Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Monday, June 10, 2013

@"Here Without You"_ Three Doors Down



A hundred days have made me older
Since the last time that I saw your pretty face
A thousand lies have made me colder
And I don't think I can look at this the same
But all the miles that separate
Disappear now when I'm dreaming of your face

I'm here without you, baby
But you're still on my lonely mind
I think about you, baby
And I dream about you all the time
I'm here without you, baby
But you're still with me in my dreams
And tonight it's only you and me

The miles just keep rollin'
As the people leave their way to say hello
I've heard this life is overrated
But I hope that it gets better as we go

I'm here without you, baby
But you're still on my lonely mind
I think about you, baby
And I dream about you all the time
I'm here without you, baby
But you're still with me in my dreams
And tonight, girl, its only you and me

Everything I know, and anywhere I go
It gets hard but it won't take away my love
And when the last one falls
When it's all said and done
It gets hard but it wont take away my love

I'm here without you, baby
But you're still on my lonely mind
I think about you, baby
And I dream about you all the time
I'm here without you, baby
But you're still with me in my dreams
And tonight, girl, its only you and me


Aku tak pernah membayangkan.. satu hari tanpa mendengar kabarnya, bisikku dalam hati hari ini.  Rasanya ada yang hilang.  Ternyata.. ada bedanya...
Lagu yang sekarang mengalun jadi penutup siaranku malam ini, membuatnya berbeda.

Mas Pranoto dan Mbak Anis.. tersenyum simpul.
"Sudah move on-kah... Vie?," tanya Mbak Anis sambil menepuk pundakku.  Aku yang tengah membereskan tas dan memasukkan netbook, hanya bisa menjawab pertanyaannya dengan senyuman.

"Iiihh... kepo deeh... Mbak Anis sama Mas Pranoto.  Ga bisa lihat Vie tenang.... sedikit," keluhku.
"Eeeh... kami senang kok.. Vie," kata Mas Pranoto, jadi kan... suaramu jadi lebih hidup," lanjutnya.

"Oke.. oke... lihat sajalah lagi nanti yaa..  Pasti kalian orang pertama yang tahu," pastiku.
"Aku jalan dulu.. yaa.. Mbak.. Mas," pamitku.

Dan, di sinilah aku, di jalanan Bandung.  Kembali kuputarkan lagu "Here Without You" yang mengisi relung hatiku.  Ada sedikit sakit, di sini.. entah di ruang mana dalam hatiku.  Tapi terselip pula rindu yang memang selalu ada untuknya.

Yang tak pernah kufikirkan adalah... sebuah kenyataan yang rasanya tak terbantahkan bahwa kebersamaan persahabatan yang sudah berjalan hampir dua bulan ini, memang menyisakan rasa yang teramat dalam.  Sangat menyentuh..

Kuputuskan untuk berhenti sesaat di Nanny's Pavilion, untuk meredakan kegelisahan karena memang menunggu kabarnya.  Mencari sofa yang enak... hingga aku bisa melanjutkan tulisanku.  Memesan Chocolate Pancake saja.. walau aku ingin memesan Blueberry Pancake yang pernah Dy pesan di sini.  Hanya... aku ga akan sanggup mencium aroma ice cream vanilla, yang menjadi toppingnya.
Waktu aku ke tempat ini, bersama Dy... kupaksakan menahan aroma susu yang tajam dari ice cream vanilla.  Dan terpaksa kuhentikan.. karena mual.  Aku memang tidak menyukai susu sejak kecil.
Appricot Lemonade, tetap jadi juara di hatiku.. mengingatkanku pada masa kecil yang memang indah.

Aku duduk sendiri.. memperhatikan keadaan, menerawang membayangkan perjalananku ke sini yang memang tak mudah, karena terhadang kemacetan yang memarah.  Sekarang.. hari Minggu bukan hari yang menyenangkan untuk menghabiskan waktu bersantai.  Sebaiknya memang di rumah.

Tapii... setelah tadi ada penyiar yang berhalangan hadir, yaaa... sudahlah, kuambil kesempatan itu.  Sekedar untuk membuang kejenuhan yang memang menyergap hatiku.
Aku benar merindukannya.  Bagai merindukan oksigen untuk mengisi paru-paru hatiku.
Menuliskan ini, untuk melepaskan apa yang menyesakkan dalam dada.

Maaf.. yaaa... Dy, jika aku merindukanmu lebih dibandingkan yang seharusnya.. Aku tahu, aku pernah mengatakan "never say it again... #maaf yang berulang-ulang", tapi kali ini rasanya aku memang harus melakukannya.
Merasa... mungkin tak seharusnya kulambungkan kerinduan dan rasa yang kumiliki ini di langit jiwamu.
Tapi.. aku memang belum pernah membahas ini denganmu langsung.  Maka jika nanti kita bertemu, ingatkan aku untuk melakukannya.. Dy.

Perlahan kunikmati menu yang kupesan, melihat tempat yang kami duduki ketika datang ke tempat ini.  Aaaaahh.... kerinduan itu teramat sangat terasa.  Masih jelas terbayang, bayangan kami duduk berdua, sangat dekat.  Dan malam itu kukatakan jujur, Dy terlihat berbeda..

"Beda gimana.. Vie?," tanyanya.

"You look so mature and hansome.. Dy.  It didn't mean that you're not handsome before, just look different," kataku, kebiasaan yang tak mudah hilang, karena jika mengungkapkan perasaan 'lebih', selalu menggunakan bahasa Inggris.  Bukan merasa sok bule, tapi rasanya lebih tepat dan kaya makna.

Aku pun refleks menyentuh pipinya.  Dan tak bosan menikmati wajahnya malam ini.  Memandangnya. Tetap melakukan yang biasa kulakukan.  Mendekapnya erat, dalam perjalanan pulang menembus kegelapan malam.  Keindahan yang (benar) tanpa jeda ruang dan waktu.

Itu ketika aku bersamanya.  Sangat berbeda dengan kondisiku kini.  Hanya sendiri, menikmatinya sendiri.
Gelisah.  Terus menatap layar monitor netbook dan HP, menunggu.....
Aaaarrgghh.... menanti itu bukan masa yang menyenangkan untuk dilalui.

Aaah... sudahlah.  Kunikmati saja sisa hari ini, dan tetap menanti kabar darinya.
Dua hari ini memang kubiarkan mengalir tanpanya.  Mencoba menepikan hari dan kuisi dengan kegiatan yang biasa kujalani.. sendirian.  Karena memang aku hanya sahabatnya, yang saling menjabat hati.
Kami tetap punya kehidupan yang harus dijalani sebagaimana mestinya.
Berdamai... itulah kata yang bisa mewakili keadaan yang harus kupilih untuk menguatkan hati melalui sisa hari ini.

Walau, kunikmati hari ini tanpanya, tak sedetik pun, aku luangkan tanpa berhenti mengingatnya.
Maka lirik lagu yang mengalun di telingaku ini, benar mewakili perasaanku.  Tak terbantahkan.. jika aku selalu memimpikannya.  Bisa mendekapnya... adalah hal terindah yang bisa kujalani.

Hari ini pun... aku bisa memasak dengan ditemaninya.  Bingung?  Maksudku.. bersama aroma parfum yang selalu digunakannya, yang teramat melekat di jaket coklatku.  Yang kini pun aku kenakan..
Aku sendiri heran, kenapa aromanya begitu lekat, dan tak hilang berhari-hari.  Mungkin memang mewakili kerinduanku yang teramat lekat pekat.  Sepekat coklat yang hadir di pancake yang kumakan.
Andai.. aku bisa bersamanya di sini..., bisikku lirih, mungkin tak akan sesepi ini.
Bisa tertawa bersamanya sepanjang hari, adalah kenikmatan yang jarang kurasakan.

Berulang kali ia mengatakan "no" untuk permintaan maaf yang kuketik dalam SMS atau YM.
Aku hanya ingin mengatakan, jika kerinduan yang kuhadirkan baginya terlalu berlebih (menurutnya), seharusnya Dy bisa mengatakan "no" juga.

hmm.... akan kukatakan jk itu trjadi..k?

k.. thx.. Dy,

klw mmg drmu rindu terlalu banyak (utk ku) & aku diam..artinya... rindu ku jg sama bnyak nya.,jd 
ga ada yg berlebih.. gmn?

k.. deal!  makaasiyyy....  Dy 

ur wlcome

Itulah bentuk komunikasi yang biasa kami lakukan.  Jawaban yang jelas, dengan makna yang sama-sama kami mengerti tegas.  Semua dilakukannya sebelum memasak.
Well, rasanya... baru kali ini aku berkenalan dengan pria yang senang memasak.  Benar melengkapi kesempurnaannya.
Jadi... jika ada wanita yang menolak kehadirannya.. Aaah, pastilah mengalami kram otak, karena ia akan benar-benar merugi, bisikku sambil tersenyum.

Menantinya... lagi, dengan menulis, itulah caraku mengisi hari Dy.., pernah kukatakan itu padanya.
Maka... menulislah aku, merangkai kata-kata dalam kalimat yang kemudian tersusun di paragraf, mengalirkan cerita yang tak bosan kubaca.  Aku tak berharap muluk untuk apa yang kulakukan.  Karena aku sudah cukup banyak menyaksikan pengkhianatan berbentuk persahabatan yang penuh kepura-puraan.  Menikam dari belakang, menggunting dalam lipatan.  Itulah alasanku, selektif memilih teman dan sahabat.

Dan.. ingin sekali, satu saat nanti... akan kujadikan kumpulan cerpen yang terbukukan. Pasti..., janjiku menyusun mimpi baru.

Sudah sore...
Maka kulipat netbook, menghabiskan makanan lalu menutup dengan meneguk minuman.  Bergegas menuju kasir, untuk membayar.  Mudah-mudahan tak terjebak kemacetan, kataku dalam hati.  Dan, otakku pun berputar untuk segera menentukan jalan pulang tercepat.

Assalamu'alaikum...

Sepi.. tak ada yang menjawabnya seperti kehidupan yang biasa aku jalani.  Membuka pintu kamar, di kos ini.  Yaa... tempat yang memang kutempati setelah memutuskan untuk hidup sendiri lagi.  Meninggalkan kenyamanan yang sudah lama kubangun.  Aku belum mengatakannya, pada siapa pun.. termasuk Dy.  Karena kufikir.. biarlah waktu sembuhkan lukaku dulu, baru kukabari keputusanku ini.

Kurebahkan badan sejenak, setelah membuka netbook dan menanti bootingnya selesai.
Sambil menatap langit-langit kamar, air mata menitik perlahan.
Tak berapa lama... Dy menyapaku.  Sudah selesai masak rupanya...

Situasi ini terasa seperti masa-masa kuliah lagi.  Dan pernah terbayangkan ada di level ini lagi, situasi ini lagi.
Kembali sendiri.  Menjalaninya benar-benar sendiri.  Meninggalkan kehidupan yang telah terjalani selama ini.
Biarlah....

Tanpa kata yang banyak, kututupi perasaan yang berkecamuk ketika berbincang dengannya kini.
Hanya ingin meninggalkan pesan terselubung di sini.

Bahwa...
Semua yang pernah terjalani ini, memang menghadirkan hidup baru.  Walau kuyakin... kami akan melanjutkan hidup dan mimpi yang (mungkin) berbeda.

Maka, jika itu terjadi...
Aku akan menjalaninya dengan caramu saja... yaa Dy.
Kumohon (benar) padamu untuk hal ini.
Tetap mengalirkan keindahan waktu seperti ratusan jam yang pernah kita nikmati bersama, serta kilometer yang telah dan akan kita lalui.  Tak perduli apa yang nanti terjadi... biarkan saja waktu yang akan menjawabnya.

Kesendirianku kini... akan menutup mimpi buruk, pengorbanan yang (harus) kubayar untuk melanjutkan mimpi yang akan kuretas.  Usai sudah perjalanan masa lalu yang memang akan kutinggalkan di belakang.
Tak ingin meninggalkannya dalam kemarahan, mencoba berdamai dan hidup berdampingan saja.

Mawar memang tak mungkin tumbuh di tegarnya karang.
Tapi jika ia tumbuh di sana, hanya kekuatan takdir Tuhanlah yang menyemai benihnya, dan mengizinkan semua itu terjadi.

Dan.. jika jumlah rinduku dan semua rasaku padamu... Dy, sama dengan rindumu dan semua rasamu padaku... izinkan saja aku ada.  Biarkanlah semua tetap ada di tempatnya, tanpa mengganggu kehidupan yang telah kau miliki sebelum mengenalku.

Tetap lambungkan angan dan mimpimu, kemana pun akan kau lakukan itu.
Karena jika kutambahkan mimpi dan anganku kini, tak akan sama banyak dengan jumlah mimpi, angan dan cita-citamu.  Maka... kembangkan layarmu, kepakkan sayapmu... dan terbanglah kemana pun kau inginkan itu.

Dan...
Tetaplah jujur... untuk katakan.. jika apa yang kuinginkan ini, terlalu (lebih) dan teramat banyak (menurutmu).
Percayalah..
Kau tetap ada dalam fikiran dan jiwaku, terdekapmu lekat... sepekat coklat yang kumakan tadi di Nanny's Pavilion.  Semanis Brown Sugar yang ternikmati di Kopi Ireng.  Atau sesegar salad yang kita nikmati di SG7.  Bahkan semenantang Kopi Joss di Angkringan..

Well...
Perjalanan yang indah dalam petualangan kita.. yang tanpa batas ruang dan waktu ini..
Memang (hanya) milik kita kan??

(Terpaut dalam kerinduan yang menjadi kertas, dengan tinta kasih, 
untuk mengukir perjalanan hati)



No comments:

Post a Comment