Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Sunday, June 9, 2013

@BANDUNG VIEW'S NIGHT


Aku terdiam menyaksikan pemandangan yang begitu ajaib di depan mataku.
Apa yang ingin kubagi bersama Dy.. petang ini benar-benar mewujud. 
Penantian selama sebulan itu terbayarkan sudah.

Jika kupasangkan profil Bandung View, karena memang itu yang belum pernah aku lihat semenjak menginjakkan kaki di sini. 
Semua untuk bisa berdamai dengan masa lalu.
Yaa.. berdamai dengannya, bukan melupakan dan menghapusnya.
Aku tak ingin kehilangannya lagi.  Kehilangan waktu untuk mengertinya. 
Terlambat untuk menyadari bahwa keberadaannya memang bermakna dalam hidupku kini.

Aaahhh... Cinta itu persahabatan.  Semakin kau mengenal seseorang, maka izinkanlah rasa itu menemani perjalanan kalian.

Itulah sepenggal kalimat yang kubaca di novel yang kubawa untuk menantinya.

Pukul 14.00
Aku berjalan dengan langkah yang bergegas, karena agenda yang telah kususun berantakan.  Kemacetan yang menghiasi Bandung, karena long week-end ini memang selalu menyiksa.
Hanya bisa ke ITB saja akhirnya, bisikku menghibur diri.  Karena dari semua rencana yang kususun, setelah selesai siaran pagi hari ini, tujuan utamaku memang ke sana.  Selebihnya hanya rencana yang mendadak saja.
Hahaha.. aku memang orang yang tak pernah terlalu detil.

Begitu keluar dari ITB, kulihat kemacetan yang menyergap kota Bandung begitu parah.  Maka kuputuskan untuk tidak melanjutkan rencanaku selanjutnya.
Dago adalah tujuanku, mencari tempat yang telah aku searching di internet untuk bisa menyaksikan Bandung View dan sunset.  Sementara Dy memang belum tahu itu.  Aku memang merencanakan kejutan untuknya.

Aku tak ingin mengganggunya terlalu banyak hari ini, karena yang kurasakan.. seperti ada hal yang mengusik pikirannya.  Mungkin.. itu hanya perasaanku saja.
Taapiii.. hari ini, rasanya.. ada perbedaan dari caranya berkomunikasi denganku.
Aaahh... sudahlah.. kutepis semua pikiran negatif tentangnya.
Mungkin banyak pekerjaan, kuputus semuanya.


Jaadii.. masih di ITB ini teh??  SMSnya masuk mengaburkan lamunan yang sesaat mampir.
Ga.. jalan.. jawabku pendek.

Aku memang sedang berjalan menyusuri jalan setelah terminal Dago.  Aku cukup familiar dengan daerah ini.  Namun pengalaman tersesat dua kali, untuk menemukan tempat yang kami inginkan itu menjadi pelajaran yang luar biasa.  Dengan flat shoes, kesukaanku, aku melangkah ringan.  Aku memang bukan tipe girly yang hobi menggunakan high heels.

Walau pernah Dy berkomentar.. Cewek banget yaa.. sepatumu ini, ketika menyadari model flat shoes yang sebenarnya telah sering aku kenakan.
Hahahahaha... baru nyadar gitu.. Dy.  Walau seringkali aku mempertanyakan kewanitaanku, seleraku tetap cewek kok. Kadang.. jawabku sekenanya.

Dy selalu tersenyum simpul dan menatapku hangat.   Aaah.. tatapan itu yang teramat aku suka.
Banyak kehangatan yang disampaikannya untukku di dalamnya.  Membuatku sejenak melupakan semua gundah yang menggelayut.

"Mau kemana... Teh?," tanya wanita muda yang mendengar pertanyaanku pada pemuda yang tengah menanti angkot.
"Ke Bukit Dago Pakar.. Teh.  Ke Kafe Kopi Ireng," jelasku.
"Waaahh.. naik angkot saja.. masih jauuhh...." Ia seperti menangkap kegilaan yang akan kulakukan.
"Iyaa.. sihh.. Teh, cuma memang trauma.. nyasap wae, ga ketemu...," kataku malu.
"Udaah.. naik saja angkot ke arah Ciburial.  Minta ke sopirnya untuk diturunkan di mana... sebutkan.  Bayarnya dua ribu.." Ia menjelaskan dengan rinci.
"Hatur nuhun... Teh." dan kemudian ia menghilang di gang menuju rumahnya.

Waaduuuhh... sudah 30 menit berlalu, keluhku... menanti angkutan yang tak kunjung datang.
Aku memang melihat... angkutan itu selalu penuh.  Maka mengisi waktu untuk menjawab SMS Dy yang sesekali masuk.  Mungkin ia cukup khawatir, akan tujuan yang belum aku ceritakan menjelang bubaran kantornya.  dan aku memang berjanji belum akan menjelaskan alamatnya, karena harus kutemukan dulu.

Aaahhh... itu dia, hampir angkot penuh jurusan yang kutuju terlewatkan.
Menaikinya dan dengan siaga, melihat jalanan, untuk tak lengah agar perjalanan ini tak sia-sia.
Dan... semua deretan Kafe yang memang aku tahu dari internet, mulai terlihat satu persatu.

Maaanaaa.... aku sudah mulai resah, karena takut tersesat lagi.  Dan sudahlah... jika tak ditemukan.. tinggal ikut angkot ini lagi dan mengganti tujuan, hiburku.

Tiba-tiba... kulihat logo yang sangat kukenal.. bangungan yang berbentuk Rumah Joglo yang khas, dengan tangga batu yang cukup terjal, dan membutuhkan upaya keras untuk sampai di terasnya.

Kiirii... kataku pada supir angkot.
Akhirnya...
Pukul 14.30, kulirik jam tanganku.. dan sejurus melihat spanduk yang menuliskan jam buka Kafe ini.
Ooaaalaaahh.. untung tadi ga sampai terlalu cepat, karena Kafe ini memang baru buka.

"Berapa orang.. Mbak?," tanya ramah pegawainya.
"Dua orang... tapi masih menunggu..pulang kantor," jelasku.
"Ke balkon di sebelah kanan... Mbak.."

Aaaahh... balkon, memang itu alasan aku sampai lebih cepat.  Agar bisa mendapatkan tempat duduk di sini.
Segera kulemparkan pandangan, menyapu pemandangan indah Bandung di siang menjelang sore itu.   

Aaahhh... Dago telah tersaput mendung dan kabut..

Yaa Rabb... izinkan kali ini,  jika Kau turunkan hujan.. maka buatlah saat ini.  dan cerahkanlah.. cuaca malam nanti,  sepotong do'a yang terpanjatkan.

Sambil meminum Jahe Pletok dan Mix Omelette yang hangat kuisi waktu menunggu Dy.
Jarak yang cukup lumayan ia tempuh dari kantornya.  Taapii... worthed lah.

Dy.. aku benar-benar liat Dago view.
Liat Dago View? dari bawah dong? dari Pasopati?

Bandung View... @Kopi Ireng Bukit Dago Pakar 1

Jadi.. nanti aku ke sana?

Kalau dirimu mau.. kalau ga.. memangnya bisa maksa...
(jawaban ini kulontarkan untuk melepas keraguan yang kurasakan hari ini... sebenarnya Dy..)

Gimana siihh... dirimu teh? protes Dy melalui SMSnya merespon keraguanku.

Sambil memberikan arahan yang sejelas-jelasnya untuk tak membuatnya tersesat lagi, lalu kujawab protesnya dengan memohon.. datanglah.. deeh yaaa..

Dy,
Jika kau tahu... saat menunggumu itu.. semua rasa benar-benar membuncah, mempertanyakan semuanya.  Apakah kau akan datang.. karena memang hujan mengguyur deras.  Aku menuliskannya dalam catatan dengan tulisan tangan, karena memang tak kubawa netbookku.
Huuufttt.... betapa waktu menunggu itu melelahkan, keluhku sambil mendengarkan lagu melalui HP dengan headset, yang tiba-tiba mati mendadak ketika adzan Ashar berkumandang.  Mungkin memang itu yang seharusnya aku lakukan.

Pukul 17.10
Kulihat kau memarkirkan motormu, dan aku masih menghiasi buku catatanku dengan sentuhan gambar-gambar kecil, untuk mengisi waktu.  Maka aku pun menunggumu.. (lagi)..
Telah kupesankan Jahe Pletok, untuk bisa langsung menghangatkan badanmu yang mungkin... akan kedinginan menembus hujan.
Walau jika kuberikan dekapan... pasti lebih hangat yaa...
Hahahahaa... tawaku kecil sendiri memecah kebekuan hati yang dingin, terguyur hujan lebat tadi.

Tawamu memecah kesunyian yang sejak tadi melingkupi hari, mungkin kau fikir bisa mengagetkanku.
Sudah tahu kookk... kalau sudah datang... kataku sambil tersenyum, kelihatan...

"Ini untukmu... biar hangat..., menunjuk gelas yang ada di atas meja, Pesannya tunggu diriku yaa... mo sholat Ashar dulu.," jelasku sambil meninggalkannya menuju mushola di belakang Kafe.
Kutinggalkan notes kecil yang selalu kubawa, dan novel di atas meja yang memang sedikit berantakan.
Di sana kutuliskan.... tentangnya,

Tepian Waktu

Hujan yang mengguyur..
Memang dingin..
Tapi, jujur..
Belum pernah kulihat seindah ini..
Ingatkan aku, 
Yang begitu sarat dengan luka dan cerita,

Menepilah sang waktu,
mengantarku ada di sini...
Dan ada 'Bintang'


Menatapmu dengan tatapan nanar,
Dalam jiwa yang rapuh..
Ada sepenggal do'a yang tak pernah ku katakan..


Aku hanya ingin meniti hari..
Detik-detik yang indah denganmu..
'ntah apa yang terjadi..
Hanya damai yang kuinginkan kembali (lagi)..
@Kopi Ireng
'Dy 'n Vie'
07/06/2013



Telah kutuliskan banyak perjalanan pahit dan kegundahan jiwaku pada Dy, sahabat yang selalu menemaniku kini.  Tapi... hari ini.. aku memang berjanji.. pada diriku sendiri.   Hanya akan menghadirkan keceriaan baginya.  Untuk menemaninya. Menyaksikan... tujuan awal perjalanan yang telah kami sepakati bersama.
Yaa... kami memang punya banyak cerita manis untuk mengawali atau mengakhiri hari-hari yang terjalani.
Mengalir saja.. begitu indahnya..
Karena.. walau tangan kami selalu menggenggam erat menahan rasa yang selalu membuncah, tapi seolah tanpa kata.. kami saling berjanji untuk belajar saling mengerti dan menerima apa adanya saja.

Seperti hari ini..
Kami menjalaninya masing-masing... dan aku mengikuti apa yang dikatakannya tanpa beban.. untuk menjalani hari ini untuk beristirahat di rumah saja. 
Seolah bisa ia baca bahwa kemarin malam... walau bisa memandangi keindahan malam..  Fisikku belum berapa kuat menjalani hari.  Namun. mungkin yang ia tak ketahui...
Walaupun liburanku kali ini... tak kujalani dengan istirahat yang lengkap, karena banyak panggilan mahasiswa yang membutuhkan konsultasi padaku.  Namun di ujung harinya.. selalu ada keindahan yang menutup.
Keindahan yang luar biasa begitu banyak, hingga takkan mungkin tercatat di sini... Cukup di hatiku saja.


Aku memang benar-benar berjanji pada diriku.. untuk mengajaknya menemaniku melihat keindahan ini.  Ditemani kopi kesukaan kami.  Suasana yang terasa begitu...  romantis.

Lekat kutatap punggungnya.
Aaah... selalu kurindukannya, tak henti, bisikku.
Dan kemudian kudekati untuk mengajaknya berbincang.  Hangat.. semua perbincangan yang kami lakukan.

"Lunas yaa... Dy.  This is our first destination.  Leeegaaa...... banget untuk bisa mewujudkannya," ujarku menepuk punggungnya.  "Ga nyangka yaa.. indah bangeet.  Rasanya ini sama dengan pemandangan yang kita dapatkan jika pergi ke Bukit Bintang."

"Yaa..," jawabnya singkat, sambil sejurus kemudian menyentuh lembut pundak dan mengusap kepalaku, lalu menyentuh pipiku.

Aaaaah... Dy, tahukah kau... aku selalu sekuat tenaga menahan airmata ketika kau melakukan semua kebiasaan yang "teramat manis" itu.
Kenapa.. semua yang kau lakukan padaku itu, selalu jadi pengalaman pertama bagiku.
Walau telah banyak cerita yang kulalui dalam hidupku.  

Maka tak ingin aku menjalani apa yang terjadi.. sedetik pun, seperti yang tertuang dalam lirik "Setelah Kau Tiada" dari Cakra Khan, yang tadi kuputar berulang-ulang.

Yaa.. penyesalan memang akan hadir, belakangannya.. setelah semuanya terjadi.
Karena kalau di awal, maka namanya bukan penyesalan, tapi pendaftaran kan?
Itulah sebagian gurauan yang kusampaikan ketika memberikan tutorial atau konsultasi pada mahasiswa yang menghubungiku.
Maka takkan kubuang masa... untuk tak pernah menyadari makna kehadirannya dalam hidupku.
Selalu kuingat... bahwa Dy..
Akan selalu menjadi udara yang kuhirup, untuk mengisi ruang rindu hatiku.

Mas Pranoto tadi sempat tersenyum geli.. karena aku meminta lagu itu diputar sebagai lagu pembuka, dan kemudian ia pun mendengarkannya kembali di HPku.  Dari syairnya, kita bisa memahami, betapa berat hidup dengan rasa penyesalan.  Dan aku tak mau menjalani hidup seperti itu.. tak sedetik pun... apalagi bersama Dy..

Tak sempat ku mengerti
Kau tunjukan arah saat ku tersesat
Beri cahaya saat ku sendiri dalam gelap
Namun waktu tak pernah rela menunggu
Hingga akhirnya kau pun pergi

Terlambat ku sadari kau teramat berarti
Terlambat tuk kembali dan tuk menanti
Kesempatan kedua yang tak kan mungkin pernah ada
Baru ku teringat kau hembuskan angin
Saat ku bernafas 
Siramkan air saat aku dalam kekeringan
Namun tak pernah aku hiraukan semuanya
Hingga kini pun kau tiada

Terlambat ku sadari kau teramat berarti
Terlambat tuk kembali dan tuk menanti
Kesempatan kedua yang tak kan mungkin pernah ada
Biarkan ku hidup dalam penyesalan ini
Sampai nanti kau akan kembali
Terlambat ku sadari kau teramat berarti
Terlambat tuk kembali dan tuk menanti
Kesempatan kedua yang tak kan mungkin pernah ada

Terlambat ku sadari kau teramat berarti
Terlambat tuk kembali......
Dan tuk menanti
Kesempatan kedua yang tak kan mungkin pernah ada
Yang tak kan mungkin pernah ada 


Sejenak kuhentikan ketikanku ceritaku.. untuk mengambil jaket coklat kesukaanku.  Ini kulakukan karena memang kurasakan lagi dingin menggigilku.  Seharian ini... kurasakan lagi sakitku.
Hmmmm... ada parfum Dy yang cukup melekat di sana.
Dan jaket inilah yang baru bisa membuatku benar-benar terlelap ketika terkapar seharian penuh hanya tidur manis sepanjang hari kemarin.  Terasa terdekap hangat dirinya.

Sejenak terlelap.. karena kurasakan kelelahan jiwa yang luar biasa.
Ingin benar-benar menutup perjalanan kali ini, dan bergerak maju, melanjutkan hidup.
Biarlah.... berjalan dengan apa adanya saja..
Dan lalu bangkit... coba selesaikan tulisan ini.
Mencoba merangkai kejadian yang memang layak untuk dikenang.
Dan melambungkan angan serta lamunan...jauh ke awan biru.

Sedang apa dia kini... yaa... tanya yang kutitipkan pada angin.

Dan waktu melesat tanpa gerak... lama sekali kini, fikirku..
Tak seperti kemarin..  Yang serasa begitu singkat, walau ketika kutuliskan kini.. ternyata banyak sekali perjalanan manis yang mengisi relung hati.

"Hahahahaha... ada lagi tidur manis.. Vie,"  Dy tertawa lebar untuk istilah yang kugunakan untuk menceritakan kondisiku sepanjang hari kemarin.
Sambil mengusap kepalaku.. dan lalu tangannya turun menyentuh pipiku.

"Yaa.. apa coba istilah yang tepat.. Dy..  Aku bukan orang yang jarang duduk manis, karena mobilitasku yang tinggi.  Diam bagiku adalah separuh mati.  Maka ketika harus menikmati sakit, dan bisa berbaring sepanjang hari.. kukatakan saja itu tidur manis," jawabku sekenanya.

Kami terus menyaksikan pemandangan indah yang terhampar di hadapan.  Keindahan nyata yang selama ini hanya bisa disaksikan melalui gambar yang kuunduh dari internet.
Sesekali kuusap punggungnya dan melingkarkan tangan memeluknya.
Hhhmmmmm... ingin rasanya benar-benar menghabiskan malam di sini.

"Enak yaa... Dy.  Punya rumah di sini.. karena bisa selalu menyaksikan keindahan ini." 
Kukatakan itu sambil menyandarkan kepala sejenak di bahunya.   Aku sangat menikmati bahunya selama ini, sepanjang perjalanan kedekatanku yang mengalir bersamanya.  Yang selalu kurasakan hangat mengalir dalam darahku, menembus relung kalbu.

Ketika duduk di kursi yang dipilihkannya, pun ia terus memberiku kenyamanan yang menurutnya [harus] dilakukan.  Belum sempat kutanyakan memang ketika ia menuliskannya semalam.

Beratnya mengakhiri malam, terus menemani perjalanan pulang kami.
Ide yang dilontarkannya untuk melepas helm, kuikuti dengan tawa lepas.
Benarlah....
Menikmati dinginnya malam, bersama...
Secara bebas menikmati kesempatan mengusap lembut kepalanya dan  .... setelah itu hanya......keindahan tanpa kata.... terus mendekapnya, membelah malam.
Seperti biasa Dy mengantarku pulang.. memastikan bahwa aku baik-baik saja.
Selalu memberi kesempatan padaku untuk merasakan menjadi wanita yang terlindungi saja.. dan bukannya sebagai  wanita lemah..


Aaahhh..... rasanya tak cukup kata dan kalimat yang kemudian bisa kususun dalam paragraf dalam cerita yang kutuliskan kini.  Terlalu banyak keindahan dan terasa amat manis... walau "ga giung"... Dy..

Tersenyum simpul ketika ia mengatakan itu...
Dan ketahuilah... senyum itu yang selalu hadirkan kupu-kupu kerinduan, kunang-kunang penerang dan setetes embun kehidupan... di langit jantung jiwaku.

Benar Dy..
Aku sendiri.. tak mengerti, mengapa banyak keindahan yang terjalani yang memang baru pertama aku rasakan dalam hidupku.
Mungkin... itulah salah satu bentuk keadilan yang ditunjukkan Alloh SWT padaku.
Membuatku tak henti bersyukur menemukanmu.. seperti tertuang dalam Perahu Kertas.
Kehadiranmu menghiburku dengan segala perjalanan waktu yang manis, di antara kepahitan yang ada.
Melengkapi waktu dengan suka, yang terkurung duka.
Merangkai bunga keindahan, di antara onak duri.

Bagaikan.... do'a-do'a yang terjawab.. seperti yang kutemukan dalam buku "The Answered Prayer".

Maka..

Dy,
Tetaplah saling mengerti, berjalan apa adanya dan terus berkomunikasi dengan manis..
Semanis Brown Sugar (gula merah yang tak merah... dalam gurauan kita), dan tetap terasa enak.. walau bercampur Black Cappuchino yang kunikmati semalam.  Dan seindah Zigzag Cappuchino yang menggambarkan perbedaan nyata.. namun menyatu dalam rasa.

Jika kita sepakat bilang rasa yang sesungguhnya tak mudah didapat..  perlu ada pengorbanan dan perjuangan... maka itulah yang disampaikan Budi Doremi dalam Cinta Nusantara, maka jarak yang terbentang tak akan membatasi semuanya.
Tuliskan saja semua cerita yang takkan kita lupa dengan indah, terucapkan atau tidak bersama di bawah langit senja.
Kita nyatakan saja pada mereka...

Rasa inilah kesejatian Persahabatan Hati, yang kemudian menjabat indah keseharian lewat detik-detik kehidupan yang terjalani.  Menggusik renungan yang menggeliatkan hati, mengulang kenangan... saat Cinta menemui Persahabatan.

Di siang dan malammu..
Rindumu... selalu memanggil namaku.
Semua yang terasa ini akan kutumbuhkan di keabadian..., 
Karena aku tak pernah pergi selalu ada dalam hatimu, 
seperti dirimu yang selalu kembali di sini... di hatiku.
Semua sentuhan keindahan yang terasakan ini... 
benar-benar menyentuh lembut hingga ke sukma.
Mengalirkan kehangatan yang takkan lekang oleh jeda ruang dan waktu...

Dan...
seperti yang pernah kau ketikkan pesan seperti lirik lagu itu...


Aku tanpamu Butiran Debu....


(Kenanglah semua dalam dekapan kenangan tanpa akhir.... #selaludisini)

No comments:

Post a Comment