Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Tuesday, July 30, 2013

TEPIAN WAKTU: Sahabat Hati (Laa Tahzan.....)

Langkah yang gontai hari ini, menyeruakkan sejuta tanya.  Dan baru kemudian kusadari.  Menemui jawabannya di ujung hari.  Alasan aku pergi sendiri, memang tak bisa kukatakan pada siapapun.  Termasuk pada Dy.  Aku hanya ingin menepikan waktu ini sendiri.  Menenangkan hati dan fikiranku yang selalu berdebat tentang apa yang kuyakini.  Mengusik ketenangan hari-hari.

Kuambil tempat di pojok.  Sofa yang teramat nyaman.  Tempat ini adalah salah satu tepian yang amat menyenangkan.  Salah satu favoritku dan Dy.  Kopi yang disajikan di sini diracik khas Italia.  Maka hanya penikmat kopi sejatilah yang bisa menikmati rasanya.  Sangat kental dan pahit.  Yaa.. itulah 'kesejatian' kopi.  Letaknya yang dekat dengan kampus, tempat kosku dulu, membuatku merasa nyaman di daerah ini. 
Just feel hommy.

Maaf yaa... merepotkanmu..

Apa aku merepotkanmu...??

2 pesan singkat yang masuk pada HPku ini, jujur teramat membuatku sedih.  Aaaahh.... kenapa pertanyaan ini tak pernah berhenti.  Sejak pertama kali menginjakkan kaki di sini.  Di kota ini.  
Kenapa?  Tanya yang terlempar dalam sepi... hanya dijawab dingin olah angin.  
Kesunyian itu memang menyakitkan.  
Sulitkah untuk menerimaku dengan semua keikhlasan didalamnya?

Mengapa pula... pertanyaan ini hadir darimu... (juga)... Dy? Tanyaku perih.  
Buliran bening tak terasa mengalir perlahan.  Menetes tak tertahan.  Ini yang selalu membuat kacamataku mengembun.  Kubuka sejenak, kuseka dengan tissue yang memang selalu ada dalam tasku.  Lalu kulanjutkan apa yang harus kulakukan.  Aku terus mengetikkan apa yang ingin kutuliskan kini.  
Periih.. nian kini hati yang sebenarnya pergi dengan luka.  Tak bisa kusembunyikan.   Sinar mataku pudar.  Tak ada semangat yang biasanya ada dalam keseharianku.  Kini... aku benar-benar terpuruk dengan tumpukan gundah yang seolah tak bertepi.

Di ujung sana... bisa kurasakan hal yang sama.  Apakah memang kau alami suatu hal.. Dy?  
Hal yang tak ingin (juga) kau ungkap padaku.  Karena kurasakan pula kelelahan hatimu...

Kusesap kopiku perlahan.. Gambar hati yang terlukis di atasnya, seolah mengejekku. Jika bersama Dy, akan kukatakan.. inilah hatiku.  Untukmu.  Ia tertawa lebar.  Walau semu merah di pipinya, semburat menyiratkan kehalusan perasaannya.  Ia memang tak pernah begitu terbuka terhadap apa yang dirasakannya.

Hhhmmmmmhhh... hela nafas panjang kuharapkan mampu mengurangi energi negatif yang kurasakan kini.   Tuna sandwich  menjadi menu buka puasaku kali ini.  Nafsu makanku 'memarah'.  Berat badanku pun menyusut drastis.  Aku tak ingin pulang ke Yogya, dalam kondisi seperti ini.  Tak sanggup melihat tatapan Ibu, yang pastinya akan mempertanyakan hal ini. 

Sesaat, aku terhenti mengetik.. Mengunyah perlahan sandwichku.  Membaca tulisan yang terakhir ada di blogku.  Hhhhhmmmhhh.... kembali menghela nafas.  Lama nian rasanya sudah, tak kutepikan waktu bersamanya.  Aaahhh... bagaimana mungkin 48 jam ini terasa menyakitkan.

Kau yang tak ingin tepikan waktu bersamanya kan... Vie, bisik hatiku.
Yaa.. karena aku tak mungkin menemuinya dalam kondisi seperti ini, sanggah otakku.  Aku akan temuinya esok, walau rinduku terasa 'membunuh'.  Aku tak ingin menjadi beban fikirannya.

Kembali, pergulatan hati dan otak terjadi.  Akhir-akhir ini teramat sering terjadi. Entahlah....
Dy memang tadi menanyakan, apakah hari ini kami dapat bertemu.  
Hari ini banyak yang kulakukan..  itu jawabku.  Alibiku.  #maafkan lah... Dy.

Besok.. yaa, Dy..
Kutepikan waktu (lagi) denganmu...
Setelah kutuntaskan perasaan teramat gundah ini sendiri.

Kulemparkan sejenak pandangan ke sekitar kafe ini.  Hanya ada 6 meja.  Pengunjungnya memang tak banyak.  Beruntung, kali ini aku kebagian sofa.  Jika Dy ada di sini, pastinya sangat kunikmati perjalanan waktu yang mengalir ini.  Ehhhmmmmm.... #maafkanlah... (lagi) Dy.  

You knew... today I said it over and over again, to release my hard feelings of days. 

Tulisanku tentang 'samsara' memang membuktikan pada satu titik.  Rasa yang seharusnya kutepikan.  Kuputuskan segera.  Aaarrgh... semua tak semudah kata-kata, kilahku.  Masih banyak yang harus kupertimbangkan.  Hanya berharap dan menjalani.  Tuhan Maha Tahu, kapan waktu terindah untuk ini.  
Tak apalah.... merasakan musim berganti.
Mentari senja ini masihlah indah..
Walau melihatnya sendiri... (ssstttt.... tetap lebih indah jika kulihat ini bersamamu.. Dy)
Mari melihat lebih baik saja... (berkenankah.. kau, Dy?)

Hari ini akan berakhir, dengan tepian waktu yang kujalani sendiri.  Hanya belajar, melihat lebih baik.  Menjadi diri sendiri.  Menyelesaikan masalahku sendiri dulu.  Menimbang baik dan buruknya.  Setelah kutemukan jawabannya... pasti aku membutuhkan dirimu.  Seperti yang telah kaulakukan selama ini.

Kulihat jam tanganku.  19.30 WIB.  Aku harus segera pulang.  Walau kini.. tak pernah kurisaukan, apakah akan terkunci di luar atau tidak.  Kupasrahkan semua kejadian, kuterima dengan lapang dada.  Ada Masjid yang selalu terbuka untuk backpacker.  Kulipat netbookku. dan segera menyesap habis kopi dan sandwich yang masih tersisa.  Membayar di kasir dan bergegas menuruni anak tangga.  Lantunan ayat-ayat Al-Qur'an masih terdengar.  Sholat Tarawih di Masjid kampus ini belumlah usai.  Hatiku sedikit merasa nyaman kini.  Itulah aku.. 
Hanya butuh waktu 'duduk' terdiam... membiarkan waktu berlalu..  menghentikan pergulatan hati...

Penumpang angkot yang kunaiki, tak begitu banyak.  Yaa.. sebagian mungkin telah menepikan harinya di peraduannya.  Itu pula yang dilakukan Dy.  Sesekali pesan singkatnya masuk.  Dialing nomernya, karena aku ingin menjelaskan langsung, walau pasti akan diketahuinya.. aku belum menepi di rumah.  Tak apalah..  Hhhmmmhh... di-reject.  Sibukkah kau.. Dy?  Atau kau memang sedang tak ingin bicara?
Pesanmu masuk, menegaskan.. hanya ingin bertanya saja.  

Dy,
Aku memang tak begitu bisa membacamu hari ini.  Karena perasaanku tengah 'tak' murni.  Hanya kegalauan yang kurasakan semakin pekat dengan pertanyaanmu yang tiba-tiba.  Menyesakkan dada. 
Mungkin... kaurasakan pula apa yang tengah terjadi padaku.  Atau memang kita berdua sedang terjebak dengan masalah yang tak terkait.  'Soulmate' itu memang terikat batin.  Hingga kegundahan itu bisa jadi terasakan berdua.  Hanya keterbukaan yang bisa mengurainya.  
Perlahan saja... kabut itu akan pergi.
Yakini saja...

dan Dy,
Tahukah kau... 
aku hampir yakin kau ada di kelelahan hatimu, ketika kau katakan ingin terlelap (dulu).

My pleasure... Dy.  Just take your time as I did today..
've nice sleep and ureshii yume.....

S'moga kau baik-baik saja..
*cemas

Itulah yang terketik, dan tepat ketika sampai di depan pintu rumah.  Masih ada cahaya.  
Pastilah masih ada yang terjaga.   Yaa.... Alhamdulillah.
Mengucapkan salam dan langsung meletakkan tas di kamar.  Tak ingin bicara banyak.  Bergegas ke kamar mandi.  Ingin segera mandi.  Membuat kopi panas.  Aroma minyak kayu putih dan parfum Estee Lauder favorit membaur dan sejurus kemudian menyeruak dari kamar tidurku.

Kembali kubuka netbookku, dan melanjutkan tulisan ini.  Sambil menemani Dy terlelap.  Bisa kurasakan lelahnya.  Yang berusaha ditutupnya.  Wajahnya tetap teduh.  Sesekali mengubah posisi tidurnya, tapi tak banyak. Tak pernah kurasakan kejenuhan setiap kali mendapat kesempatan memandangi wajahnya.  
Selalu ingin membelainya perlahan, mengecup pipi dan membisikkan lembut "I love you.." di telinganya.  

Gee.... baik di dunia nyata atau mimpi, kau tetap tenang... Dy.  
Amat kagum untuk ketenangan dan damaimu ini.. 
Aku harus belajar banyak padamu, tentang pengendalian diri ini...
Ajari aku yaa...

Dy,
Pagi itu akan ada kan?
Di mana setetes embun mengusap pedih hati..
Matahari pagi itu (pasti) terbit kan?
Menerangi jalan gelap gelisah hati...
Yakinkan aku..
Kau tetap ada kan?
Walau sekejap..
Jika terlintas..
Bahkan sekilas...
Bisakah kau pastikan itu kan?
Karena ketika diizinkan..
Kupinta,
Dirimu Sahabat Hati dapat temaniku..

Di pangkuanku, kuingin kau bisa terlelap hingga pagi.  Menyandarkan lelah yang bisa terurai perlahan.  Hadirkan damai di hatiku dan hatimu.  Izinkan saja... kulakukan itu, jika kau (tetap) inginkan itu.  Tanpa jeda, ruang dan waktu.  Seperti selalu kau izinkan, aku meminjam bahumu, genggaman tanganmu.. yang selalu bisa menguatkanku.  

Tahukah kau... 
Malam ini kau tetap temani aku... Walau di alam lelapmu sekali pun.  Jaket yang kukenakan ini, teramat lekat dengan aroma parfummu.  Emotion.... 
Juga selalu kuatkanku manakala rapuh, jelang tidurku...

Makasiyyy....Dy,
Untuk semua tepian waktu yang (telah) dan (masih) terluang untukku..
Izinkanlah....
*hugs, kisses*

No comments:

Post a Comment