Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Monday, December 17, 2018

Halaman 17:12

Ini sebuah cerita, dari lembar baru yang masih basah.
Hujan?
Tidak..
Deraian airmata, terus melaju tak berbatas.
Aku menangis untuk ke sekian kali.

Kamar yang gelap..
Aku menyalakannya seraya mengusap airmata.
Shiro dan Gogo, dua ekor kucing yang selalu menemaniku ketika aku benar-benar terpuruk.

Seolah mereka memahami, bahwa aku butuh teman.
Teman yang bisa membatasi aku dengan sebilah pisau.
Sahabat yang akan selalu mengingatkan, bahwa hidup harus dijalani. Bukan diratapi.

Aku,
Disini..
Tetap disini..
Menunggumu Bang,
Menuliskan semua cerita pilu yang masih juga belum beranjak dari hidupku.
Aku benar-benar buta, tak bisa meraba jalan masa depan mana yang hendak aku pilih.
Semua.. sunyi,

Friday, November 16, 2018

Heart Sound

Kesempatan mengenalmu, adalah jawaban semesta untuk semua pertemuan kita di dimensi tanpa batas.
Ini membuatku teramat mudah memahami semua yang terjadi.

Mengagumimu?
Ya, mungkin saat ini itulah yang aku rasakan. Jujur, melambungkanku ke langit.
Aku dan dirimu, berasal dari dua sisi yang berbeda. Langit dan bumi.
Maka, hanyalah mimpi yang indah.
Itulah yang saat ini kusadari. Sekarang memang meninggalkan jejak dalam hati.

Pertemuan yang singkat, membekas dalam hati.
Namun, ini adalah bentuk kelemahan hatiku. Karena pada dasarnya kau baik pada banyak orang. Hatimu bagai lentera penerang bagi banyak orang.

Seandainya, pun kita dipertemukan dan dipersatukan dalam komitmen tanpa jarak, itu adalah nikmat serta anugerah dari Sang Kuasa.
Aku, hanyalah debu dalam hidupmu. Mungkin tak lebih besar dari kuman, yang hanya bisa terlihat dengan mikroskop.

Aku memanggilmu dengan "Hart" yang dekat pelafalannya dengan "heart".

Hati, dimanakah sosok itu kini?
Aku ingin memeluknya dalam canda. Satu hal yang mampu dilakukannya secara berbeda dari milyaran manusia lain di bumi lain.

Tuesday, November 13, 2018

Halaman 1:11

"Bang, bangun..Kopimu sudah mulai dingin..."

Sungguh, tak ada kalimat lain yang mampu menggambarkan perasaan bahagia untuk bisa menyapamu setiap pagi dengan cara itu. Karena seperti itulah yang selama ini aku minta dalam do'a.

Andai dekat, tentu saja aku akan membisikkan lembut kalimat itu di telinganya. Dengan kecupan hangat di pipi dan bibirnya.
Dengan cara itulah.. aku mengucap syukur..

"Terimakasih yaa Rabb, hari ini aku masih bisa mencintai dan menjalani satu hari lagi bersamanya."

Begitu banyak cerita yang kemudian terajut, sejak aku mengomentari statusmu dengan kata "cebong". Yaa.. aku yang memberanikan menyapamu Bang.
Dan..
Perjalanan hidup dengan warnamu dimulai. Entah darimana energi yang selalu membuatku merindukan percakapan denganmu.
Benar, dirimu banyak mengajariku tentang bagaimana seharusnya kita mengalirkan energi positif.
Benarlah..
Dirimu jawaban dari do'a yang terjawab.

Lalu hari ini, mungkin aku melukai perasaan dan hatimu. Dengan kata-kata tajamku.
Maafkan yaa.. Bang,
Sekarang baru aku mengerti tentang hal itu.
Penyesalan yang menusuk..
Ungkapan yang aku nyatakan adalah bentuk lain ketakutanku kehilanganmu.

Karena kini..
Semua tentangmu adalah candu yang menyesakkan. Merindumu adalah cahaya.
Maafkan.. Bang,
Masih belajar melepaskan ketakutanku. Pun juga belajar mengalir seperti air.

Jika dekat, tentu aku akan mendekapmu erat. Menjagamu dalam lelap. Memuaskan hati menatap wajahmu. Begitu tenang..
Seperti malam itu,
Rasanya aku enggan terpejam, karena selalu ingin bisa memelukmu.
Seolah aku begitu takut kehabisan waktu bersamamu.
"Sungguh.. maafkan aku, jika masih belum bisa melegakan hatimu ketika menutup hari."

Terimakasih.. Bang,
Mengajariku banyak hal tentang bagaimana bersikap baik, optimis, menghargai diri sendiri, dan terus menebar energi positif.

Robbil Izzati..
Jagalah Abang selalu,
"Terimakasih Tuhan, untuk kesempatan satu hari lagi memeluknya di ujung hari.."
Aamiin yaa Robbal'alamiin..

Sunday, November 11, 2018

Cerita 111108

Halaman 1111:

Di ujung hari, aku kembali meneteskannya. Janji untuk selalu tegar manakala berada d tubir duka.. sirna.
Dia, sosok yang mulai menggoyahkan kebencianku. Mampu menerima semua ketengilanku.
Vie..
Mana, ketegaranmu? , tanya Mang Udi yang ternyata masih memperhatikanku di sudut studio.
Malam ini, aku memang memutuskan untuk datang ke sini untuk sekedar melarungkan kesedihan yang menumpuk.
Kejujuran itu kembali membunuhku.

Padahal aku sedang berusaha meyakini komunikasi terbuka dua arah akan menyelamatkan hubungan antar manusia.
Karena ini bukan komunikasi yang harus dibalut dengan kepura-puraan.

Yaa Rabb,
Haruskah?
Apakah ini caraMu untuk bicara denganku? ..dengan mengajariku sebuah kepedihan (lagi). Kesakitan lagi?

Semua terlalu sakit..
Terlalu pedih. Hatiku semakin merapuh.
Jagalah Iman Islamku yaa Rabb..

Seluruh barisan kata yang tertulis, teriringi dengan mata yang memburam. Tak lagi menangis tersedu. Hanya isak tertahan, dengan lelehan kecil, namun sulit terhentikan.
Aku,
Sdh tak sanggup lagi..

Suicidal thoughts mulai mnyerang. Tidak..
Aku masih memiliki arti..
Walau tak mudah, aku akan kembali tegar dan tegak.
Stigma negatif itu akan terhenti dengan pembuktian.

Larang aku..
Cegah aku..
Untuk kembali meletakkan pisau di nadi, mengakhiri semua indahnya hembusan napas yang digunakan untuk manfaat pada sesama manusia.

Aku, mencintai jiwa, pikiran, dan hatimu.
Dengan segala kurang dan lebihnya.
Aku ingin menikah dengan sisi spriritualmu.
Bukan dengan fisik yang kasat.
Karena aku yakin inilah cinta sejati..
Yang tulus tanpa syarat.

Hanya mencintai..

----------

Vie, lagunya diganti.. teriak Kang Dede.
Hayoo.. fokus,

Aku terhenyak, semua terbang.
Khayalan, kesedihan.
Bergegas menyusun list lagu di chart yang akan diputarkan.

Malam semakin menua. Pagi mun menjelang.
Kepompong ini bisa keluar, menjadi kupu-kupu.
Terbang melesat mengejar mimpi..

Bang,
Aku merindukanmu..

Dalam secangkir kopi yang kuseduh, kusematkan semua rasa yang bisa membuatmu bahagia. Karena aku takkan mencari gula.
Aku ingin kita saling menemani.

Sampai di satu waktu, nyawa benar diambil oleh malaikat Izrail.
Takkan kubiarkan hatiku kembali mengeluh atas semua KuasaNya.

Perjalanan kopi, membuatku menyampaikan ILY from 10.000 ft.
Cinta dalam jarak itu telah usai..

Di hening malam, kutemukan damai..
Tuhan..
Semua yang terjadi, pasti sesuai rencana terbaikMu.
Ringankan langkahku.. untuk menjalani,
Pinjamkan bahuMu, untukku menyandarkan letih.
Maafkanku..
Jika aku masih mengeluh..

#setjangkirkopi #diskusimalam

Saturday, October 20, 2018

Aku, Kopi, dan Teh: pencarian gula

Aku selalu terjaga, tanpa sadar mengurangi kualitas tidur.  Selalu mencari kehidupan yang masih terbangun.
Aku, depresi, dan pemikiran tentang bunuh diri.  Bisa kubaca detil dalam artikel disini:
https://www.helpguide.org/articles/suicide-prevention/are-you-feeling-suicidal.htm

Cukuplah menjelaskan banyak hal.  Pernahkah kau belajar mendengarkan teman-teman yang membutuhkanmu ketika ia merasa sendiri?
Ini bukan masalah sepele dan ringan. Membiarkan dia berkubang, tenggelam dalam masalahnya hanya akan memperburuk keadaan.
Saatnya kau bergerak teman..
Jadilah sebenar sahabat. Menjabat hayi dan perasaan, membangkitkan semangat hidupnya.  Mengatakan lembut bahwa hidup ini berarti.  Ia masih mempunyai nilai.

...............
...nah, begitu yaa gees. Jadilah sebenar sahabat. Hentikan celotehanmu tentang agama, dan lain-lain dulu.
Karena itu belum bisa membantu letika temanmu terpuruk.
Vie pamit yaa.. have good nite,
Semoga lagu "Jingga" bisa membuatmu terlelap di pulau kapuk... mata aimashō,
........
Bergegas meninggalkan bilik siaran.  Sedikit menyapa kru, Mang Asep.. dan menunggu angkot di pinggir jalan.
Aku harus segera kembali ke kost. Lelah..

Perjalanan hari ini memang terlalu panjang untuk dilalui sendirian.  Dimana kamu, Dy?
Apakah kini aku sudah tak ada dalam jadwal harianmu.
Sakit?
..tah lah, ga ada yang bisa menjabarkan rasaku saat ini.
DP yang kukontak, hanya membuatku "awaken" sesaat, karena ia harus pula meluangkan waktu bersama keluarganya.
Tak mungkin aku meminta waktunya lebih dibandingkan yang seharusnya.

Hhh...
Menghela nafas panjang, ketika akhirnya membuka kamar, bermain bersama Shiro yang memang kelaparan. Eongannya menceritakan banyak hal.
Membuatkan makanannya, dan membersihkan badan.

Chatting yang ada di WhatsApp, sampai ratusan.  Banyak yang kuabaikan seharian ini.
Aku hanya butuh kamu.. Dy, bukan teman "palsu" yang mungkin hanya ada ketika semua bermodus.
Tak menyalahkan.  Hanya mereka ga tahu bagaimana menjalani hidup sepertiku.

Masih termangu di hp.  Menunggu dalam ketidakpastian. 
Dimana dirimu??

https://www.medicalnewstoday.com/kc/suicidal-thoughts-ideation-193026

..aku ga sendiri, aku ga sendiri...

Sunday, October 7, 2018

Berbagi Hati

Tak pernah terbayangkan olehku, pengalaman pedih di penggalan perjalanan hidup.  Berbagi hati.
Ya, tetiba Ari memintaku untuk mengijinkannya menikah lagi.
Jangan pernah membayangkan hal yang indah kala itu diungkapkan.
Duniaku, serasa runtuh.
Aku, seperti sampah yang sudah tak bermakna. Terbuang.

Nanar mataku.
Hancur semua harapan indah seperti cerita di drama Korea. Bahwa cinta takkan pernah terbagi.  Hanya menjadi satu-satunya.
Ratu dalam hatinya.

Ada apa?
Apa yang salah pada diriku?
Apa kurangnya aku?
Mengapa ia pindah ke lain hati?

Apakah jarak yang memisahkan ini mulai membentangkan lekatan cinta, yang seharusnya cuma satu.
Apakah kesepian dapat menghalalkan semua jalan?

Aku, Vie.  Pernah mempelajari tentang poligami.  Bukan menentang, tapi rasanya aku tak mampu berdamai dengan hal ini.
Berbagi hati, cinta, dan kasur.

Pisah? Mati?
Kuambil pisau berupaya mengiris nadi tangan.  Tak sanggup rasanya hidup.

Sia-sia.
Aku tak ingin lagi hidup.  Hanya ingin berpisah dengan kehidupan.  Yang sama sekali tak terlihat pelangi dan bunga-bunga.

Hai lelaki..
Pernah kau bayangkan perasaan istri yang selalu menunggumu kembali.  Bukan rumah, berlian, permata, atau kemewahan.  Istri-istrimu hanya inginkan hatimu utuh.
Tak pernah berbagi hati.

Sakit.
Terlalu sakit.  Takkan bisa kau rasakan pedih, perih menjalani kehidupan seperti itu.
Tak ada perempuan yang ingin berbagi.
Tetes airmata, yang selalu mengalirkan do'a keselamatanmu ketika jauh, mencari nafkah.

Pernahkah kau bayangkan rasanya?
Runtuhnya kepercayaan yang selama ini tersemat padamu ketika keluar dari rumah.

Love your wife. Yang menemanimu kala susah. Mendampingimu ketika tak sesorangpun mau bersama.
Dialah yang layak menerima hatimu, cintamu, ragamu utuh.

...............

Hempasan waktu itu seolah memutar ingatan pada perjalanan ibu.  Aku yang selalu menjaganya.  Ketika ayah menjauh dan memilih wanita lain.
Membantunya kembali bangkit, tersenyum membagikan senyum.
Seolah tak ada piring yang retak.
Menguatkannya, bahwa aku selalu ada.

Tak habis pertanyaan, apa arti cinta dalam perjalanan rumahtangga setelah bertahun-tahun bersama menjaga kebersamaan.  Mewujudkan mimpi-mimpi kecil ketika tangan terjabat di akad.

Aku, anaknya yang bertanya hakikat cinta. 
Cinta yang selalu utuh.
Apakah pelangi akan datang setelah hujan badai?

Jatuh.
Tak percaya lagi akan manisnya cinta.  Semua hanya kepalsuan.
Pernikahan itu menyatukan jiwa.  Itulah kenapa soulmate. Teman jiwa.
Tak ada yang seharusnya tersakiti.
Saling menjaga.

Tolonglah catat, tak ada yang sanggup berbagi hati.
Kembalilah secara utuh.
Tak perlu menyakiti istrimu.  Yang awal mula menemani.
Tak mudah bersabar.  Itu bukan hanya kata yang lepas makna.

Ikhlaslah..
Bahwa sejatinya wanita takkan pernah mampu berbagi hati.

Melangkahlah hati, terbanglah perih.
Semua akan baik-baik saja.
Peluklah istrimu 5 menit sebelum pergi.  15 menit berbicara dengan sayang.  Meluangkan waktu sekali seminggu untuk terus memupuk cinta dan sayangmu.  Cinta itu satu.

Ketika itulah kau akan sadar.  Istrimu adalah satu-satulah bidadari syurgamu

#m_possible #peacelove

Saturday, October 6, 2018

Sepenggal Nada

Membulir airmata, merenungkan semua perjalanan penuh makna.
Yaa.. Robb,
Sejatinya,
Aku ingin mengatakan lelah, ingin membaringkan semua yang saat ini terasa.
Tawa, ceria, itu hanya sandiwara?
Tidak..
Itu hanya upaya menahan perih tersembunyi.

Vie, Aira ingin kamu datang di ulang tahunnya, kata ibu di seberang telpon.  Aku memang sudah lebih 3 warsa menjalani dinas di luar Bandung. Karena itu aku  menitipkan Aira.
Tak mungkin membawanya, ataupun meninggalkannya.
Janji pada sahabatku, mengikatkanku padanya seumur hidup.

Iya.. bu, aku akan pulang. Insyaa Alloh..

Aku takut pada janji. Untuk sesuatu yang mungkin tak bisa aku tepati.
Pekerjaan ini memang terlalu menyita waktu.  Hampir kehilangan kebersamaan bersama Aira.
Semoga kali ini aku bisa pulang sebelum ulangtahunnya. 5 tahun.
Ya, sudah 5 tahun aku merawat Aira sebagai Mommynya. Teman yang mengajarinya arti ketulusan. Tak perlu ikatan darah untuk sebuah ketulusan. Tapi mengikatkan keluarga adalah yang utama.

Sejenak kembali merenung, aku ingin bersamamu.  Dan kembali tak bisa menahan bulir yang perlahan memburamkan.  Sesekali harus menghapus.  Karena keyboard tak terlihat. Begitu menyayat..

Dy,
Tak bisa kujabarkan dalam kalimat.  Betapa kuat keingjnan untuk bisa menghabiskan sisa usia bersama
Selalu berpegangan tangan.
Menjaga kebersamaan.

Tak sanggup rasanya, merobohkan benteng yang ada di hadapan. Sementara aku pun seperti tak mampu menjalani semua adaptasi yang sangat luar biasa.  Terlalu banyak perbedaan yang harus diselaraskan, jika bersama dengan yang lain.

Vie, semua akan berjalan bersama  qadarullah. Pejamkan saja matamu.. tidurlah sejenak.
Rebahkan lelahmu dalam malam. Biarkanlah semua berjalan sebagaimana seharusnya. IjinNya.
Genggamlah mimpi dan harapan, karena hanya itu yang bisa kita lakukan.
Ingat saja, selalu ada cahaya di ujung jalan...