Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Sunday, June 16, 2013

TEPIAN WAKTU

 Words are the most powerful drug used by mankind  - Rudyard Kipling -

Pendidik yang baik adalah yang memiliki hati, mengantarkan ilmu bagi peserta didiknya.
Hidup bukan untuk diri sendiri, tapi sebaik-baik hidup adalah bermanfaat bagi orang lain.

Passion dalam jiwa akan membuatku kembali hidup, dengan mata yang berbinar..

Yang bisa melahirkan dan membunuh keinginan itu.. hanya  diri sendiri...
Maka,
Laki-laki harus memperjuangkan wanita yang dicintainya..
Bagai pendakian ke puncak gunung...  #FilmJokowi



Haiii... 
Paaaaggiiii...

Hayy... haayy.... Masih ingat.. Vie ga..niiyyy...?? Haahahahahaha... maaf yaa.. listener, harus tumbang dan menyembuhkan diri dulu... jadi berapa hari harus menghilang.
Makanya... 
Kalimat-kalimat motivasi di atas.. Vie bagi dari beragam sumber untuk membangkitkan semangat pagi ini...
Wuuiihh... ga terasa yaa.. Sudah jelang malam minggu, so... siapkan dirimu sebaik mungkin.. nikmati selagi masih ada waktu dan kesempatan yaaa......
Boleh yaa... Vie putarkan "Here Without You" dari Three Doors Down, untuk buka pertemuan kita..
Titip niihh... ingin sampaikan pesan..

Well, setengah memaksakan kondisi... Aku memang datang ke studio.  Tak ada yang bisa menahanku hari ini.  Jiwa dan hatiku ingin terbang membebaskan keinginan, melambungkan angan.
Mbak Anis dan Mas Pranoto pun hanya tersenyum..
Badanmu masih panas... Vie, bisik Mbak Anis ketika menyapaku dengan pelukan hangat, harusnya tak kau paksakan.

Yaa... itulah aku.
Masih ingat....?  Bahwa dulu.. jika aku kecewa atau sedih.. akan kudaki gunung atau menepi di pinggir pantai.  Hanya untuk menyaksikan sunrise atau sunset.  Atau mendapat kesempatan berteriak lepas.
Namun... itu dulu..
Kini... aku belajar mengurangi kebiasaan itu.  Bukan karena tak mampu.  Tapi rasanya... menepi dengan meminum kopi sambil melihat Bandung View itu luar biasa menenangkan.
Yaa... tetap mendaki, hanya tidak jalan kaki.  Pakai angkot sajalah... hehehe, tersenyum simpul.

Jika ada waktu terluang, rasanya kalian bisa mampir di Kafe Kopi Ireng.  Tak akan kecewa oleh pemandangan terhampar yang kini aku nikmati.  Bandung dari ketinggian.  Bahkan awan hujan yang akan kalian lihat di sini, akan sangat berbeda dari apa yang biasa terlihat dari bawah.
Bersama netbookku terus kutulis cerita pendek ini.  Hanya untuk menguraikan benang kusut otak.  Melegakan fikiran ribetku.  Itu yang kulakukan hari ini, setelah siaran.  Tak ada teman berbicara, juga penantian yang panjang kali ini.  Karena aku memang datang sendiri.  Masih memesan hal yang sama, Jahe Pletok dan Pisang Goreng dengan Saus Kacang.  Bukan kopi...
Hahahahahaa..... nantilah, bisikku perlahan..
Karena aku tanpa kopi, adalah keajaiban.  Berarti kram otakku sudah mematikan syaraf normalku.

Menyelesaikan apa yang telah dimulai, memang tak butuh waktu yang lama buatku. Pagi ini... sebelum berangkat, aku menikmati cerita perjalanan wanita hebat yang ada di satu TV swasta.  Sangat inspiratif.
Tadi... sebagian kalimatnya kugunakan untuk memotivasi pendengar radioku.
Yaa... profesiku memang membutuhkan kemauan selalu mencari informasi.  Hampir sama seperti reporter atau wartawan.  Selalu mengejar informasi, banyak membaca dan belajar menuliskannya kembali.

Hahahahahahaa.... terkadang keterampilan menjadi motivator ini merepotkanku.  Karena sebagian besar yang terkagum dengan apa yang aku sampaikan, baik ketika siaran atau pun memberi konsultasi di kampus, adalah kaum Adam.

Yaaa.... itulah hidup kan?

Tak ada yang salah dengan cinta, karena ia datang tak diundang.
Jarak yang terbentang, seharusnya tak memudarkannya.
[Hanya] selama kau meyakininya.

Inilah yang selalu aku ingatkan pada Dy... untuk menjawab sebagian besar ketakutanku, dan mungkin hanya sebagian kecil ketakutannya juga.  Aku selalu katakan.. bahwa apa yang mengalir ini... unlimited.
Seperti apa yang ia lakukan untukku semalam.  Pengalaman yang terlalui memang tak pernah terbayangkan.  Walau sedetik pun.  Dy menemani hingga aku tertidur, dengan tetap berbincang melalui HP dan headset yang melekat di telinga, juga mendengarkannya menyanyikan lagu-lagu.  Thanks.. Dy, berbisik dengan mata terpejam.  Benar kulakukan berulang-ulang.  Tak terfikirkan.. apakah ia mendengar atau tidak.  Aku hanya ingin mengucapkan itu.

Karena tak pernah aku menerima perlakuan semanis ini.  Belum bisa menjawab banyak tanya yang tetap berkecamuk dalam fikiranku.  
Kenapa banyak pengalaman manis dan selalu merasa menerima perlakuan yang teramat manis, ketika bersama Dy?   

Hhhhmmmmmmm.... kutaburkan tanya di angin, ketika beranjak ke tepi balkon, melihat pemandangan yang terhampar. 

Yang kuinginkan, hanya ingin... Dy tahu, kehadirannya amat berarti.  Tak ingin terjaga sendiri.  Tak juga terbayangkan, bangun tanpa bisa melihat dirinya lagi.  Walau aku tak bisa menahannya di sini, tetap di sisiku. Karena jika Dy inginkan meninggalkanku dengan mimpi bersamanya.  Maka, andai pun terasa teramat berat, akan harus kulakukan juga.  Karena itulah janjiku... dulu.. Aaaaahh... promises, promises...

Aaahh.... iya, tiba-tiba terlintas jika aku memesan kopi di sini, hanya di sini, maka aku bisa mendapatkan Brown Sugar.  Teringat itu, aku kemudian memesan Black Cappucino.  Yaa... Jaheku juga sudah habis kuteguk.  Sangat dingin di sini.  Maka kehangatan segera terasa, karena ada rempah-rempah yang dicampurkan.
Yaa.. ini benar aku.. Vie yang sulit berpisah dari kopi.. tersenyum simpul menutup hari.
Membenarkan letak kacamata, yang tiba-tiba saja berembun.

Bosankah... aku sendirian di sini?
Aku selalu bersolo karier.  Kata teman-temanku dulu.  Tak pernah tergantung pada orang lain.
Iya lah.. karena kebiasaanku, memang sedikit berbeda dengan wanita lain.  Aku bisa menulis berjam-jam.  Tahan membaca berhari-hari.  Atau hanya window shopping saja.  Yang membuatku berbeda.. adalah batasan waktu yang kudisiplinkan.  Rencana hidup detil yang kubuat.

Uuuuupppss...
Jujur.. ada sedikit kebosanan.  Karena tak ada tawa hari ini.  Masih kram otak.. konslet jiwa..
Hahahahahahahaa.... hanya itu yang kuketik, sebagai jawaban sms singkat Dy siang ini.
Namun, yang tak ia ketahui... menepikan diri dan fikiranku di sini.  Memang sedikit mengurangi kepenatan.

"Ke mana... Vie? Langsung pulang yaaa.... jangan kelayapan.  Masih panas tuuuh... badannya," pesan Mbak Anis ketika aku pamit meninggalkan studio.

"Sebentar saja... Mbak.  Pengen menepi sesaat di Dago," jawabku.
"Oke... lakukanlah.. jika itu memang bisa menyembuhkanmu.  Tapi... batasi waktunya."
"I will... Mbak." (without crossed fingers,  karena aku memang ingin benar-benar berjanji padanya)

Melangkah.. tetap dengan semangat.  Menunggu angkot, karena hanya ingin bersantai.  Duduk dan menanti sampai ke tujuan.  Walau pun akibatnya, tujuan yang terbatas dan berhadapan dengan kemacetan lalu lintas.
Bandung.. memang menjadi destinasi wisata orang-orang yang tinggal d Jakarta.  Hingga jika week end, ruas-ruas jalan di seluruh wilayah di kota ini, akan penuh sesak.
Aku pun memutuskan datang ke sini, menghitung waktu.  Waktunya harus tepat, karena tempat ini akan menarik, jika mendapatkan tempat di balkon.  Very cozy place and recommended.
 
Dan... di sinilah aku...
Duduk di balkon menatap pemandangan indah yang terhampar dengan tatapan nanar dan berkabut..
Kembalilah sendiri...
Menepi di tepian waktu..

Terasa kehilanganmu... hari ini.. Dy (sangat) 
@Kopi Ireng

No comments:

Post a Comment