Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Saturday, November 30, 2013

JANGAN PAKSA CINTAIMU (lagi)




Dear El,
Jika kau terima surat ini , maka maafkanlah... jika terjaga esok hari Edelweiss itu telah layu.  Hal yang memang tak mungkin terjadi...
Tapi... itulah aku kini.
Tahukah kau, semua adalah kesalahanku, yang tak sirami bunga keabadian itu.  Lambang kesejatian.  Aku sudah enggan dan terlalu sakit untuk terus melakukannya sendiri.
El,
Aku masih menangis, ketika menuliskan surat ini untukmu.  Cinta yang luar biasa pernah kugenggamkan untukmu.  Namun.. semua harus ditutup dengan kesakitan yang juga tak biasa.
Yaa... aku sudah berhenti dan meninggalkan kenangan indah yang pernah terajut denganmu.  Tetap jadi bagian sejarah hidup di lembar hatiku.
El,
Jangan pernah paksakan perasaan itu kembali...
Karena jika aku adalah jalanmu, maka satu saat nanti aku pasti kembali pulang.
Kembali mengisi ruang hati dengan kehidupan bersamamu.
Tapi... El,
Biarkan itu berjalan senatural mungkin.  Karena keterpaksaan hanya berujung kekecewaan dan ketidaktulusan rasa kan?
Aku ingin kembali berjalan dan melangkah sendiri (dulu) menyembuhkan luka yang mungkin juga aku torehkan untukmu.
Aku ingin mengembara dan membiarkan angin menyampaikan salamku padamu. 
Dari sini... El, puncak Mahameru yang pernah menjadi saksi kita dulu.
Karena ketika kau terima suratku ini, matahari pagi yang masih malu mengintip di celah langit malam, menemaniku menyesap secangkir kopi.  Ingin mengulang semua kenangan itu... walau kini hanya kulakukan sendiri.
El,
Mungkin tak pernah kukatakan betapa terlukanya perasaanku, untuk semua perlakuanmu yang selalu melihatku sebagai “super women”.  Membiarkanku sendiri di semua perjalanan keputusan yang harusnya kita lakukan bersama.  Mengapa... El?
Aku memang petualang sejati, tapi aku tetap wanita yang ingin dimanjakan dengan perlakuan manis juga.  Aku masih normal sebagai wanita... El.
Hampir tak pernah kurasakan itu semua.
Mungkin salahku juga, tak pernah terbiasa membagi pernyataan langsung padamu.
Selalu mengharapkan engkau mengerti sendiri...
Aahh... seringkali aku lelah.. El, 
Sangat ingin meminjam bahumu, menyandarkan hatiku yang terluka untuk bisa bersama membagi duka yang kurasakan.
Tapi itu tak pernah terjadi... kau terlalu sibuk dengan urusan orang lain, hingga aku terlupakan dan terabaikan.
Mengapa... kau begitu lembut dan perhatian pada orang lain, dibandingkan aku... EL?
Apa salahku?
Apakah dulu.. aku adalah sebuah kesalahan yang ingin kautinggalkan?
El,
Kini... aku ingin menguburkan semua kenangan indah awal perjalanan kita.  Di sini... di padang pasir gersang yang kulalui,
Maafkan jika aku memang ingin pergi (saja), tanpa membukakan satu pintu kesempatan untukmu (lagi).
Sudahlah....
El,
Bila waktu boleh kuputarkan, dan luka yang tertoreh ini belum terlalu dalam...
Aku ingin meninggalkanmu sejak semula.. karena aku tak ingin terjebak dalam perasaan benci padamu.
Kau adalah sosok lelaki dalam impianku...
Tapi kini, kau sia-siakan itu.. membunuh nyawa impian itu, dan membuatku pergi...
El,
Tak pernah kau tahu... bahwa butuh 5 tahun untuk bisa ada di titik ini.  Benar-benar ingin meninggalkanmu, tanpa tergoda untuk kembali dalam kenangan.
Itu bukan aku... El,
Kini aku semakin kuat untuk melangkah sendiri, karena memang itulah aku.
Petualang sejati yang akan terus mengembara dalam pencarian abadi.
Pernah kuberikan cintaku tanpa jeda untukmu, dan karena itulah pula kau pikir aku takkan sanggup berpaling darimu.
Kau salah... El,
Cinta itu telah tersiakan, justru ketika kau merasa di atas angin.  Aku tak ingin diperbudak oleh ketidakpastian perasaan indah yang semu.  Apa yang ada kini biarlah jadi perjalanan di penggalan Sang Waktu.
El,
Jika kau menemukan wanita yang bisa memberikanmu cinta putih, jangan siakannya yaa..(lagi),
Wanita selalu tetap menjadi rusuk lelaki selamanya,
Ia ingin dimanjakan...
Bukan dengan materi saja.. El,
Karena yang terpenting adalah menjaga kehalusan perasaannya.
Selalu ada untuknya...
Meminjamkan bahu baginya..
Menjadi sandaran jiwa yang menentramkannya..
Mengusap lukanya dengan sentuhan lembut..
Atau melakukan kebersamaan yang romantis dalam kesederhanaan..
Mengertikan dia apa adanya..
Karena wanita selalu jadi belahan jiwa.
El,
Biarkanlah aku berlalu..
Jangan tahan aku lagi dengan sejuta alasan yang sebenarnya hanya untuk menutupi harga dirimu semata.  Berikan saja aku waktu yang cukup untuk memahami keterpurukanku kali ini adalah takdir Ilahi..
Mampukan aku untuk mengembalikan rasa ini di jabat sahabat saja (dulu)..
Jangan tanyakan kapan aku kembali untukmu...
Karena aku pun tak bisa tahu perasaanku sendiri..
Satu yang kukatahun pasti... 
luka ini terlalu dalam di ruang gelap sanubari.   
Cahaya cinta itu tengah meredup mencari Mentari dan Bulan di hitungan hari.
Bintang Timur pun sedang enggan berikan arah sebagai petunjuk.. 
karena tengah lelah memantapkan diri di peretasan mimpi bernyawa dalam pelukan waktu.
Tak ada jeda...
Tanpa cela...
5 tahun bukan waktu yang singkat untuk mengubur semua kenangan bersamamu.  Tak mampu kuceritakan betapa banyak buliran airmata yang tertumpah di keheningan malam tanpamu.  Ribuan kata yang kuyakini bahwa ini hanya mimpi buruk.
Jalanku mulai berujung keindahan.. namun kau memilih menafikan keberadaanku.
Sebenar-benarnya.... engkau yang telah lama pergi.
Tak pernah ada di sampingku.
Itulah makna 5 tahun kebersamaan yang terajut bersamamu.
El,
Semua tetap indah...
Tapi, maafkanlah...
Kini... aku pergi melangkah sendiri tanpamu.
Ingatlah.. pengorbanan cinta itu harus dilakukan bersama, hingga bunga Edelweiss yang menjadi simbol keabadian itu tetap mekar di hati.  Anggrek hitam yang langka akan terus mekar tanpa cela.  Mawar merah itu tetap merona di sanubari penuh kasih...
Terimakasih.. El,
Untuk semua petualangan yang terjalani bersamamu....
Di atas putaran waktu,
Maafkanlah aku... El,
Untuk keangkuhan hati yang tak kunjung bisa memaafkanmu, dan memutuskan untuk berjalan sendiri.
Aku pamit... El,
Meninggalkan hati dan perasaanmu, yang kutahu pasti terluka pula.   
Waktu akan mengobatimu, dan ada wanita baik yang bisa pahamimu lebih dibanding aku.
Aku akan tetap jadi sahabatmu dalam ikatan waktu.
Jabat eratku.....
Sahabatmu,
Vie
NB: Edelweiss itu tetap ada sendiri.. di tebing gunung yang curam,

No comments:

Post a Comment