Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Tuesday, February 3, 2015

(Hanya) Butiran Debu

Aku bukan pujangga...
Ini diriku, apa adanya....

Samar deretan lagu mengalun dari playlist. Terus menulis untuk memberi oksigen untuk paru-paruku. Menyesak tanpa batas.
Aku sedang membenci diriku sendiri.
Menyembunyikan tangis dari Aira. Tak ingin melukai hatinya.
Tuhan,
Aku sedang kehabisan kata-kata untuknya.
Hanya bisa menitipkan rindu dari jauh.
Begitu jaauuuhh...rasanya, jarak yang terbentang ini.

"Sayaang, mau roti bakar ga?", tanyaku pada Aira yang sedang menghabiskan susunya, sambil tertawa riang menatap kartun kesukaannya..
"Yaa..Bunda, jawabnya singkat, ...pakai coklat yaa.." lanjutnya kemudian.
"...mmm, lupa yaa..," ujarku sambil mengusap rambut ikalnya.
Mata sipitnya tertegun, menatapku penasaran.
"Apa..Bunda?"
"....tooloong."
"Oo..iyaa, maafkan Aira..Bunda.  Toloong, pake coklat.."
Ia memelukku erat.
Duuhh, Tuhan..
Terimakasih telah mengirimkannya padaku sebagai pelipur lara.
Di antara keterbatasan waktu, kepedihan dan semua kejadian yang (mungkin) mendewasakanku, Aira adalah hadiah terindah dari Tuhan. Walau aku merasa (hanyalah) butiran debu.
***

Haaii...haaiii, apa kabar semua? Cuaca memang sedang mendung yaa, tapi izinkan Vie menemani kalian yaa.. 
Untuk sekedar berbagi rasa, di antara deretan tembang.
.....,

Sejurus kemudian, di tengah lagu yang kuputar, Eggi mengetuk kaca.
"Apa..?" tanyaku
"Nanti beres siaran temui aku yaa.."
"Ok."
Dia berlalu tanpa memberikan penjelasan untuk kerut keheranan yang tergambar di keningku.
***

"Ada apa..Gi? Tumben cariin gue."
"Aahh..bahasa lo. Kesannya gue cuma nyariin kalau terjebak dalam masalah..," jawabnya sambil meninju pelan bahuku.
Sahabatku ini memang tak banyak bicara. Dia selalu mengingatkanku.
..batasi bicara lo, ga semua orang suka sama ocehan lo.
..lo tau ga, banyak yang suka bicarain lo..Vie, di belakang lo.
..teman tak selamanya jadi teman...
...dst.
Yaa, kuakui..
Memang aku terlalu banyak bicara. Seringkali spontan bicara, dan menyampaikan kritik.
Hhhmm, diam itu memang emas (nampaknya).
"Lo lagi ada masalah? Muka lo kusut banget."
Mmm...duuhh, beri aku kekuatan.
"Gi..apa tujuan hidup gue?"
"..eehh, buuseet.. istighfar Vie. Otak lo kram yaa..?"
"Ngga..cuma gue putus asa..Gi. Di keluarga, temen dan tempat kerja, gue berasa ga ada.."
"Duuh...Vie, parah lo yaa.. mungkin lo butuh di ruqyah. Jelek gitu pikiran lo. Semua perjalanan ambil hikmahnya. Kita kan ga harus selalu mempertanyakan semua kejadian."
...ruqyah...
Kata itu seperti memanggil Dy. Dia pernah mengatakan itu.
Menurutnya, aku terlalu "aneh" dan negatif.
Hhhh, aku hanya (terlalu) trauma.
"...Viiiiee...."
Aku terkesiap, tersadar dari lamuunan yang kucipta.
"..iyyaa...Gi."
"Giihh.. lo langsung pulang yaa.. bahaya kalau bengong terus gini. Teu konek wae.., suruhnya, hati-hati di jalan. Kalau lo udah siap cerita, hubungin gue..yaa?"
Aku pun terdiam, dan mengangguk.
***

Secangkir kopi hitam kental telah menemani pagiku.
Terbangun dengan pening.
Aira sedang menginap di rumah ibu untuk mengisi liburannya. Aku tak bisa menemaninya sepanjang waktu.
Pekerjaanku terlalu menumpuk.
Dy,
Di mana..dirimu kini?
Kenapa semua harus tanpa kata.
Katakan sesuatu..
Aku, putus asa!
Bantu, sederhanakanlah..pikiranku.
Lakukan sesuatu.
Sebelum aku bunuh diri.
***

No comments:

Post a Comment