Bintang
,
Menatap
hujan yang memeluk mesra ,
Membasahi
tanah gersang yang telah lama terjebak di kerinduan ,
Menghitung
bulirannya yang menetes dari jendela,,
Kian membuatku ,
Terperangkap
di terjal tebing ketakutan ,
Tersesakkan
oleh kekhawatiran yang (tak) beralasan ,
Dari
kisah kita di Semesta .
Aku
ingin (terus ) mendekapmu dalam hening..
Lalu (selamanya) mendetakkan jantung seirama waktu ,
(mungkinkah?)
Terlemparlah
ribuan tanya bersama lazuardi merah ,
Yang
setia menemani Mentari yang beringsut malu ,
Karena
tetap (selalu) ingin bersama ,
Mendampingimu
,
Menikmati
surya dan senja ,
Terus
merasakan kesejukan embun pagi .
Yang
kutahu...
Andai memang (tak) ada aku dalam mimpi-mimpimu...
Dan tak
jua terbayangkan jalan untuk mengiringi langkahmu..
(Di
keabadian?)
Walau
tak henti tertangkup do’a untuk sebuah pengharapan yang (tak) muluk ,
Agar
dapat merangkulmu di jabatan jiwa (nyata) ,
Yang
selalu mampu menjalin rasa tanpa kata ,
Lewat
tatapan mesra di bawah kaki cakrawala langit yang menaungi indah
Dalam
goresan kanvas sanubari ,
Di
lembaran hati .
Di
antara debur ombak Parang Tritis yang menyaksikan ,
Di
semua jeda waktu yang terluangkan ,
Dalam
jejak perjalanan yang terekam Sang Waktu ,
Dan di (semua)
prasangka yang mengikat kegelisahan ...
Bisikkan
(saja) lembut di telingaku ,
“Ya , Aku(tetap) izinkanmu ...
Menyayangiku(selalu)
, karena kau memang Mentari..
Lentera
penerang jiwa yang tak lelah menyebar kedamaian ,
Yang
menyembunyikan tangis di balik pundakku ,
Dan
merebahkan lelah hatimu di bahuku ,
Serta
mendekapku di detakan jantung yang menenangkanmu. “
Hhhh....
(mungkinkah) ?
Belajar
yakinimu di pejam gelisah di ujung hari
.
#CatatanHati//Akhir 2013
No comments:
Post a Comment