seperti tak menapak. Ini adalah sebuah penjelasan bagi Light Workers. Ketika semesta telah melebur dalam energi yang tak terbaca oleh kebanyakan manusia lain.
Jadi.. 
Seringkali tubuhku dropped. Tak kuat menyangga semuanya. Sendiri.

Yaa.. bersamamu,
Perlahan aku mulai merasakan begitu banyak warna yang mampu kulukis dalam kanvas. Tak melulu monokrom.
Mencoba kembali pada AKU. Yang tak lagi memaksakan topeng untuk sebuah kebahagiaan yang memang layak aku miliki.

RINDU,
Bisakah kau selalu memberikan kabar? Tak apa jika harus kau titipkan pada angin, awan, hujan, angin, batu, bintang, atau semesta. Karena aku selalu tak mampu menenangkan hati. Selalu ingin bertanya, _.. r u okay?_
Dan pun sering terjebak dengan takut _if you're angry_

Hhfft, terlalu menuntutkah aku?
Hanya ingin ketenangan jiwa.. 😪😫

Dan yakinlah.. Bang,
Jika kita masih menatap langit yang sama, kabarmu akan sampai padaku. Dimanapun perjalanan penjelajahanku.
Hingga waktunya nanti..
Aku ingin dirimu bisa menemani dan menjagaku di setiap detik langkah-langkahku.
Perlahan saja, karena kita tak sedang menunjukkan superioritas ataupun kehebatan diri. 
Perjalanan ini untuk melantunkan tasbih, tahmid, dan takbir, atas indah ciptaanNya. Puncak adalah bonus. Kebersamaan adalah tujuan.

................

Awal 2019, hari pertama.

Aku percaya.. ketika meyakini sesuatu, kita pasti akan diuji dengan itu. Semua selalu ada hikmahnya.
Ini seperti _trial_ dari besarnya masa depqm yang akan kau alami  nanti Vie. Kuat atau tidak.. nasehat Mang Udi, sebelum aku mengakhiri sesiku.

Bang,
Kenapa aku mudah cemas? ..gampang terjebak pada kerinduan yang luar biasa...
Aku hanya ingin mendengarkan sedikit kabar darimu.
Karena tak pernah seperti ini. Belum pernah begini. Hujan mulai menambahkan rindu yang pekat. Dimanakah dirimu Abang sayang?

Sejurus bangkit dari tidur, dan berusaha melawan pening yang sudah mencengkeram kepala sejak kemarin.
Aku takkan mengatakan apa-apa pada Abang. Karena aku tahu, bahwa itu hanya akan membuat Abang cemas.
Seperti yang Abang sampaikan..
Membuat Abang merasa tak bermanfaat.
Deg..
Sakit rasanya, membuat Abang merasakan semua kecemasan tanpa bisa melakukan apa-apa.
Maafkan aku yaa..
*Benar* maafkan aku, untuk semua kecemasan tentangku.

Bang,
Sedih tak terperikan, manakala tahu itu yang Abang rasakan. Duuh.. maafkan aku yaa Bang. Terlampau pula jujur..
Aku memang banyak menahan rasa sakit sendiri. Menangis dalam hening.
Maka di satu titik, aku sering jatuh sakit. Ketika badanku tak sanggup menahan beban pikiran.
Kenapa? 
Mengapa semua harus berulang, kembali ke titik nol. Aku dan kesehatanku yang selalu seperti rollercoaster.

Aku, selalu ingin sembuh. Karena jika sakit pun, selama ini sendirian. Seringkali harus berjalan perlahan, menyiapkan makanan sebelum meminum obat-obatan yang kusembunyikan pada semua orang.
Aku selalu ingin baik-baik saja.
Aku ingin lebih lama hidup.
Menemanimu dan Aira..

Aira, gadis kecil itu pastinya akan bahagia mengenalmu. Dia tak pernah bertemu sosok 
_ayah_ yang baik sepertimu.

Sh*t... ingatanku tetiba melesat pada ba**ng** itu,

Lesatan masa laluku, kerap menghadirkan anxieties yang over dosis. Menyiksaku sendiri. Menggerus kesehatan kepala dan ususku. Maafkan aku untuk itu yaa.. Bang,
Semua kesalahanku, yang membuatmu cemas.

Aku ingin menuliskan banyak cerita tentangmu. Tapi mataku terlalu lelah. Merasa kantuk yang luar biasa. Dan hanya sanggup menuliskan, *_Aku mencintai mu_*
Sekian.

Bang,
Dimana dirimu kini?
Cemaskah juga dirimu? Ketika jarak ruang begitu memisahkan kita?

Aku kembali membenahi playlist yang ada d komputer. Rio sudah siap. Melambaikan tangan menyapaku. Tersenyum.
Ini pekerjaanku. Penyiar Radio.
Profesi yang selalu mampu _menyembuhkan dan menyembunyikan_ pilu.
Dalam deretan lagu yang kuputar.

Dan selalu bisa memaksaku untuk sembuh. Belajar tersenyum ikhlas. Walau seringkali siaran dalam kondisi sakit. Kepala berat yang berputar berat.
Tubuhku memang sedang dalam kondisi terendahnya.

Banyak yang tak mampu aku ungkap pada keluargaku sendiri. Pada banyak orang. Tentang diagnosis yang disampaikan padaku ketika itu. Apakah ini waktuku?
Aku dan otakku. Kelemahanku.
Yang pernah terbanting, membentur trotoar depan Mirota Kampus.
Pun, sejak 4 tahun lalu.. 
Pencernaanku pun berontak dalam diam. Seringkali harus bedrest.
Semua cerita tentangku ini, tak pernah jelas kuceritakan. Semua terbungkus dalam diam.
Hening..

Aku, ingin selalu bisa menemani Abang. Always be there.. when you need the supports on what you do. Stand by your side.
I love you, handsome..

Berjanjilah untuk tetap ada disampingku,

Menggandeng tanganku, mengajariku sebuah perjalanan kehidupan (lagi)..

Dari sisi lain,  sisi yang sangat penuh warna..

Never ever let me down..

Hold me tightly

Promise?