Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Wednesday, April 17, 2013

JIKA




Jika kau tanya aku..
Takkan ada jawabnya kini,
Jika kau ragukan aku..
Tiada lukanya lagi,
Jika kau ingin sendiri..
Biarkan aku melangkah dalam sepi,
                                                                   Mancarimu..
                                                                   Menembus ruang dan waktu,
                                                                   Memangkas belukar dan onak,
                                                                   Membukakan luka lama yang bernanah,
                                                                   Membuatku kembali menangis..
Dan..
Jika kau putuskan untuk tak pergi..
Kupeluk hatimu dengan rindu,
Kuhalang waktu melintas tua..
Kubentangkan keindahan tanpa kata.
                                                                             Semuanya..
                                                                             Jika kau inginkan aku dalam kasih,
                                                                             Jika kau tulus merengkuh mimpi,
                                                                             Tanpa ujung..
                                                                             Tanpa jeda..
Maka..
Walau jika semua tanpa bicara,
Biarkan sukma menelusur jalan..
Menerawang jauh..
Di batas anganku dan kau.

Monday, April 15, 2013

Chapter Review


Judul buku    :   The Discourse Reader
 Editor           :   Adam Jaworsky and Nikolas Couplan
Penerbit        :   Cambridge University Press, 1987

Chapter 9
OH AS A MARKER OF INFORMATION MANAGEMENT
Deborah Schiffirin

1.    Pokok-pokok artikel
            Dalam artikel ini diulas tentang bagaimana memahami kajian tentang penanda (marker) yang dapat memberikan kontribusi berdasarkan arti yang dikandung didalamnya.  Kemudian setelah memahaminya, dijelaskan bagaimana arti yang ada berinteraksi dengan konteks lanjutan dari sebuah penanda pada pengaruh dan interpretasi dalam kata “oh”.

            “Oh” digunakan tidak hanya berdasarkan arti semantik atau status gramatikal saja, karena secara tradisional kata ini dilihat sebagai kata seru.  Saat digunakan sendiri tanpa dukungan kalimat sintaktis “oh” diindikasikan untuk mengindikasi pernyataan emosional, seperti terkejut, takut atau sakit (Oxford English Dictionary 1971, Fries 1952).

            Lebih lanjut dikaji bahwa tanpa status sintaktis atau kontur intonasi diketahui bahwa “oh” digunakan pembicara untuk menyatakan orientasi pada sebuah informasi.  Pembicara bukan saja memindahkan orientasi selama percakapan berlangsung, tapi mereka mengganti informasi lama dengan informasi yang baru sehingga menjadi percakapan yang relevan.  Semuanya merupakan manajemen informasi yang dapat dikaji dengan berfokus pada perhatian yang menjadi target pembicara atau informasi manajemen lain.

            Secara rinci dapat diringkas pokok-pokok kajian yang ada dalam bab ini adalah:
  1. “Oh” dalam repair
Repair adalah aktifitas bicara yang ditempatkan pembicara dan mengganti unit informasi.

  1. “Oh” dalam inisiasi repair
“Oh” menampilkan inisiasi diri dan inisiasi repair lain.  Penggantian repair tidak hanya satu unit, dalam banyak kejadian pembicara mencari informasi untuk mengisi kesenjangan sementara saat pemanggilannya.

  1. “Oh” dalam repair pelengkap
Repairs menjadi lengkap apabila diganti dengan item baru: penambahan pelengkap dilakukan melalui konfirmasi penggantian.

  1. “Oh” dalam pertanyaan/ jawaban/ pengakuan
-          Pasangan pertanyaan/ jawaban
Pasangan pertanyaan/ jawaban adalah kedekatan pasangan yang menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat lainnya.  Dalam bahasa Inggris W-H question merupakan proporsi tidak lengkap.

-          “Oh” dalam pertanyaan
Pasangan pertanyaan/ jawaban yang sama sekali tidak terhubung secara dekat.  Beberapa permintaan klarifikasi diformulasikan sebagai bentuk sintaktik.

-          “Oh” dengan jawaban pengakuan
Pasangan pertanyaan/ jawaban seringkali diikuti respon penanya yang mengandung konten informasi jawaban yang dipaksakan.  Secara nyata variasi pengakuan bergantung pada apakah penanya menemukan jawaban pada pertanyaannya dengan informasi terantisipasi.

  1. “Oh” sebagai penerima informasi
Saat fokus pada aktifitas bicara di mana tujuan adalah memebrikan informasi manajemen dan yang mengubah struktur yang membantu pencapaian tujuan.

  1. “Oh” sebagai tanda pengenal
Pengenalan dalam iinformasi yang umum ditujukan secara percakapan, yang menghasilkan kemampuan kognitif untuk mencari informasi pada orang yang mengetahuinya.

  1. “Oh” dan pengambilan orientasi subjektif
Pembicara mengenalkan topik baru dengan mengaitkannya pada informasi yang dekat/ umum di telinga lawan bicaranya.

  1. “Oh” dan pengangkatannya dalam orientasi subjektif
Orientasi pembicara untuk sebuah informasi tidak hanya berkaitan dengan pengenalan dan penerimaan isi informasi pada percakapan yang sedang berlangsung.  Oreintasi juga melibatkan evaluasi informasi.

  1. Kenapa “oh”?
Dalam kajian penutup artikel ini menunjukkan bahwa “”oh” memiliki tugas yang berbeda pada pemberian informasi manajemen.  Hal ini menunjukkan tugas produktif dan reseptif, namun secara tegas dapt dilihat “oh” sebagai bentuk independen: pembicara dapat menganti, mengenali, menerima dan mengevaluasi ulang informasi tanpa verbalisasi melalui “oh”.
Tapi saran menggunakan “oh” memiliki pragmatik efek, tidak benar-benar menjawab pertanyaan “kenapa?”.  

Untuk menjawab pertanyaan ini bisa dikaji “oh” dalam situasi interaksi sosial sebagi berikut:
-          “Oh” mebuat saksi menjadi umum, membagi tempat pembicara dan pendengar
-          “Oh” menunjukkan individu pada status partisipasi spesifik dan kerangka kerja.
-    Berdasarkan permintaan pembicaraan tentang keseimbangan antara kepuasan kebutuhan satu dengan yang lain.

Akhirnya walaupun “oh” memiliki tugas sebagai penanda manajemen informasi secara kognitif, fakta bahwa hal itu memverbalisasi pembicara untuk penanganan yang memiliki konsekuensi interaksional.

2.     Istilah-istilah yang digunakan dalam artikel
a)      Understanding discourse
b)      Marker
c)      Semantic meaning
d)     Grammatical status
e)      Exclamation
f)       Interjection
g)      Initiate utterance
h)      Repair
i)         Self-repair and other self-repair
j)      Speaker intent
k)        Repair completion
l)    Acknowledgement sequence
m)      Elaboration request
n)      The status of information
o)      Recognition display
p)      Information receipt
q)       Shifts in subjective orientation
r)       Evaluation
t)       Intensity Exchange

3.     Ahli dan literatur yang dipakai dalam artikel
a)       Oxford English Dictionary 1971, Fries 1952
b)      Heritage 1984: 299
c)      Schegloff, Jeferson and Sacks 1977
d)     Carlson 1983
e)      Mehan 1979
f)       Labov 1984
g)      Goffman 1981: 144
h)      Goffman 1967;  Chapter 21; Lakoff 1973: Tannen 1984

A THOUSAND YEARS

 KEDUA

Sesaat... aku terdiam, di perjalanan yang terasa teramat panjang dan melelahkan.  Sebenarnya... sudah sering jalan ini terlalui.  Begitu hampa dan sendiri... walau terkadang... banyak damai dan cinta terasa.itu yang sudah berapa minggu kurasakan.  
Entah darimana asalnya..

Aku seorang yang gemar merangkaikan kata, menerjemahkan rasa dan menyampaikan langsung bunga kalimat pada sang penghadir ide.  Namun... belum mampu mengolah hati dan perasaannya sendiri. Selalu bersembunyi di bayang malam.

"Diam adalah emas.." begitu mematahkan pertahananku, untuk mengatakan secara jelas dan nyata tentang apa yang kurasakan.  
Mungkin... karena telah lama aku kehilangan belahan jiwa bertahun lamanya. Membuatku menjadi wanita mandiri yang membebaskan rasa hatinya, untuk mengembara di belantara kehidupan.

Hmm... sudahlah, kataku menutup pintu gundah yang memang tak jua tertutup.
Banyak persiapan yang  harus kubenahi malam ini, kataku perlahan dan menutup lembar kelam hati.

Kubuka komputer jinjing.. dan menanti sambungan internet untuk melihat email yang masuk.
Banyak berita yang masuk lewat laman-laman yang aku ikuti. Harus mulai dibaca dan dihapus agar tak membuat sesak.  Sesekali menjawab sms yang masuk dari seorang yang teramat kurindu.  
Haahaha... tawaku dalam hati, sambil melirik ke anak tertuaku, agar dia tak merasa bundanya.. sedikit "gila".  Huuufftt... untunglah.. desahku panjang.
Sedikit kurang masuk logika, jika ini benar terjadi padaku. Wanita yang sangat percaya bahwa segala sesuatu pasti ada alasannya.

Tak ada kesempurnaan dalam hidup, itu yang kubaca dalam sebuah tulisan.  Mungkin ini fase yang sedang kulalui. Vian telah berjuang untuk bangkit dari keterpurukan panjang.. dan ia berhasil.  Ini bukan apa-apa... kataku. Ibarat ombak... inilah saat yang tepat untuk melaju dengan papan surfing kan? (teringat pelajaran berselancar).

Di telingaku, terlantunkan lagu "Perahu Kertas yang berulang kali kudengar tanpa henti.  Memahami syair-syair lagu yang indah dan menenangkan.

Sambil membuat slide yang akan kugunakan presentasi, dan menyiapkan perlengkapan serta baju untuk pergi ke Jakarta esok pagi. Sesaat aku beranjak untuk melihat kedua jagoanku yang sudah terlelap.  Lekat kupandangi wajah mereka.. dan aah... betapa cepat waktu berlalu, yang sebagian besar tak kuketahui karena kesibukanku yang begitu padat.

Setelah itu,  kuputuskan mandi saja dahulu, walau malam telah beranjak larut.  
Aku memiliki kebiasaan ini sejak SMP, karena akan sangat sulit tidur nanti.
Kunikmati guyuran air di kepala, dan berkata.. "Alhamdulillah... yaa Raab, atas segala nikmat walau itu sakit sekalipun. Karena nafas yang Kau berika itu sangat bermakna untuk mengantarkan jagoan-jagoanku tumbuh bersamaku.."
Dingin pun segera menyeruak... namun itu tak lama karena secangkir kopi panas yang akan menghangatkannya kembali.  Haaahhahaha... lengkap sudah ini.. kebiasaan buruk yang jarang diketahui, tawaku lega.  Semua untuk kelapangan perasaan yang membelenggu.

Kulihat jam menunjukkan 23:21.. 
Sudah larut... bisikku sendiri.  Aku masih ingin menulis, karena rambutku pun masih basah.  Walau sebenarnya, aku harus sudah tidur karena akan menggunakan kereta yang berangkat paling pagi dari Bandung, untuk dapat mengejar jadwal seminar di Atma Jaya pukul 8.

Perlahan kuperhatikan slide-slide Power Point untuk melihat "dosa kecil" yang terlewat.
Selalu tersenyum ketika mengatakan hal itu, karena itulah yang teramat melekat dalam proses kuliah di kampus.  Kata yang kemudian mengantarkanku pada bidang analisis wacana, dan kemudian memberiku profesi sampingan baru sebagai editor lepas.

Oke, sempurna.. desahku penuh kepuasan. Kuputuskan untuk menutup semua tab yang kubuka, dan mematikan komputer.  Sambil menatap langit-langit kamar, aku melayangkan lamunan dengan hela nafas perlahan.  Memutar waktu ke masa yang teramat sulit kulalui sendiri.

Aniesah Alviani, seorang penyiar yang kemudian memutuskan meninggalkan identitas lama untuk "hijrah" pada kebaikan.  Melabuhkan harapan di Kota Kembang yang telah diimpikannya sejak kecil.  Akhirnya...

Aku bangkit, mengambil kopi yang kuseduh, kuminum perlahan.. dan.. kehangatan mulai terasa mengalir.  Kenikmatan inilah yang membuatku tak bisa jauh dari minuman ini. Kuletakkan gelas, dan tanpa sadar anak pertamaku yang menonton TV, mengambil untuk meminum kopiku. Hahahahaha... aku menertawakannya, karena ia terkecoh.. ternyata gelasku sudah kosong.  Dia selalu melakukan hal itu.. jika kuseduh kopi.  Mungkin memang terasa nikmat, jika meminum kopi tanpa menyeduhnya sendiri.

Melanjutkan perjalanan, Vian demikian aku biasa dipanggil, menuju kampus yang selalu menjanjikan damaian hati.  Melewati ruang HIMA dan terhenti di pengumuman yang tertempel di sana. Wah, asyik... kataku.  Ternyata ada kegiatan bakti sosial di Garut selama 1 minggu.  Lumayanlah untuk mengisi libur jelang keberangkatanku liburan untuk menengok orangtuaku di Yogyakarta.

"Kang... bagaimana kalau berminat sama kegiatan ini?", tanyaku sambil memasuki ruang HIMA yang memang jarang aku masuki.  Tujuanku di sini hanya untuk kuliah dengan baik dan cepat lulus, tekadku.  Melihat kebiasaan kakak kelas yang aktif di organisasi, menyurutkan niatku untuk aktif.  Sebagian besar mereka menyepelekan kuliah karena berkutat pada kegiatan-kegiatan HIMA.
Aaah... sudahlah hidup memang pilihan kan?

"Daftar saja.. tuuuh daftar di Henny," jawab Kang Budi sambil membereskan kertas-kertas di meja.
Hmmm.... tak tahan kutatap matanya, karena jujur aku sangat menyukainya, sejak bertemu di OPSPEK Jurusan di Pangalengan.  Wajahnya tampan, badannya tinggi dan tegap, pasti akan membuat leleh hati wanita yang melihatnya pada pandangan pertama. Ehm... ehm.. sudaaah... Vian, kataku dalam hati meredakan debar jantung yang kian tak menentu. Aku tak ingin salah tingkah, karena di ruangan ini banyak kakak kelas yang memang kutahu juga menyukai Kang Budi.

"Teh.. mau daftar," kataku sambil menunjukkan KTM
Teh Henny mengambil KTMku dan kemudian mencatat namaku. 
"Datang hari Sabtu pagi yaa... nanti briefing pas keberangkatan," jelasnya.
"Baik.. Teh.  Nuhun...  Mangga.. sadayana...," pamitku.

Aku bergegas menuju kelas, karena waktu kuliah telah dimulai 10 menit yang lalu..  
Hhuuuffttt... untung dosenku belum datang.
Tak sabar menunggu hari Sabtu tiba. Terasa laaamaaa..... *tersenyum*
(bersambung)










Sunday, April 14, 2013

DALAM HENING

 untukmu.. dalam diam
Kau bagaikan puisi yang tak pernah usai..
Jejak langkah yang terputuskan..
Kenangan yang terlalu manis..
Walau mungkin tak pernah kau tahu,
                                                                      Aku hanya sebuah koma..
                                                                      Takkan pernah menjadi titik bagimu..
                                                                      Bagai kalimat-kalimat manis..
                                                                      Dalam novel yang terasa hampa,
Entahlah..
Aku pun selalu tercekat..
Lalu terdiam..
Ketika perjalananku mengantarkan kembali..
Di palung kenangan yang pernah terlewati,
                                                                     Pernahkah..
                                                                     Kau rindukan aku dalam diam..
                                                                     Mimpikan aku pada kenangan..
                                                                     Atau..
                                                                     Menyebut namaku ketika terjaga di malam kelam,
Akhirnya..
Perjalanan hidup mengantarkanku..
Kembali menemukanmu..
Dalam bilik maya dengan batasan kaca,

                                                                      Dan..
                                                                      Mungkin tetap tak pernah kau tahu..
                                                                      Aku masih merindumu..
                                                                      Yang selalu kujaga dengan tanya..
                                                                      Terhiasi oleh tangis kelu..
                                                                      Agar semua kisah lama itu..
                                                                      Menjadi.... TITIK..
                                                                   
 (Memoarku: di Dangdeur'92)

                                                                     

                                                                   
                                                                     

Friday, April 12, 2013

A THOUSAND YEARS...

PERTAMA

Berulang kali kudengarkan lagu itu... berputar di komputer jinjing yang setia menemaniku sejak dua tahun ini.  Terkadang sedih melintasi kalbu jika mengingat.. "hmmmm.. rasanya aku sangat mencintai ini, dibanding anak-anakku..", desahku perlahan, sambil terus mengetikkan kata-kata yang mengalir deras ketika aku suntuk dan jengah dengan hidupku.


Ingatanku langsung deras meluncur ke masa lalu, mengulang cerita yang terlewati ketika mendengarkan lagu ini... A Thousand Years yang dinyanyikan Christina Perry, sound tract  film kesukaanku "Twilight". Hmmm... syair-syairnya memiliki makna dalam, yang bisa mengobati kegalauan (hahahaha... seperti anak muda saja aku ini, ejekku pada diri sendiri)

Hei... siapa dirimu? Tanya hati yang kemudian menyeruak mengingatkan, bahwa yang membaca lembar ini belum mengenalku. Hmmm...baiklah... Mungkin... anda takkan pernah merasa kenal dengan aku, seorang wanita biasa yang berjuang meniti hari-hari dan masa depannya.

Aku bernama Aniesah Alviani.. penyiar Radio lokal (sebut saja Radio Gaga) yang memang 'terkenal' di kota kecil ini. Wow.. sombong nian.. aku ini.. , hatiku yang tak henti mengingatkanku.  Ok.. baiklah, memang aku bisa dikatakan terkenal kini, karena semua acara yang kusampaikan di Radio ini memang didengarkan oleh sebagian warga. 
Entah kenapa...
Kata teman-teman penyiar lain.. aku menggunakan cara yang berbeda untuk menyampaikan acara-acara yang diamanahkan padaku. Yaa... tentu saja.. karena itu aku adaptasi dari radio-radio yang kudengarkan di Surabaya, kota kelahiran yang tak begitu kukenal. Top 40's lah.. sementara yang lain masih menggunakan cara lama, yang tidak membutuhkan perputaran lagu yang sangat cepat.

"Assalamu'alaikum.... selaaamaaat paaagiii,, apaa kaabarr?? Ketemu lagi di 103,5 MHz bersama Vian di sini. Dan selama 1 jam ke depan.. ada banyak tembang manis yang akan Vian hadirkan untuk menemani aktifitasmu hari ini.  Jangan lupa.. jika ada request lagu yang ingin dihadirkan.. bolehlah.. kamu telfon ke.........", sapaku ramah pagi ini.
Aku mulai bercuap-cuap di jam 8 pagi, untuk menyapa warga yang mendengaran siaran radio yang didirikan untuk menjadi sarana hiburan dan dakwah di sini.  Hmmm... kini aku sangat mencintai pekerjaan ini..

Kalau kalian ingin tahu.. sebenarnya.. aku tak memiliki pengalaman apa pun di bidang ini.  Tapi ketika kusampai di kota ini, kebiasaanku yang tak lepas dari lagu-lagu ketika menjalankan aktifitas, mengantarkanku ke "candu akut".  
Hahahaha... sssttt... ga apa-apa yaaa... Pak Polisi, ini masih berdampak positif.. kok.. gumamku. 

Maka ingatan pun kembali melayang ada awal kisah cerita ini.
Dengan tingkat percaya diri yang sama parahnya, aku langsung menelfon Penanggung Jawab studio..

"Halo... Assalamu'alaikum..." sapaku.
"Wa'alaikumsalaaam..." jawab seorang laki-laki di seberang.
"Mas.. maaaf mo nanya.. apa Radio ini masih butuh penyiar??," tanyaku langsung.
"Hmm... memangnya kenapa?."
"Gini... Mas... saya ingin bergabung untuk menjadi penyiar, jika masih ada lowongan..," berondongku dengan rasa percaya diri yang tinggi (hahaha.. aku banget..).

"Hmm... namamu siapa?," tanyanya tiba-tiba.
"Ooooh... yaaa... luupaa.. Aniesah Alviani.. Mas," jawabku terkaget, baru menyadari aku lupa mengenalkan diri.
"Ok.... panggiilannya siapa??," tanyanya menyelidiki.
"Vian sajalah... Mas.."
"Bisa ga.. kita ketemu hari ini??," jawabnya kemudian.
"Haa... untuk wawancarakah..??", tanyaku yang tak percaya, karena bak "gayung bersambut".

"Gini... Vie, besok.. kamu boleh langsung siaran pagi, tapi... ebelum melakukan itu.. ada briefing pengoperasian alat-alat, yang harus kamu pelajari dulu. Makanya.. aku minta kita ketemuan, biar bisa aku ajari..", jelasnya ramah. 
Hmmm.... suaranya pun menggetarkan kalbu.  Pastinya lah.. suara penyiar itu harus memiliki wibawa, jawabku lirih, agar tak terdengar olehnya.

"Oke... Mas.. bisa kok.  Kita ketemu di mana?."
"Di depan Hospital tau ga.. Vian?"
"Oh... tahu... Mas. Tapiii..... ," tanyaku ragu.
"Tapi kenapa.. Vie??," tanyanya heran.
"Bagaimana saya bisa mengenali... Mas?  Kita kan belum pernah ketemu..."
"Ahh... sudahlah.. Memang kita belum pernah ketemu. Tapi pasti aku bisa mengenalimu..," dia menyakinkanku.
"Baaiklah.. tapi ngomong-ngomong.. nama Mas siapa ya..??," tanyaku ragu-ragu.
"Oohh... ya lupa, maaf ya Vie... panggil saja Sigar ya.. ."
"Baiklah Bang.. senentar lagi saya berangkat dari rumah..," tegasku sambil mengubah panggilan Mas menjadi Bang, karena namanya lebih terdengar dari Medan daripada Jawa. Hehehe...
                                                                                                                                            (bersambung)


Thursday, April 11, 2013

MAAF.....

Malam ini menjadi indah..
Karena hadir tanpa tanya,
Pergulatan panjang pun terlalui..
Malintasi hati-hati sahabat yang menemani, 
                                                                      Aku tetap di sini..
                                                                      Dalam hati yang ingin tenang,
                                                                      Tanpa tanya yang melimpah..
                                                                      Yang kemudian menguap tanpa jawaban pastimu,
 Aku tetap sahabatmu..
Di mana pun kau berada kini,
Dan aku..
Tetap jadi belahan hatimu,
Jika tetap kau inginkan itu,
                                                                       Maaf..
                                                                       Itu yang terucap,
                                                                       Jika kau diam dalam jiwa..
                                                                       Mati dalam rasa..
                                                                       Kelu dalam kata,
Mungkin..
Aku tak cukup layak..
Untuk memahami gejolak amarah,
Atau memang tak jua mengerti..
Bahasa jiwa yang tersampaikan dalam sunyi,
                                                                        Aku bukan Sang Dewi,
                                                                        Yang sempurna dalam wajah..
                                                                         Lalu cantik dalam tutur..
                                                                         Serta manis dalam sikap..
Aku hanyalah manusia biasa..
Yang penuh dengan tanya,
Hadir dengan duka,
Menangis jika terluka..
                                                                         Maka..
                                                                         Pahamiku dalam kata..
                                                                         Sayangiku dengan rasa..
                                                                         Rangkul aku penuh cinta..
Jika pun itu terasa tak layak kupinta..
Maka..
Terima saja aku apa adanya..
Sebagai aku yang memang tak sempurna.

(Bandung,  Feb 2013)