Hujan,, kau ingatkan aku...
Pagi yang mendung membuat aku sedikit cemas menanti bis kota yang tak kunjung datang untuk
mengantarku ke tempat kerja, hari ini.
“Mudah-mudahan.. tidak hujan,” kataku dalam hati.
Sudah banyak yang mempertanyakan kenapa aku sangat tidak
menyukai hujan. Teman-teman dekatku
selalu “bete” dekat denganku jika hujan mengguyur.
“Kenapa kamu membencinya? kan... itu sangat dinanti pak tani
agar tanamannya tumbuh dengan baik.. , “
kata teman-temanku. Mereka merasa hanya
akan menjadi “kambing congek”, karena selalu aku acuhkan.
Hujan....
Hampir tak pernah aku ungkap mengapa...
Aku kurang
menyukainya, bukan membencinya... sebenarnya.
Hujan....
Saat itulah aku berusaha memupuskan semua rindu pada orang
yang sangat kuinginkan jadi “belahan jiwa”.
Menghilangkan semua jejaknya dalam pikiran dan hati. Guyuran hujan akan mengalirkan gundah itu
meresap kembali ke tanah, untuk tumbuh dengan bentuk yang berbeda.
Aku bukan tak mencintainya....
Gelora yang aku rasakan mengalir dalam urat nadi seperti darah yang menjadi pengisi jantung hatiku. Demi kebaikannya, demi masa depannya.. aku hanya harus melupakannya.
Gelora yang aku rasakan mengalir dalam urat nadi seperti darah yang menjadi pengisi jantung hatiku. Demi kebaikannya, demi masa depannya.. aku hanya harus melupakannya.
Aku harus membuatnya “membenci”-ku karena aku merasa bukan orang yang tepat baginya. Aku punya banyak alasan untuk apa yang harus aku lakukan untuknya.
Aku rela memendam dan menelan rasa benci yang diberikannya bagiku,
karena meninggalkannya tanpa “kata”, saat turun dari bis sepulang dari
Parangtritis.
Yang tak diketahuinya... aku tak pernah menoleh ke belakang, melihatnya lagi saat itu... karena airmata yang jatuh itu tak boleh diketahuinya.
Karena laki-laki amat membenci “tangisan” wanita.
Hujan yang mengguyur ,
jadi teman yang seolah mengerti tentang pergulatan hatiku menuju rumah
kakakku.
Aku rela dibencinya, seumur hidupnya... asal didapatkannya
belahan jiwanya, yang terbaik untuknya... dan itu bukan aku.
Kini... selalu ada di deretan lagu kesayanganku yang sangat
bisa mewakili tentang gundah itu...
Mewakili semua kerinduanku... untuk yang kucintai segenap
jiwaku.
Dimana pun aku..
Sejauh apapun langkahku..
“Hujan... kau ingatkan aku tentang satu rindu... di masa
yang lalu... saat mimpi masih indah bersamamu...” (Satu Rindu by Opick feat Amanda)
No comments:
Post a Comment