Perjalanan malam ini kututup
dengan menepi di Giggle Box. Kafe ini selalu ramai dikunjungi. Aku memang sedang ingin menikmati waktu yang sedang kuhitung bersamanya. Sahabatku.
Tetap ingin bersama, menatap dan bercerita tentang apa yang telah
terjalani hari ini. Aku baru saja
selesai siaran, dan ia baru pulang dari kantornya.
Sebenarnya, tadi siang kami
menyempatkan waktu untuk makan siang bersama.
Ide itu muncul dariku. Yaa..
tiba-tiba saja. Mungkin jika Dy
bergolongan darah A, akan mencak-mencak. Karena buat mereka yang bergolongan
darah A, harus selalu direncanakan dengan matang. Tak ada rencana dadakan.
Hmmm.. inilah yang selalu aku
syukuri. Dy dan aku memiliki golongan
darah yang sama. B. Sama-sama cuek,
ekspresif (kadang), dan yang paling utama... kebiasaan untuk membuat rencana
dadakan. Mengalir saja seperti air. Karena kami memang juga lahir di hari yang
sama. Rabu. Yang kuketahui, elemen hari ini adalah air, menurut
filosofi orang Jepang. Maka, kami
sama-sama senang menyelesaikan permasalahan dengan ‘mengerti’ dan cenderung
menghindari konflik.
Walaupun, kuakui, Dy lebih baik
dalam mengontrol letupan emosinya. Yaa.. karena rhesusnya “O”. Orang yang memiliki golongan darah ini,
merupakan pendengar yang baik, seorang sahabat sejati, dan percaya akan
rasionalitas. Maka jangan harapkan Dy
mudah percaya terhadap konsep baru yang disodorkan padanya. Yang pertama diyakininya itulah ‘kebenaran’. Hmmm... masih bisa berubah kan? Hahaha...
Rencana makan siang itu,
mengalir saja. Aku dengan “free style”
melangkah keluar rumah menuju Cicadas.
Menyelesaikan urusan dulu, sebelum berangkat kerja. Aku memang kebagian siaran siang. Hmmm...
ketika jenuh menunggu bis kota, aku mengirimkan sms. Terlalu hening beberapa hari ini, karena Dy
memang sedang mengerjakan hal terpenting dalam hidupnya. Pekerjaan dengan ‘date line’.
“Tahu ga... Dy, aku mulai
merasakan ketakutan yang berlebih.”
“Kenapa... Vie?”
“Well, kau pernah bilang kan,
kalau akhir November ini berencana mencari pekerjaan baru. Dan kemungkinan terbesar, mungkin ada di luar
Bandung kan? Hmmm... masih bisa sms
dirimu ga? aku masih ada dalam agendamu kah?
Jika memang itu terjadi....”
“Heyy... ribet deeh lo..”
katanya sambil mengusap-usap kepalaku.
(hhmmm... terkadang kupikir..
dia selalu ingin menjitakku, hehehe.. Ketika aku berulah ‘menyebalkan’)
Semua kukatakan, ketika
memiliki kesempatan menghabiskan liburan akhir pekan bersama. Tak mudah menahan tangis yang menyesakkan
dada ini. Seringkali, kupalingkan wajah,
agar tak terlihat airmataku. Pun juga
sering kuhindari tatapannya, agar tak terbaca kegundahanku. Aku memang harus bisa menerima semua
perjalanan hidup dengan legowo. Biarlah...
kunikmati semua detik per detik saja.
Selama masih ada waktu dan kesempatan bersamanya.
Dan.. disinilah aku bersamanya
kini. Ice Black Americano Coffee yang
kupesan mungkin memang sengaja dihadirkan Tuhan untuk membuatku tersadar
tentang satu hal penting dalam hidup. Dinner ini tetap menjadi bagian
perjalanan di antara waktu yang luar biasa.
Rasa pahit di kopi ini memang
luar biasa. Walau memang masih tak
sepahit Expresso Coffee. Makanya,
yang memesan kopi ini, biasanya peminum kopi sejati sepertiku.
Dy,
Rasa pahit yang menggigit
lidahku ini, mengingatkanku akan sebuah kesejatian dalam hidup. Karena tak semua orang mampu
menerimanya. Padahal hidup dan kehidupan
memang diciptakan berpasang-pasangan.
Ada laki-laki dan perempuan, suka-duka, sedih-bahagia, dll kan? Nah... banyak yang menafikan kenyataan
ini.
Ketika aku menyaksikan
kelahiran, maka aku harus tersadarkan akan adanya kematian. Pun juga ketika
kutahu ada perjumpaan, maka aku pun juga harus bisa bersahabat dengan
perjalanan yang akan menjadi jeda antara kita (jika memang itu jalanmu).
Rasanya...
Baru kemarin kita berjumpa ya? Jabat hati yang terjalin ini pun terasa baru
kemarin. Kini aku harus bersiap untuk
sebuah perjalanan baru yang (mungkin) akan kau raih. Dan masihkah ada aku di mimpimu nanti?
Perjalanan sang waktu itu
memang terus bergulir dengan ceritaku dan ceritamu. ‘Ntah mana yang akan terjadi. Satu hal yang teramat pasti, kini aku
mengerti....
Bahwa,
Am gonna miss u when u leave..
Sayup.. lagu Noah_Tak Lagi Sama
yang kuputar untuk menutup hari ini, benar jadi nyanyian hati. Menyempurnakan perasaan ketika menaiki angkot
tadi. Masih lagu Noah. Separuh Aku.
Baru kumengerti kini. Itulah
memang adanya dirimu. Mata yang tersaput
kabut ini, menuliskan semua untuk tersimpan di dalam memori jiwa. Selalu kukatakan, di bawah langit mana pun,
aku akan selalu mengingatmu. Menyimpanmu
di sini. Dalam ruang di hati. Di ruang rindu. Tetap ingat aku yaa....
Cerita ini tak lagi
sama, meski hatimu selalu disini
Mengertilah bahwa ku tak berubah, lihat aku dari sisi yang lain
Mengertilah bahwa ku tak berubah, lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku,
rasakan hatiku
Bersandar padaku
Bersandar padaku
Dan diriku bukanlah
aku, tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Waktu yang telah
kita lalui, buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati, engkaulah satu yang aku cari
Luluhkan kerasnya dinding hati, engkaulah satu yang aku cari
Dan diriku bukanlah
aku, tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Dan diriku bukanlah aku, tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkan ku, kau melegakan aku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Dan diriku bukanlah aku, tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkan ku, kau melegakan aku
Memang
semua takkan sama.. bila tanpamu.
Sepahit apapun itu, harus tetap berdiri.
Memampukan diri menatap punggungmu menjauh. Sama seperti awal pertemuan kita. Menyimpan tangis dalam hati saja. Bahagiamu
adalah bahagiaku. Perjalananmu adalah
perjalanan dengan atau tanpa aku. Apapun
adanya, tetaplah berkenan jadi Sahabat Hatiku.
Mas
Adi pun terdiam ketika menyaksikan bulir airmata yang menetes tanpa
permisi. Lagu yang menutup siaranku kali
ini, memang menusuk perasaanku. Aahhh...
drama queen deehh... gue, tegarku sambil melepaskan kacamata yang memburam. Melepaskannya. Kugeletakkan di atas meja. Ia bangkit dan menepuk punggungku.
“Vie..
menangislah jika memang itu akan melegakan perasaan lo. Jangan lo tahan. Sesak dada nanti... Sssttt, gue janji ga akan bilang
siapa-siapa...” Ia tersenyum
menghiburku.
“Aaahh..
Mas Adi ngledek...”
Yaa... guys, walau semua memang tak lagi sama.
Jadikan mimpi-mimpu tetap bernyawa.
Vie.. pamit dulu, Ga apa-apa yaa... kalau Vie tutup dengan lagu
Noah_Separuh Aku? Untuk mengingatkan kalian tentang makna. Cie.. ciee...
‘ve a nice
dream... nite. See.. you,
Dan,
kini aku pun meluncur meninggalkan studio di jalan Cipaganti. Menelusuri jalan sepi yang basah. Hujan memang menguyur Bandung ketika aku
siaran tadi. Aah... Ya Rabb,
berikanlah sedikit kekuatanMu untuk menerima ini. Bersahabat dengan lara hati. Seperti Kau berikan aku kegemaran menerima
kepahitan kopi.
Perjalanan
waktu akan kuikatkan bersama rindumu.... Dy.
#MimpiBernyawa
No comments:
Post a Comment