Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Friday, April 12, 2013

A THOUSAND YEARS...

PERTAMA

Berulang kali kudengarkan lagu itu... berputar di komputer jinjing yang setia menemaniku sejak dua tahun ini.  Terkadang sedih melintasi kalbu jika mengingat.. "hmmmm.. rasanya aku sangat mencintai ini, dibanding anak-anakku..", desahku perlahan, sambil terus mengetikkan kata-kata yang mengalir deras ketika aku suntuk dan jengah dengan hidupku.


Ingatanku langsung deras meluncur ke masa lalu, mengulang cerita yang terlewati ketika mendengarkan lagu ini... A Thousand Years yang dinyanyikan Christina Perry, sound tract  film kesukaanku "Twilight". Hmmm... syair-syairnya memiliki makna dalam, yang bisa mengobati kegalauan (hahahaha... seperti anak muda saja aku ini, ejekku pada diri sendiri)

Hei... siapa dirimu? Tanya hati yang kemudian menyeruak mengingatkan, bahwa yang membaca lembar ini belum mengenalku. Hmmm...baiklah... Mungkin... anda takkan pernah merasa kenal dengan aku, seorang wanita biasa yang berjuang meniti hari-hari dan masa depannya.

Aku bernama Aniesah Alviani.. penyiar Radio lokal (sebut saja Radio Gaga) yang memang 'terkenal' di kota kecil ini. Wow.. sombong nian.. aku ini.. , hatiku yang tak henti mengingatkanku.  Ok.. baiklah, memang aku bisa dikatakan terkenal kini, karena semua acara yang kusampaikan di Radio ini memang didengarkan oleh sebagian warga. 
Entah kenapa...
Kata teman-teman penyiar lain.. aku menggunakan cara yang berbeda untuk menyampaikan acara-acara yang diamanahkan padaku. Yaa... tentu saja.. karena itu aku adaptasi dari radio-radio yang kudengarkan di Surabaya, kota kelahiran yang tak begitu kukenal. Top 40's lah.. sementara yang lain masih menggunakan cara lama, yang tidak membutuhkan perputaran lagu yang sangat cepat.

"Assalamu'alaikum.... selaaamaaat paaagiii,, apaa kaabarr?? Ketemu lagi di 103,5 MHz bersama Vian di sini. Dan selama 1 jam ke depan.. ada banyak tembang manis yang akan Vian hadirkan untuk menemani aktifitasmu hari ini.  Jangan lupa.. jika ada request lagu yang ingin dihadirkan.. bolehlah.. kamu telfon ke.........", sapaku ramah pagi ini.
Aku mulai bercuap-cuap di jam 8 pagi, untuk menyapa warga yang mendengaran siaran radio yang didirikan untuk menjadi sarana hiburan dan dakwah di sini.  Hmmm... kini aku sangat mencintai pekerjaan ini..

Kalau kalian ingin tahu.. sebenarnya.. aku tak memiliki pengalaman apa pun di bidang ini.  Tapi ketika kusampai di kota ini, kebiasaanku yang tak lepas dari lagu-lagu ketika menjalankan aktifitas, mengantarkanku ke "candu akut".  
Hahahaha... sssttt... ga apa-apa yaaa... Pak Polisi, ini masih berdampak positif.. kok.. gumamku. 

Maka ingatan pun kembali melayang ada awal kisah cerita ini.
Dengan tingkat percaya diri yang sama parahnya, aku langsung menelfon Penanggung Jawab studio..

"Halo... Assalamu'alaikum..." sapaku.
"Wa'alaikumsalaaam..." jawab seorang laki-laki di seberang.
"Mas.. maaaf mo nanya.. apa Radio ini masih butuh penyiar??," tanyaku langsung.
"Hmm... memangnya kenapa?."
"Gini... Mas... saya ingin bergabung untuk menjadi penyiar, jika masih ada lowongan..," berondongku dengan rasa percaya diri yang tinggi (hahaha.. aku banget..).

"Hmm... namamu siapa?," tanyanya tiba-tiba.
"Ooooh... yaaa... luupaa.. Aniesah Alviani.. Mas," jawabku terkaget, baru menyadari aku lupa mengenalkan diri.
"Ok.... panggiilannya siapa??," tanyanya menyelidiki.
"Vian sajalah... Mas.."
"Bisa ga.. kita ketemu hari ini??," jawabnya kemudian.
"Haa... untuk wawancarakah..??", tanyaku yang tak percaya, karena bak "gayung bersambut".

"Gini... Vie, besok.. kamu boleh langsung siaran pagi, tapi... ebelum melakukan itu.. ada briefing pengoperasian alat-alat, yang harus kamu pelajari dulu. Makanya.. aku minta kita ketemuan, biar bisa aku ajari..", jelasnya ramah. 
Hmmm.... suaranya pun menggetarkan kalbu.  Pastinya lah.. suara penyiar itu harus memiliki wibawa, jawabku lirih, agar tak terdengar olehnya.

"Oke... Mas.. bisa kok.  Kita ketemu di mana?."
"Di depan Hospital tau ga.. Vian?"
"Oh... tahu... Mas. Tapiii..... ," tanyaku ragu.
"Tapi kenapa.. Vie??," tanyanya heran.
"Bagaimana saya bisa mengenali... Mas?  Kita kan belum pernah ketemu..."
"Ahh... sudahlah.. Memang kita belum pernah ketemu. Tapi pasti aku bisa mengenalimu..," dia menyakinkanku.
"Baaiklah.. tapi ngomong-ngomong.. nama Mas siapa ya..??," tanyaku ragu-ragu.
"Oohh... ya lupa, maaf ya Vie... panggil saja Sigar ya.. ."
"Baiklah Bang.. senentar lagi saya berangkat dari rumah..," tegasku sambil mengubah panggilan Mas menjadi Bang, karena namanya lebih terdengar dari Medan daripada Jawa. Hehehe...
                                                                                                                                            (bersambung)


No comments:

Post a Comment