Alunan “Someone Like You” yang sayup
mengisi ruang yang selama ini ada dalam angan, memang impian yang mewujud.
Tak pernah berharap sejauh ini, hanya
rasa yang semakin dalam terasa ini mulai menjebakku dalam keegoisan yang tak
bertepi. Takdir yang mulai kusadari
tengah kujalani kini..
Tuhan...
Sadarkan aku, bahwa ini memang
berbatas dalam tepian nyata.
Persahabatan ini memang indah, hampir tanpa jeda. Mulai mengajariku keikhlasan dalam kedamaian
waktu.
Hanya akan menjadi yang terbaik
untuknya, dan takkan melupakan apa yang terjadi di lintasan waktu yang kami
miliki.
Hari ini..
Aku menangis lagi..
Memintanya meminjamkan bahu lagi..
Aku menangis ketika menyadari “cinta”
yang masih bergetar manakala menyentuh pagi.
Harus bisa memasrahkan diri dalam
takdir yang harus terjalani.
Jika memang semua tak bisa
termiliki...
Aku tetap bersyukur untuk yang
kumiliki hari ini bersama,
Betapa aku teramat terikat mencintai...
Itu yang tak pernah aku ketahui,
terlalu dalam (ternyata)...
Bintang,
Ternyata...
Ketika saatnya tiba,
Melepaskan itu memang tak mudah...
(masih) berjuang untuk bisa
mengatakan:
“jika aku memang bukan jalanmu... aku ber”henti”,
dan jika aku memang tercipta untukmu... kita akan bertemu”
Benar kurasakan itu tadi,
Dan tetap
ada airmata yang menitik...
Dari mata yang menanar dan hati yang terluka...
Untuk sebuah kisah di penggalan masa
lalu itu,
Aah..
Temani aku yaa... Bintang,
Benar melepaskan ini bersama angin
yang sepoi berhembus,
Belajar untuk kembali bangkit dan
terus menggerakkan hati ke depan,
Tanpa rasa takut..
Tiada bayang-bayang kelam yang telah
berlalu,
Berani katakan “good bye” untuk terus
menata kepingan hati yang retak,
Sentuhan pagi yang memelukku erat ini,
Ternyata tetap mengisi hati dengan
airmata..
Kuyakin,
Tak ada yang inginkan posisiku,
Namun jika aku yang terpilih untuk
menjalani ini,
Tuhan..
Beri saja kekuatan dan keikhlasan untuk bisa berdamai dengan kepedihan,
Bintang,
Jika mungkin...
Selalu minta kau temani,
Selama kau
berkenan untuk itu,
Karena hatiku memang menangis...
Masih terjatuh, manakala berkata:
Belajar berani percaya...
Tuhan,
Izinkanku untuk menggenggam tangan dan
hatinya,
Untuk sebuah kekuatan .
Walau sangat kusadari.... ini tetap
ada di tepian waktu.
Namun.. beri saja keikhlasan untuk
bertahan atas jabat hati.
Bintang,
Katakan padaku:
Semua “badai” ini akan berlalu,
Teruslah di sini,
(Bisakah?)
Bintang,
Berjanjilah..
Takkan meninggalkanku dalam kegelapan,
Teruslah temaniku...
Selagi ada waktu,
Selama yang kau inginkan,
Karena (hanya) engkau “Teman Sejati”ku,
Bintang,
Aku mencoba “berani” hadapi ini dengan
ketegaran yang terasa “rapuh”...
Karena kutahu..
Tetap ada bahumu yang bisa kupinjam..
Selalu ada tanganmu untuk kugenggam dalam kekuatan,
(Berkenankah?)
Di batasan waktu kutuliskan ini,
Kabut yang menyaput dingin dalam
sanubari ini,
Mengajariku berdamai dengan kesakitan,
Walau hanya aku dan kau yang tahu..
Arti “cinta” dan “rasa” yang kita
punya ,,
Walau kuingin halangi waktu yang kini
terasa melaju teramat cepat..
Tak ingin berhenti mengisinya dengan
kebersamaan yang indah,
Dengan caraku...
(Bolehkah?)
Maafkan...
Selalu ingin kukatakan itu...
Untuk hal yang tak kuketahui
tentangmu,
Terimakasih..
Masih berkenan meluangkan waktu di
antara,
Untuk benar menemaniku kini,
Selalu ingin aku bertanya padamu.. Bintang,
Walau selalu kelu dalam tulisan dan lisan..
Tak mampu ucapkannya:
"Jika aku telah jauh..
Akankah kau akan merasakan "kehilangan"ku?
Akanlah kau melupakan penggalan kisah ini?
Akankan kau akan melihatku di akhir nanti?"
Tahukah.. kau, Bintang..
Jiwaku kini memang telah mati,
dan,
Bukan "cinta"ku...
Tuhan,
Jika masih Kau izinkan...
Biarlah airmata ini untuk yang "abadi",
Jika boleh kuminta..
Perkenankanlah ini tetap dalam "keabadian "....
Aaamiin,
(Maafkan aku Tuhan.. jika pemintaanku (terlalu) banyak.. )
@SepenggalJedaTangis
No comments:
Post a Comment