Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Monday, April 15, 2013

A THOUSAND YEARS

 KEDUA

Sesaat... aku terdiam, di perjalanan yang terasa teramat panjang dan melelahkan.  Sebenarnya... sudah sering jalan ini terlalui.  Begitu hampa dan sendiri... walau terkadang... banyak damai dan cinta terasa.itu yang sudah berapa minggu kurasakan.  
Entah darimana asalnya..

Aku seorang yang gemar merangkaikan kata, menerjemahkan rasa dan menyampaikan langsung bunga kalimat pada sang penghadir ide.  Namun... belum mampu mengolah hati dan perasaannya sendiri. Selalu bersembunyi di bayang malam.

"Diam adalah emas.." begitu mematahkan pertahananku, untuk mengatakan secara jelas dan nyata tentang apa yang kurasakan.  
Mungkin... karena telah lama aku kehilangan belahan jiwa bertahun lamanya. Membuatku menjadi wanita mandiri yang membebaskan rasa hatinya, untuk mengembara di belantara kehidupan.

Hmm... sudahlah, kataku menutup pintu gundah yang memang tak jua tertutup.
Banyak persiapan yang  harus kubenahi malam ini, kataku perlahan dan menutup lembar kelam hati.

Kubuka komputer jinjing.. dan menanti sambungan internet untuk melihat email yang masuk.
Banyak berita yang masuk lewat laman-laman yang aku ikuti. Harus mulai dibaca dan dihapus agar tak membuat sesak.  Sesekali menjawab sms yang masuk dari seorang yang teramat kurindu.  
Haahaha... tawaku dalam hati, sambil melirik ke anak tertuaku, agar dia tak merasa bundanya.. sedikit "gila".  Huuufftt... untunglah.. desahku panjang.
Sedikit kurang masuk logika, jika ini benar terjadi padaku. Wanita yang sangat percaya bahwa segala sesuatu pasti ada alasannya.

Tak ada kesempurnaan dalam hidup, itu yang kubaca dalam sebuah tulisan.  Mungkin ini fase yang sedang kulalui. Vian telah berjuang untuk bangkit dari keterpurukan panjang.. dan ia berhasil.  Ini bukan apa-apa... kataku. Ibarat ombak... inilah saat yang tepat untuk melaju dengan papan surfing kan? (teringat pelajaran berselancar).

Di telingaku, terlantunkan lagu "Perahu Kertas yang berulang kali kudengar tanpa henti.  Memahami syair-syair lagu yang indah dan menenangkan.

Sambil membuat slide yang akan kugunakan presentasi, dan menyiapkan perlengkapan serta baju untuk pergi ke Jakarta esok pagi. Sesaat aku beranjak untuk melihat kedua jagoanku yang sudah terlelap.  Lekat kupandangi wajah mereka.. dan aah... betapa cepat waktu berlalu, yang sebagian besar tak kuketahui karena kesibukanku yang begitu padat.

Setelah itu,  kuputuskan mandi saja dahulu, walau malam telah beranjak larut.  
Aku memiliki kebiasaan ini sejak SMP, karena akan sangat sulit tidur nanti.
Kunikmati guyuran air di kepala, dan berkata.. "Alhamdulillah... yaa Raab, atas segala nikmat walau itu sakit sekalipun. Karena nafas yang Kau berika itu sangat bermakna untuk mengantarkan jagoan-jagoanku tumbuh bersamaku.."
Dingin pun segera menyeruak... namun itu tak lama karena secangkir kopi panas yang akan menghangatkannya kembali.  Haaahhahaha... lengkap sudah ini.. kebiasaan buruk yang jarang diketahui, tawaku lega.  Semua untuk kelapangan perasaan yang membelenggu.

Kulihat jam menunjukkan 23:21.. 
Sudah larut... bisikku sendiri.  Aku masih ingin menulis, karena rambutku pun masih basah.  Walau sebenarnya, aku harus sudah tidur karena akan menggunakan kereta yang berangkat paling pagi dari Bandung, untuk dapat mengejar jadwal seminar di Atma Jaya pukul 8.

Perlahan kuperhatikan slide-slide Power Point untuk melihat "dosa kecil" yang terlewat.
Selalu tersenyum ketika mengatakan hal itu, karena itulah yang teramat melekat dalam proses kuliah di kampus.  Kata yang kemudian mengantarkanku pada bidang analisis wacana, dan kemudian memberiku profesi sampingan baru sebagai editor lepas.

Oke, sempurna.. desahku penuh kepuasan. Kuputuskan untuk menutup semua tab yang kubuka, dan mematikan komputer.  Sambil menatap langit-langit kamar, aku melayangkan lamunan dengan hela nafas perlahan.  Memutar waktu ke masa yang teramat sulit kulalui sendiri.

Aniesah Alviani, seorang penyiar yang kemudian memutuskan meninggalkan identitas lama untuk "hijrah" pada kebaikan.  Melabuhkan harapan di Kota Kembang yang telah diimpikannya sejak kecil.  Akhirnya...

Aku bangkit, mengambil kopi yang kuseduh, kuminum perlahan.. dan.. kehangatan mulai terasa mengalir.  Kenikmatan inilah yang membuatku tak bisa jauh dari minuman ini. Kuletakkan gelas, dan tanpa sadar anak pertamaku yang menonton TV, mengambil untuk meminum kopiku. Hahahahaha... aku menertawakannya, karena ia terkecoh.. ternyata gelasku sudah kosong.  Dia selalu melakukan hal itu.. jika kuseduh kopi.  Mungkin memang terasa nikmat, jika meminum kopi tanpa menyeduhnya sendiri.

Melanjutkan perjalanan, Vian demikian aku biasa dipanggil, menuju kampus yang selalu menjanjikan damaian hati.  Melewati ruang HIMA dan terhenti di pengumuman yang tertempel di sana. Wah, asyik... kataku.  Ternyata ada kegiatan bakti sosial di Garut selama 1 minggu.  Lumayanlah untuk mengisi libur jelang keberangkatanku liburan untuk menengok orangtuaku di Yogyakarta.

"Kang... bagaimana kalau berminat sama kegiatan ini?", tanyaku sambil memasuki ruang HIMA yang memang jarang aku masuki.  Tujuanku di sini hanya untuk kuliah dengan baik dan cepat lulus, tekadku.  Melihat kebiasaan kakak kelas yang aktif di organisasi, menyurutkan niatku untuk aktif.  Sebagian besar mereka menyepelekan kuliah karena berkutat pada kegiatan-kegiatan HIMA.
Aaah... sudahlah hidup memang pilihan kan?

"Daftar saja.. tuuuh daftar di Henny," jawab Kang Budi sambil membereskan kertas-kertas di meja.
Hmmm.... tak tahan kutatap matanya, karena jujur aku sangat menyukainya, sejak bertemu di OPSPEK Jurusan di Pangalengan.  Wajahnya tampan, badannya tinggi dan tegap, pasti akan membuat leleh hati wanita yang melihatnya pada pandangan pertama. Ehm... ehm.. sudaaah... Vian, kataku dalam hati meredakan debar jantung yang kian tak menentu. Aku tak ingin salah tingkah, karena di ruangan ini banyak kakak kelas yang memang kutahu juga menyukai Kang Budi.

"Teh.. mau daftar," kataku sambil menunjukkan KTM
Teh Henny mengambil KTMku dan kemudian mencatat namaku. 
"Datang hari Sabtu pagi yaa... nanti briefing pas keberangkatan," jelasnya.
"Baik.. Teh.  Nuhun...  Mangga.. sadayana...," pamitku.

Aku bergegas menuju kelas, karena waktu kuliah telah dimulai 10 menit yang lalu..  
Hhuuuffttt... untung dosenku belum datang.
Tak sabar menunggu hari Sabtu tiba. Terasa laaamaaa..... *tersenyum*
(bersambung)










Sunday, April 14, 2013

DALAM HENING

 untukmu.. dalam diam
Kau bagaikan puisi yang tak pernah usai..
Jejak langkah yang terputuskan..
Kenangan yang terlalu manis..
Walau mungkin tak pernah kau tahu,
                                                                      Aku hanya sebuah koma..
                                                                      Takkan pernah menjadi titik bagimu..
                                                                      Bagai kalimat-kalimat manis..
                                                                      Dalam novel yang terasa hampa,
Entahlah..
Aku pun selalu tercekat..
Lalu terdiam..
Ketika perjalananku mengantarkan kembali..
Di palung kenangan yang pernah terlewati,
                                                                     Pernahkah..
                                                                     Kau rindukan aku dalam diam..
                                                                     Mimpikan aku pada kenangan..
                                                                     Atau..
                                                                     Menyebut namaku ketika terjaga di malam kelam,
Akhirnya..
Perjalanan hidup mengantarkanku..
Kembali menemukanmu..
Dalam bilik maya dengan batasan kaca,

                                                                      Dan..
                                                                      Mungkin tetap tak pernah kau tahu..
                                                                      Aku masih merindumu..
                                                                      Yang selalu kujaga dengan tanya..
                                                                      Terhiasi oleh tangis kelu..
                                                                      Agar semua kisah lama itu..
                                                                      Menjadi.... TITIK..
                                                                   
 (Memoarku: di Dangdeur'92)

                                                                     

                                                                   
                                                                     

Friday, April 12, 2013

A THOUSAND YEARS...

PERTAMA

Berulang kali kudengarkan lagu itu... berputar di komputer jinjing yang setia menemaniku sejak dua tahun ini.  Terkadang sedih melintasi kalbu jika mengingat.. "hmmmm.. rasanya aku sangat mencintai ini, dibanding anak-anakku..", desahku perlahan, sambil terus mengetikkan kata-kata yang mengalir deras ketika aku suntuk dan jengah dengan hidupku.


Ingatanku langsung deras meluncur ke masa lalu, mengulang cerita yang terlewati ketika mendengarkan lagu ini... A Thousand Years yang dinyanyikan Christina Perry, sound tract  film kesukaanku "Twilight". Hmmm... syair-syairnya memiliki makna dalam, yang bisa mengobati kegalauan (hahahaha... seperti anak muda saja aku ini, ejekku pada diri sendiri)

Hei... siapa dirimu? Tanya hati yang kemudian menyeruak mengingatkan, bahwa yang membaca lembar ini belum mengenalku. Hmmm...baiklah... Mungkin... anda takkan pernah merasa kenal dengan aku, seorang wanita biasa yang berjuang meniti hari-hari dan masa depannya.

Aku bernama Aniesah Alviani.. penyiar Radio lokal (sebut saja Radio Gaga) yang memang 'terkenal' di kota kecil ini. Wow.. sombong nian.. aku ini.. , hatiku yang tak henti mengingatkanku.  Ok.. baiklah, memang aku bisa dikatakan terkenal kini, karena semua acara yang kusampaikan di Radio ini memang didengarkan oleh sebagian warga. 
Entah kenapa...
Kata teman-teman penyiar lain.. aku menggunakan cara yang berbeda untuk menyampaikan acara-acara yang diamanahkan padaku. Yaa... tentu saja.. karena itu aku adaptasi dari radio-radio yang kudengarkan di Surabaya, kota kelahiran yang tak begitu kukenal. Top 40's lah.. sementara yang lain masih menggunakan cara lama, yang tidak membutuhkan perputaran lagu yang sangat cepat.

"Assalamu'alaikum.... selaaamaaat paaagiii,, apaa kaabarr?? Ketemu lagi di 103,5 MHz bersama Vian di sini. Dan selama 1 jam ke depan.. ada banyak tembang manis yang akan Vian hadirkan untuk menemani aktifitasmu hari ini.  Jangan lupa.. jika ada request lagu yang ingin dihadirkan.. bolehlah.. kamu telfon ke.........", sapaku ramah pagi ini.
Aku mulai bercuap-cuap di jam 8 pagi, untuk menyapa warga yang mendengaran siaran radio yang didirikan untuk menjadi sarana hiburan dan dakwah di sini.  Hmmm... kini aku sangat mencintai pekerjaan ini..

Kalau kalian ingin tahu.. sebenarnya.. aku tak memiliki pengalaman apa pun di bidang ini.  Tapi ketika kusampai di kota ini, kebiasaanku yang tak lepas dari lagu-lagu ketika menjalankan aktifitas, mengantarkanku ke "candu akut".  
Hahahaha... sssttt... ga apa-apa yaaa... Pak Polisi, ini masih berdampak positif.. kok.. gumamku. 

Maka ingatan pun kembali melayang ada awal kisah cerita ini.
Dengan tingkat percaya diri yang sama parahnya, aku langsung menelfon Penanggung Jawab studio..

"Halo... Assalamu'alaikum..." sapaku.
"Wa'alaikumsalaaam..." jawab seorang laki-laki di seberang.
"Mas.. maaaf mo nanya.. apa Radio ini masih butuh penyiar??," tanyaku langsung.
"Hmm... memangnya kenapa?."
"Gini... Mas... saya ingin bergabung untuk menjadi penyiar, jika masih ada lowongan..," berondongku dengan rasa percaya diri yang tinggi (hahaha.. aku banget..).

"Hmm... namamu siapa?," tanyanya tiba-tiba.
"Ooooh... yaaa... luupaa.. Aniesah Alviani.. Mas," jawabku terkaget, baru menyadari aku lupa mengenalkan diri.
"Ok.... panggiilannya siapa??," tanyanya menyelidiki.
"Vian sajalah... Mas.."
"Bisa ga.. kita ketemu hari ini??," jawabnya kemudian.
"Haa... untuk wawancarakah..??", tanyaku yang tak percaya, karena bak "gayung bersambut".

"Gini... Vie, besok.. kamu boleh langsung siaran pagi, tapi... ebelum melakukan itu.. ada briefing pengoperasian alat-alat, yang harus kamu pelajari dulu. Makanya.. aku minta kita ketemuan, biar bisa aku ajari..", jelasnya ramah. 
Hmmm.... suaranya pun menggetarkan kalbu.  Pastinya lah.. suara penyiar itu harus memiliki wibawa, jawabku lirih, agar tak terdengar olehnya.

"Oke... Mas.. bisa kok.  Kita ketemu di mana?."
"Di depan Hospital tau ga.. Vian?"
"Oh... tahu... Mas. Tapiii..... ," tanyaku ragu.
"Tapi kenapa.. Vie??," tanyanya heran.
"Bagaimana saya bisa mengenali... Mas?  Kita kan belum pernah ketemu..."
"Ahh... sudahlah.. Memang kita belum pernah ketemu. Tapi pasti aku bisa mengenalimu..," dia menyakinkanku.
"Baaiklah.. tapi ngomong-ngomong.. nama Mas siapa ya..??," tanyaku ragu-ragu.
"Oohh... ya lupa, maaf ya Vie... panggil saja Sigar ya.. ."
"Baiklah Bang.. senentar lagi saya berangkat dari rumah..," tegasku sambil mengubah panggilan Mas menjadi Bang, karena namanya lebih terdengar dari Medan daripada Jawa. Hehehe...
                                                                                                                                            (bersambung)


Thursday, April 11, 2013

MAAF.....

Malam ini menjadi indah..
Karena hadir tanpa tanya,
Pergulatan panjang pun terlalui..
Malintasi hati-hati sahabat yang menemani, 
                                                                      Aku tetap di sini..
                                                                      Dalam hati yang ingin tenang,
                                                                      Tanpa tanya yang melimpah..
                                                                      Yang kemudian menguap tanpa jawaban pastimu,
 Aku tetap sahabatmu..
Di mana pun kau berada kini,
Dan aku..
Tetap jadi belahan hatimu,
Jika tetap kau inginkan itu,
                                                                       Maaf..
                                                                       Itu yang terucap,
                                                                       Jika kau diam dalam jiwa..
                                                                       Mati dalam rasa..
                                                                       Kelu dalam kata,
Mungkin..
Aku tak cukup layak..
Untuk memahami gejolak amarah,
Atau memang tak jua mengerti..
Bahasa jiwa yang tersampaikan dalam sunyi,
                                                                        Aku bukan Sang Dewi,
                                                                        Yang sempurna dalam wajah..
                                                                         Lalu cantik dalam tutur..
                                                                         Serta manis dalam sikap..
Aku hanyalah manusia biasa..
Yang penuh dengan tanya,
Hadir dengan duka,
Menangis jika terluka..
                                                                         Maka..
                                                                         Pahamiku dalam kata..
                                                                         Sayangiku dengan rasa..
                                                                         Rangkul aku penuh cinta..
Jika pun itu terasa tak layak kupinta..
Maka..
Terima saja aku apa adanya..
Sebagai aku yang memang tak sempurna.

(Bandung,  Feb 2013)


Saturday, April 14, 2012

The Pain

Nowadays I tried to to believe what happened is the way of God,
Psychological warfare is lashed,  

I would faced with the airy heart .
Maturing process must be undertaken to prove we are worthy to be the best life.
Tucked in the heart of doubt, 

whether the conviction is for this I believe to be true?
God is there ..
God is loved by his
I rested my tired this silently,
Closed the evening with gratitude that everything would be gone ..
All would be fine ...

Amin..

Friday, March 9, 2012

HUJAN...


Hujan,,  kau ingatkan aku...

Pagi yang mendung membuat aku sedikit cemas menanti  bis kota yang tak kunjung datang untuk mengantarku ke tempat kerja, hari ini.
“Mudah-mudahan.. tidak hujan,” kataku dalam hati.
Sudah banyak yang mempertanyakan kenapa aku sangat tidak menyukai hujan.  Teman-teman dekatku selalu “bete” dekat denganku jika hujan mengguyur.
“Kenapa kamu membencinya? kan... itu sangat dinanti pak tani agar tanamannya tumbuh dengan baik..  , “ kata teman-temanku.  Mereka merasa hanya akan menjadi “kambing congek”, karena selalu aku acuhkan.

Hujan....
Hampir tak pernah aku ungkap mengapa...
 Aku kurang menyukainya, bukan membencinya... sebenarnya.
Hujan....
Saat itulah aku berusaha memupuskan semua rindu pada orang yang sangat kuinginkan jadi “belahan jiwa”.  Menghilangkan semua jejaknya dalam pikiran dan hati.  Guyuran hujan akan mengalirkan gundah itu meresap kembali ke tanah, untuk tumbuh dengan bentuk yang berbeda.
Aku bukan tak mencintainya.... 
Gelora yang aku rasakan mengalir dalam urat nadi seperti darah yang menjadi pengisi jantung hatiku. Demi kebaikannya, demi masa depannya.. aku hanya harus melupakannya.

Aku harus membuatnya “membenci”-ku karena aku merasa bukan orang yang tepat baginya.  Aku punya banyak alasan untuk apa yang harus aku lakukan untuknya.
Aku rela memendam dan menelan rasa benci yang diberikannya bagiku, karena meninggalkannya tanpa “kata”, saat turun dari bis sepulang dari Parangtritis.

Yang tak diketahuinya... aku tak pernah menoleh ke belakang, melihatnya lagi saat itu... karena airmata yang jatuh itu tak boleh diketahuinya.
Karena laki-laki amat membenci “tangisan” wanita.
Hujan yang mengguyur ,  jadi teman yang seolah mengerti tentang pergulatan hatiku menuju rumah kakakku.
Aku rela dibencinya, seumur hidupnya... asal didapatkannya belahan jiwanya, yang terbaik untuknya... dan itu bukan aku.
Kini... selalu ada di deretan lagu kesayanganku yang sangat bisa mewakili tentang gundah itu...
Mewakili semua kerinduanku... untuk yang kucintai segenap jiwaku.
Dimana pun aku..
Sejauh apapun langkahku..
“Hujan... kau ingatkan aku tentang satu rindu... di masa yang lalu... saat mimpi masih indah bersamamu...” (Satu Rindu  by Opick feat Amanda)

Monday, August 15, 2011

Anakku tersayang...

Beberapa hari ini, kegundahan terus menggalau di langit jiwaku. Kabar yang datang tiba-tiba mengetuk pintu sanubari. Ya.. kabar yang tidak bisa dikatakan baik.
Namun dengan keyakinan dan sepenuh jiwa akan selalu kuingat pesan sahabatku, bahwa "baik dan buruk itu sejatinya pasangan abadi".
Aku hanyalah seorang yang belajar untuk jadi bunda terbaik yang kalian miliki.. anakku,,
Saat gundah, sedih menghampirimu.. ingin tangan ini memelukmu dan menenangkanmu selalu serta mengatakan  "semua akan baik-baik saja.... sayang".
Tapi, maaf kalau tidak selamanya ibu ada untuk kalian.. ya,,
Saat kesibukan menggerus menyempitkan 24 jam yang kita punya... tak ada waktu untuk berbagi cerita, tertawa bersama,, terasa jarak bagaikan jurang dengan kalian.
Apapun yang terjadi.. kalian tetap permata hati ibu,,
Airmata ini, lebih untuk menguatkan hati untuk selalu bisa belajar sabar dan membebaskan hati..
Terimakasih.. atas usaha kalian belajar jadi anak terhebat, yang selalu menguatkan saat langkah ibu mulai terseok.
Cinta ini tak pernah lekang untuk kalian..