Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Saturday, September 14, 2013

MAAFKANLAH... : Bunda



Mentari..

Itulah sebenarnya makna kalian buat Bunda..

Tak sanggup rasanya jalani hari tanpa melihat senyuman bahagia kalian.  Selalu menahan tangis ketika kalian membutuhkan pelukan Bunda untuk menenangkan kegelisahan menjalani proses pendewasaan di kehidupan yang memang tak mudah.

Satu hal yang bisa Bunda katakan....

Dekaplah kasih Bunda... 
Datang saja dengan keluh kesah, tangisan atau kekecewaan.. 
Kapan pun kalian inginkan itu.

Bunda selalu ada buat kalian...
Di mana pun Bunda,


Pejuang-pejuang masa depanku..

Makna itu yang Bunda sematkan pada kalian, ketika tangisan kelahiran .. Karena itulah.. makna awal kehidupan yang kalian tangkap. Sebuah makna pembelajaran dari Ilahi Robbi..

Perjuangan itu dimulai sejak udara terhirup di paru-paru mungil kalian.


Dan..

Rasanya... kini, 
Bunda yang ingin kalian mulai berjuang untuk menjalani proses dari sebuah ‘makna’ yang seharusnya tak termiliki dan terjadi.. 

Maaafkan Bunda... 
Untuk hal ini..yaa sayang,


Walaupun jika kalian memandang ini  sebuah kesalahan... (kalian tetap berhak kecewa pada Bunda)


Hanya satu pinta Bunda..

Singkirkan kebencian dari hati kalian.. karena Bunda memang sedang “kehilangan”. Cobalah mengerti... sayang,
Bunda tengah menjalani dan melewati sebuah fase hidup yang juga tak mudah .  Jalan yang teramat terjal buat Bunda.  Dan selama ini Bunda hanya 'sendiri', karena tak ingin melibatkan kalian dalam ceruk terdalam.  Biarkanlah...


Permata hatiku..

Jauuuh di lubuk hati terdalam... jujur,

Kalianlah yang selalu membuat Bunda kuat, ketika Bunda terjatuh tersungkur.  Memandangi wajah kalian ketika terpulas, selalu menghadirkan energi positif di esok hari.  Karena kalian memang “mentari” buat Bunda kan??


Namun,

Jika kali ini Bunda ingin menyerah pada sebuah garis takdir  kehidupan.  Tidak lagi berjuang dengan gigih mempertahankan... 
Pahamilah.. bahwa Bunda tidak sedang berlari meninggalkan kalian.  Bunda hanya ingin ‘sendiri’ dulu. Merenungi dan mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Tetap sayangi Bunda semampu pemahaman kalian.. yaa Nak?

Selama berada di langityang sama, tangan Bunda selalu ada buat kalian..

Di mana pun Bunda berada kini..


Maafkan Bunda  yaa... sayang,

Tak sempat jelaskan banyak tentang apa yang Bunda rasakan.  Walau secara tersamar, Bunda pernah membahas kemungkinan ini.  Karena memang Bunda selalu menjaga hati kalian agar tak terluka.


Bunda tahu..

Tak mudah buat kita semua untuk tetap bisa berdiri...
Wajarlah jika ‘sesaat’ langkah terasa limbung..
Tapi waktu akan menguatkan kita semua.. kan sayang?


Izinkan Bunda..

Untuk melangkah jauh ‘sendiri’ (dulu)..
Karena Bunda ingin menenangkan hati Bunda, menyembuhkan luka.
Sebelum Bunda kembali untuk merengkuh kalian dalam kedamaian dan ketenangan jiwa.. yaa nak?
Bunda (akan) selalu kembali untuk kalian..


Bunda hanya ingin.... 
Tetaplah pegang tangan Bunda,
Karena sampai kapan pun.. Bunda memeluk hati, jiwa dan raga kalian..
Selalu berjuang demi kalian..
Janji yang terikrar ketika kelahiran kalian.
Proses yang kita jalani dan lewati bersama-sama...

Ingatlah itu slalu.. yaa sayang? (berjanjilah pada Bunda)

Bunda hanya meminta..
Kesabaran kalian untuk tetap bertahan.. di antara puing hati yang terserak.  Bunga kaca itu memang pecah...
Tapi jagalah.. agar pecahan kacanya tak membuat kita semakin terluka.
Semua terjadi atas  izin dan kuasa Tuhan, sayang...
Untuk mendewasakan kita, dengan kasih sayangNya..
Jaga baik-baik diri kalian,
Melangkahlah selalu.. di jalan kebenaran.



Peluk cium Bunda  slalu,,
@BulirAirMata ... yang menetes dalam keheningan
#LangitYangSama

Surat ini kutemukan.. ketika tengah berjuang mencari jati diri.  Membacanya dengan tangis, karena memang rasanya.. Ketulusan dan keikhlasan ‘Bunda’ akan selalu membahagiakan...
Tak pernah putus dan lapuk tergerus masa... selalu tanpa jeda. 
Bunda...
Di mana pun Bunda berada kini, berbahagialah...
Aku tetap menjaga adik-adik, dengan semua nilai-nilai kebenaran yang kau ajarkan.  Biarkanlah bunga kaca itu pecah.  Karena proses kehidupan tak bisa kita pilih.  Semua sudah digariskan Ilahi.
Masih ada bunga abadi... Bunda.
Edelweiss itu kini tetap tersemat dalam hati kami, dan masih tertempel di ruang tamu rumah kita.  Selalu menguatkan, mengingatkanku atas kelembutan dalam keteguhan wanita yang pernah kami saksikan. 
Kutahu dan pahami... airmata yang kau tahan, karena aku menjadi saksi ‘bisu’ perjuanganmu meretas mimpi dan masa depan bagi kami.
Kami baik-baik saja.. Bunda, dan tetap selalu merindukanmu..
Menitipkannya pada angin, karena kau memang “Petualang Sejati”.  Menunggumu kembali.. (lagi) dengan senyum bahagia yang merekah.

 

No comments:

Post a Comment