Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Friday, June 28, 2013

KILLIN' ME SOFTLY: Ketika Cinta itu (telah) Pergi....


Paaagiii...
Jika kau tahu, kutuliskan ini ketika jam di komputer jinjingku ini, menunjukkan pukul 22:43 malam.  Rambutku masih basah.. karena aku baru pulang dari kegiatan yang memenjarakan langkah di keseharian.  Masih di antar Dy.  Di tengah guyuran hujan.
Hmm... dan kemudian menghadirkan kekhawatiran, sebelum datang pesan singkat darinya.   Udah sampai rumah niiihh.... (gaya komunikasi yang khas, dengan pola do sampai fa).  Terasa hangat dan lembut.  Itulah yang amat kusuka dari Dy.

Paagiii...
Selalu kukatakan pada setiap orang yang mengenalku.  Aku teramat suka pagi.  Karena pagi adalah awal dari kelelahan panjang yang telah terbaringkan dalam mimpi yang panjang.  Asa baru yang tertuang dalam semangat yang tak pudar, bersama Mentari.

Hmmmm.... pagi memang menawarkan kedamaian yang luar biasa bagiku.  Maka, aku amat mencintai pagi, dibandingkan momen lain dalam satu hari yang terlewati. 

Panggil aku Vie. Itu nama pendek yang kusuka.  Aku adalah kombinasi wanita yang 'aneh'.  Ehhhmmm... itu bukan pendapatku.  Itu pandangan yang selalu aku terima, jika bertemu orang baru.  Penampilanku, biasa saja.  Aku memang bukan wanita cantik yang gemar menghabiskan waktu untuk bersolek.  Kecantikan menurutku bukan pada fisik.  Karena sejatinya, kecantikan itu terpancar dari kecerdasan intelektual dan pribadi yang santun.

Sebagai orang yang bergolongan darah B, aku bukanlah orang yang terlalu suka aturan yang mengikat.  Hanya... karena juga memiliki Ibu yang bergolongan A, maka aku pun memiliki sifat keteraturan, perfeksionis, tegas dan obsesif serta ulet untuk meraih apa yang kuinginkan.
Heeyyy... itu bukan pandangan yang main-main, atau asumsiku yang lebay terhadap diri sendiri yaa...  Jika kau miliki waktu, cobalah menjelajahi pemikiran Toshitaka Nomi Sensei, untuk bisa menggali potensi diri.  Melalui golongan darahmu.  Bahkan mengenali pasangan hatimu dengan sangat baik.  Berusaha berdamai dengan kekurangannya.  Belajar saling mengerti dan memahami.  Menarik bukan?

Maka...
Jika kau menelisik penampilanku, cobalah gambarkan pribadi yang 'unik'.  Rapi.. dengan sisi tomboy atau slebor.  Well, bisakah kini kau bayangkan aku?  Hanya yang pasti, aku selalu jadi diriku sendiri.  Belajar jujur saja.  Apa adanya...

Aku bekerja sebagai penyiar lepas, di sebuah radio swasta di Bandung.  Cuap-cuap memang hobby yang amat kunikmati.  Semua itu karena aku memang talk-active.  Rasanya, hampir semua temanku mengatakan aku hanya bisa terdiam jika tidur. Hahaha..
Mungkin karena open minded, maka aku amat senang berbagi ilmu.  Tapi, bukan menggurui yaa.. hanya sharing saja.  Latar belakang pendidikanku di bidang psikologi, mengajariku banyak hal tentang pemahaman yang lengkap tentang pribadi manusia.

Aku sering diminta memberikan konsultasi psikologi, bagi mahasiswa di  kampus-kampus.
Hmmm... buatku, banyak aktifitas memberikan energi yang luar biasa.  Karena "diam adalah setengah mati".  Itu pandanganku.  Itu caraku menikmati kesempatan kedua yang diberikan Tuhan.

Yaa... karena kecelakaan motor, sempat hampir merengut nyawaku.

Jadi, prinsipku banyak mengadaptasi filosofi orang Jepang yang tak percaya adanya kehidupan setelah mati.  Jabaranku tentang filosofi mereka, hidup sekali maka jadikan itu berarti, kalau tidak.. lebih baik mati.   Eiittss... jangan kau fikir, aku akan merelakan nyawaku melayang dengan prosesi 'harakiri' yang diyakini orang Jepang yaa...
Ga lah.. aku masih memiliki keteguhan keyakinan dan keimanan padaNya.
Belajar menjadikan setiap langkah per hari dalam manfaat buat orang banyak.. itulah yang kugenggam.

Flash back yang kuceritakan ini... merunut pada kejadian yang terjadi pagi ini.

Jika kau simak ceritaku, maka kau akan tahu... aku menyimpan banyak luka di balik semua keceriaan yang tertampilkan.  Bukan alibi.  Bukan basa-basi dengan topeng kemunafikan.  Hanya tak ingin menampilkan kedukaan bagi orang yang (bahkan) tak perduli.  Hanya selalu berupaya menjadi pribadi yang hangat, jujur dan membagi kebahagiaan bagi teman-teman yang inginkan itu.

Perjalanan waktu mengantarkanku di titik ini....

Menabur diam dalam Mentari dan Bulan, itulah yang dilakukan El.  Selama enam bulan.  Hanya menggunakan pola komunikasi di nada la dan si, jika kutanya dengan lembut.   
Hmmmm... tak sanggupkah kau berbicara dengan lembut padaku, sebagaimana kau lakukan itu pada teman wanitamu yang lain.  Apakah salahku.. padamu? 
Pertanyaan yang selalu menghambur dalam benak, yang kemudian kulempar pada angin.  Semua tanpa jawab.  Hanya mengamati dalam kebisuan
.
Ini bukan yang pertama kali.  Komunikasi kami sudah memburuk sejak belasan tahun.
Yaa... aku kenal dia sejak SMP.  Kami teman sepermainan.  Hingga amat kukenal wataknya.  Itu pendapatku kala menjadikannya sahabat.  Namun baru kusadari kini.  Belaan tahun kemudian.  El sangat berubah.  Hingga kurasa, tak kukenalinya kini.

"Vie.. maafkan aku.  Janji... takkan kuulangi kesalahan itu."

Itu janjinya.  Dulu dan kini.  Selalu kumaafkannya, atas nama cinta.  Aku memang amat mencintainya.  Hingga kulupa, bahwa jika cinta tergenggam sangat erat, maka lukamu pun akan semakin dalam.  Karena nalarmu akan terbutakan olehnya.  Mungkin inilah perwujudan "cinta itu buta".  Hmmm...

Bodohkah aku?  
Yang selalu merelakan diri dan hatiku untuk terus dilukai.  
Matikah perasaanku?
Hingga tak mampu lagi melihat kebenaran yang terhampar.

Tanya itu... belasan tahun kulempar pada butiran pasir di pantai dan gunung.

"Vie... kamu berubah.  Kenapa?" tanya El pagi tadi.

Tanpa maaf... atau mungkinkah buatnya maaf itu tak perlu dilakukan karena aku selalu memaafkannya.

"El.. semua sudah tak ada lagi.  Tak perlu lagi kau bahas apa-apa.  Aku hanya ingin mengejar mimpi ini yaa.. Biarkan aku sendiri," tegasku pagi ini.

Aku.. Vie.  Sudah kuputuskan untuk sendiri kini.  Hatiku dan fikiranku "lumpuh" karenanya.  Terdiam di kebisuan selama hampir setengah tahun, membuatku menyadari bahwa El telah membunuh perasaanku padanya.  Killin' me softly... lagu yang tergiang dalam alam bawah sadarku, berhari-hari, berbulan-bulan, benar-benar membiarkanku melepas semua kenangan indah yang pernah kumiliki.

Sedihkah aku?
Di keheningan hati, tadi pagi... di tengah kesibukanku mengisi tutorial bagi mahasiswaku, aku memang menangis.  Tapi bukan dengan airmata yang mengalir.  Semua hanya dalam hati.  Pedih dan amat terluka di kegundahan yang terlempar di keheningan.  Perasaanku terasa bagai tanaman yang meranggas di musim kemarau.  Menunggu hujan yang tak kunjung datang.  Dan akhirnya mati sia-sia.

Vie.. Waktu itu terus berjalan..  Lukamu akan tersembuhkan.. Bangkitlah lagi.  Semangatlah.. pesan Mbak Anis tergiang lagi.


Aku kini bagai terbangun dari tidur yang teramat panjang.  Aku... telah lama meninggalkan perasaan cintaku pada El.  Dan rasa yang pernah masih tersisa itu, kini benar-benar hilang. Terasa kembali sebagai teman biasa.
Tak terluka lagi.
Waktu memang menjawab semuanya.

Jujur...
Nanar menatap wajah yang dulu pernah menghiasi hari-hari.  Namun.. ikhlas kulepaskan kini.  Biarlah waktu mengalirkan luka ini.  Biarkanlah pergi..
Takkan kugenggam erat kini.  Lepaskan ke awan yang menghembus dingin.
Keindahan yang ditawarkannya, kutolak lembut.  Aku hanya ingin menjaga hati yang tak utuh lagi.
Tak ingin kembali mengantarkan mimpi dalam duka yang panjang dalam kebisuan.

Di antara luka hati..  kutemukan keindahan rasa

Baiklah... kita ketemuan yaa... Dy, adalah sepenggal pesan pendek yang kukirim padanya, hari ini..  Semalam, adalah gambaran keindahan komunikasi hati yang pernah kujalani.  Mimpi terlelap di pangkuanku.  Damai kulihat wajahnya di keheningan malam.  Menemaniku menulis.  Terasa nyata.
Aaah.. jika kau percaya dengan mata hati, maka kau bisa melintasi batas ruang dan waktu. 
Hanya jika kau percaya!
Kekhawatiran yang membuncah ketika menemuinya sekejap, sebelum masuk kelas, memang mebuatku sangat khawatir.  Hanya dengan menatap wajahnya.  Hmmm... you're so messy, kataku, sambil memegang pipinya.  Mungkin yang Dy tak tahu... Itu melebihi kekhawatirannya padaku.  Menatap kelelahan yang luar biasa itu.. amat menyiksa perasaanku.  Hhmmm...

Dan...
Malam ini pun aku kembali memandangi wajahnya.  Teramat damai.  Kuusap rambut dan pipinya.  Kemudian mengecupnya perlahan dan lembut.  Tak ingin aku mengganggunya.  Kubisikkan kembali apa yang ingin kukatakan, mengantarkan keindahan dalam alam bawah sadarnya.  Hanya itu yang kubisa. Tidurlah di kedamaian..  "I love you" ...Dy.
Sejurus melemparkan pandangan di kamarnya.  Hhmmm... menghela nafas panjang.  Kembali menemaninya di sini, di kamarku sendiri.

Mungkin... Takkan ia tahu. 
Aku seringkali melakukan itu.  Menjelajahi ruang tanpa batas dan waktu.

Di ujung hari ini, tertutup dengan kesempurnaan kebersamaan yang tak terpenggal.  Mengalirkan mata air, di kekeringan hati yang tengah kurasakan.  Bagai oase di padang pasir yang tandus.  Menawarkan duka menjadi suka.  Kutatap wajahnya dalam.  Seringkali tanpa disadarinya.  Tak pernah kukatakan.... Betapa kuingin, memeluk dan mengecup pipinya lembut, secara nyata.  Bukan ketika ia tertidur di kamarnya. 

Namun,
Keindahan yang menggenapi duka hatiku ini, benar dilakukan Dy.  Tanpa ia sadari, setiap sentuhan yang dilakukannya malam ini, menghadirkan kehangatan dalam hati yang mengalir di pembuluh nadi yang telah lama dingin.  Takkan pernah cukup kata, yang bisa kugambarkan, ketika mengurai cerita yang telah terlalui bersamanya.  It's so sweet.  Banyak yang belum pernah aku jalani, di kehidupanku sebelumnya.
Maka, walau aku hanya bisa melempar tangis di belakang punggungnya, atau di perjalanan pulang.  Itu semua kulakukan untuk tak melukai perasaan lembutnya.

Beri saja aku waktu.. Dy.  Maka bila saatnya tiba, akan kubagi tangisku di depanmu, untuk melegakan perasaanku.  Aku hanya belum terbiasa dengan itu.   Janjiku dalam hati.

Dan jika kubisikkan "I love you" perlahan saja, di tengah tangisku bersama hujan, itu menjadi ungkapan terimakasih, untuk semua keindahan rasa yang tak pernah kusesali.  Untuk semua kehangatan yang kau bagi.  Temaniku dalam hidup.  Menyentuhkan tangan di dadanya, untuk merasakan detak jantungnya.  Adalah keindahan yang tak pernah hadir sebelumnya.  Terjadi begitu saja...  Mengalir indah.
Karena memang semua bukan kebetulan.. "Always a reason behind something".
Dan.... Belajarlah percaya.....

Maka..
Perjalanan waktu yang ada kini...
Bisakah tanpa maaf darimu?  Untuk sesuatu yang amat membahagiakan aku. 
Tanya itulah yang mungkin harus kau jawab.  Tak perlu tergesa....
Karena (hanya) itu yang kumiliki kini.. Dy.  
Atas semua Pelangi Rasa (lengkap) yang tejadi malam ini.  
Tetap jadilah Dy yang kukenal.  Terbangkan saja anganmu, seperti sebelum aku ada di kehidupanmu.  Aku takkan sedikit pun mengganggu kehidupanmu.  
Aku hanya ingin menemanimu. 


#SahabatHati
*hugs,kisses,promises*






No comments:

Post a Comment