Perjalanan menuju kampus yang teramat
panjang, membelah kemacetan Bandung. Ini memang hari Sabtu. Hingga
kepadatan lalu lintas akan terasa teramat menyiksa. Serbuan pelancong
dari luar kota.
Hmmm... akhirnya, kuputuskan untuk mengubah setting template HPku.
Kini lebih terasa jiwaku.
Antara ada dan tiada...
Hmmm... akhirnya, kuputuskan untuk mengubah setting template HPku.
Kini lebih terasa jiwaku.
Antara ada dan tiada...
Kupandangi wajah yang tengah terbaring dan terpulas di sampingku. Begitu damai. Otakku tak henti berhenti berfikir. Hatiku tak henti merasakan. Sakit nian perasaan yang terasa kini.
Perasaan yang kubawa
ketika meninggalkan 'Kopi Progo' tempat kami menepi malam ini. Berulang
kali kuusap punggungnya, ketika membelah malam dan kemacetan. Salah
satu kebiasaan yang kulakukan, jika dalam keresahan. Berulang kali Dy
menoleh padaku.
"Ada apa..?"
".........."
".........."
Tak
mampu kujawab pertanyaannya karena bingung menguraikan keruwetan
perasaan yang tengah kurasakan kini. Otak dan hatiku tak henti berdebat
sepanjang perjalanan pulang.
Otak: Vie.. tak seharusnya kau membiarkan ini terjadi.... sejauh ini. Teramat menyiksa...
Hati: Come on! tak ada yang salah atas apa yang kaurasakan... Cinta tak pernah memilih.
Kau tak mencarinya. Dia pun tak mencarimu.
Kalian dipertemukan atas kehendak Yang Maha Esa.
Kalian dipertemukan atas kehendak Yang Maha Esa.
Otak: Tapi... jika benar semua rasa ini, tentunya takkan menyakitkan.
Hati: Pernahkah kau tahu tentang 'soulmate'? Kekasih hati... kekasih batin...
Sahabat yang menjabat erat hati. Terikat dengan sangat lekat.
Namun hanya bisa dirasakan dengan kemurnian perasaan.
Vie,
tak harusnya kau biarkan pergulatan hati ini. Berhentilah sejenak
berfikir, berhentilah sejenak merasakan. Nikmatilah kesunyian. Dan 'believe in your heart and you shall never go wrong'.
Aku
memang sedang berada di kamarku sendiri. Namun ketika memejamkan mata,
kulihat Dy tengah terlelap di kamarnya. Hhhmmmh... 'portal' itu terbuka
kembali.
Hela nafas panjang yang
selalu kulakukan jika kejadian seperti ini terjadi. Yaa.. kemampuan ini
kumiliki sejak kecil, tanpa kusadari. Kakekku mewariskannya tanpa
kuketahui. Di masa kecilku, sebagai cucu kesayangannya, aku memang
selalu mengikuti kemanapun beliau pergi. Bakat melukisku pun kudapatkan
darinya. Melukis dengan sukma dan 'jiwa'.
Tak
pernah kusadari kemampuanku ini, sebelum ada tetangga yang iseng
'mengerjai' keluarga kami.
Dan... begitulah... 'portal' yang kusebutkan itu, tanpa batas ruang dan waktu. Sempat kusangkal keras kemampuan ini, karena aku memang tak terlalu ingin. Tapi... biarlah kini aku berdamai dengannya. Menikmatinya sebagai 'the gift' dan mencoba membantu sesama. Tanpa dirasakan mereka...
Dan... begitulah... 'portal' yang kusebutkan itu, tanpa batas ruang dan waktu. Sempat kusangkal keras kemampuan ini, karena aku memang tak terlalu ingin. Tapi... biarlah kini aku berdamai dengannya. Menikmatinya sebagai 'the gift' dan mencoba membantu sesama. Tanpa dirasakan mereka...
Kuhentikan ketikanku, termenung. Memandangnya ketika terlelap adalah sebuah pemandangan yang luar biasa memberikan efek damai dalam hatiku.
Dy... tahukah dirimu... aku ada di sini, di sampingmu...bisikku lirih. Di telinganya, dan mengusap pipinya. Perlahan dan mengecup pipinya. Ritual yang sangat menentramkan hatiku. Bersamanya.. baru kurasakan perasaan teramat disayangi.
Kulanjutkan ketikanku. Dengan ketukan yang teramat pelan saja, karena tak ingin membangunkannya. Aku masih di sini. Di kamarnya. Sambil
duduk di sampingnya, menemaninya terlelap...
Entah... apakah bisa dirasakan olehnya kehadiranku ini atau tidak...
Aku terus mencoba memahami arti 'soulmate' itu. Kedekatan perasaan yang kurasakan pada Dy. Yang kini tengah merajut mimpinya. Menyandarkan lelahnya, setelah menjalani tahapan ujian yang memang harus dijalaninya. Tetap kutemaninya... Karena itulah janjiku. Janji yang tak kuucapkan, karena itu kucatatkan dalam hati.
Entah... apakah bisa dirasakan olehnya kehadiranku ini atau tidak...
Aku terus mencoba memahami arti 'soulmate' itu. Kedekatan perasaan yang kurasakan pada Dy. Yang kini tengah merajut mimpinya. Menyandarkan lelahnya, setelah menjalani tahapan ujian yang memang harus dijalaninya. Tetap kutemaninya... Karena itulah janjiku. Janji yang tak kuucapkan, karena itu kucatatkan dalam hati.
Menurut
buku yang kubaca, menemukan "kekasih hati", adalah satu kesempatan yang
harus disikapi dengan positif. Kesempatan yang jarang terjadi, walau
bukan tidak mungkin. Ia belum tentu orang yang ada di sampingmu kini,
belum tentu orang yang kau cintai atau kasihi di masamu kini.
Kukatakan Dy sebagai 'soulmate',
karena di kehidupan masa lalu aku selalu dapat merasakannya. Sangat mengenalnya. Mencintainya sepenuh jiwa. Kami ditakdirkan sebagai sepasang
kekasih yang terikat secara lahir dan batin.. (dulu). Di kehidupan yang telah lalu.
Namun di kehidupan ini, hanyalah batin yang tertaut. Kami telah memiliki kehidupan masing-masing, dengan bentangan waktu yang teramat lebar. Memang adakalanya, garisan takdir Tuhan yang mempertemukanmu dengan "belahan jiwa" mu itu, akan hanya terikat oleh batin saja.
Perasaan itulah yang mempertegas deJa Vu.
The circle of live.. syukuri saja!
Namun di kehidupan ini, hanyalah batin yang tertaut. Kami telah memiliki kehidupan masing-masing, dengan bentangan waktu yang teramat lebar. Memang adakalanya, garisan takdir Tuhan yang mempertemukanmu dengan "belahan jiwa" mu itu, akan hanya terikat oleh batin saja.
Perasaan itulah yang mempertegas deJa Vu.
The circle of live.. syukuri saja!
Walau
sering terjebak dalam perasaan yang teramat dalam, merasa amat
memilikinya, seperti dulu. Aku selalu tetap berusaha mengandalkan
rasioku.
Aaahh... (jeritku dalam hati)
Jujur... tak mudah Dy..
Hmm...
Hari
ini.. sejak pagi, aku sudah disibukkan dengan berbagai urusan yang
harus kuselesaikan secepatnya. Janji adalah hutang... Vie. Hatiku
mengingatkan berulang kali. Maka segera bergegas secepat mungkin melakukan apa yang menjadi kewajibanku.
Jadi mo ke kampus?
SMSnya
masuk di tengah kesibukanku. Aku tersenyum. Mungkin ia resah, atau
memang belum begitu mengenalku. Walau terkesan cuek dan slebor, aku
memang pribadi yang teramat teguh memegang janji. Dan... manalah
mungkin, aku bisa melepaskan satu hari tanpa bertemu dengannya??
Manalah mungkin pula.. aku tak hadir memberikan support untuk fase yang penting dalam hidupnya. Itu salah satu janji hatiku. Sebelum impianku membentangkan jarak yang teramat jauh.
Walau.. tak pernah mampu kukatakan pada Dy, bagaimana tercampur aduknya perasaanku. Melihatnya masuk, dengan setelan jas dan dasi yang rapih. Ehhmm.. tampan. Persis seperti yang terlihat sebelum bertemu dengannya. Dengan mata hatiku. Yay! Masa itu semakin dekat.. bisikku dalam hati. Masa yang tak bisa kubayangkan, nanti di kelulusannya dari kampus ini. Sesaat.. perih dalam hati terasa pekat.
Well... Dy, masih mungkinkah ada tepian waktu itu bersamaku.. nanti??
Keresahan
tanpa kata yang kulemparkan pada dinding bisu kamar. Aku langsung
mengigil tiba-tiba. Bukan karena dingin. Ketakutan yang teramat
menusuk-nusuk hatiku. Tak terasa.. butiran bening itupun mengalir
perlahan di mataku, membuat kabut yang menghentikanku mengetik.
Sesaat. Kubuka kacamataku, membersihkan kaca yang mengembun dan
menghapus airmata itu.
Gee... Vie,
Kenapa tak jua kau belajar untuk menegarkan diri dan menguatkan hatimu.
Cepat atau lambat.......
Kenapa tak jua kau belajar untuk menegarkan diri dan menguatkan hatimu.
Cepat atau lambat.......
Suara
itu muncul tiba-tiba. Hangat, lembut dan penuh kasih. Selalu
kurindukan sosoknya. Yang memang tak pernah kasat mata. Selalu
menemaniku, ketika aku terpuruk dan berusaha bangkit kembali.
Eeehhhmmm... tak tahukah kau... Dy, perasaan 'merindu' ini terasa amat membunuhku kini..
Maka
tepian waktu yang terbatasi oleh sejumlah rutinitas yang membelenggu, tak akan dapat menghalangi peluang yang akan selalu kuambil untuk
menemuinya. Satu hari lagi, kesempatan untuk bisa mendekapnya erat.
Menyentuhnya secara nyata, dan diketahuinya. Disadarinya.
@campus. Where r u?
Langsung kuketikkan itu ketika menjejakkan kaki di sini. Hmmm... ada bazaar dan keramaian. Tak kusangka akan ada keramaian yang terjadi sore ini. Tak apalah...
Aku
tak pernah menyamarkan kedekatanku dengan Dy. Tak juga kupusingkan
bagaimana orang akan mengomentari itu. Whatever..! Karena itu memang
tak penting...
"Vie...
ngapain di sini? Ada ngajar? " Tiba-tiba Nana kaget menemukanku di
kampus. Kupegang lembut bahunya dari belakang, memberitahukan
kehadiranku.
"ga..."
"Terus..?"
"Sengaja aja datang. Yaa.. kan ada bazaar.. terus ada sidang.."
Sengaja menyampaikan pesanku pada Nana secara implisit saja. Karena di
ruang itu banyak orang. Hhhhmmhhfft... tak disadarinya ternyata.
Biarkan sajalah...
Sahabatku
ini, lalu disibukkan oleh percakapan dengan sahabat dekatnya yang
lain. Hingga akhirnya, kuputuskan duduk di lobi kembali. Sejak awal
kehadiranku, aku hanya terduduk di sini. Ingin menenangkan diri.
Lompatan-lompatan kepedihan dalam hatiku ini harus teredam sebelum aku
bertemu dengan Dy.
Sudah selesai. Otw ke G....
Jawaban
singkat yang mendadak itu, cukup mengejutkanku. Eeehh... bagaimana
ini, aku belum bisa bernafas dengan normal. Mengatur hati untuk tak
terlalu terlihat 'terbunuh'.
Aaahhh.... hhmmmhhhh, hela nafas yang teramat panjang pun kulepaskan. Meringankan perasaan.
Dy
melangkah dengan wajah yang menyiratkan kelelahan. Yaa... aku pun
pernah melalui ini. Tak mudah memang. Kutatap wajah itu dalam diam
dan teramat dalam. Melihatnya, mengusap wajah dengan tissue basah yang
berasal dari dalam tasku. Hhhmmppfft.. Dy, tahukah dirimu... Jika tak di
kampus, tentunya sudah kupeluknya erat, memberimu semangat. Mengusap
sejenak lelahmu...
Sssshh... Vie, tenangkan dirimu.. kay?
Sssshh... Vie, tenangkan dirimu.. kay?
Perjalanan waktu yang bergulir.. mengantarkan percakapan yang cukup menenangkan hatiku sesaat. Yaaa... sesingkat apapun waktu yang ada bersamamu, sudah teramat kusyukuri. Menatapmu dalam dan lekat, selalu dapat menghalau kesunyianku. Menghapus lara..
Take care... kay?
(bukan 'kay....u bakar'..??) yaa...
(sstt.. terkulum senyum, seraya menatap wajahnya).
(sstt.. terkulum senyum, seraya menatap wajahnya).
Terasa teramat berat buatku, kini....
Melepaskannya, menatap punggungnya ketika usai mengantarkanku.
Teramat merindukannya...
Kembali mengatakan " I love you..." or "I missed you.. too.."
Mungkin tak pernah disadarinya, ketika dikatakan itu (dulu)....
"ceeess..." dingin yang meredam kegundahan hatiku. Menjembatani suka dan duka yang cepat berganti dalam hidupku kini.
Selalu mampu kunikmati perasaan nyaman itu bersamanya. Merasakan kekuatan dalam genggaman tangannya. Walau terasa seperti tersengat listrik, setiap ia melakukannya.
Hahaha... tak apalah asal bukan dalam 1000 volt saja. Jiiiaaahh... nakal nian fikiranku ini...
Mungkin tak pernah disadarinya, ketika dikatakan itu (dulu)....
"ceeess..." dingin yang meredam kegundahan hatiku. Menjembatani suka dan duka yang cepat berganti dalam hidupku kini.
Selalu mampu kunikmati perasaan nyaman itu bersamanya. Merasakan kekuatan dalam genggaman tangannya. Walau terasa seperti tersengat listrik, setiap ia melakukannya.
Hahaha... tak apalah asal bukan dalam 1000 volt saja. Jiiiaaahh... nakal nian fikiranku ini...
Namun.. Aku tetap berusaha menerima... apa pun yang diyakininya kini.
Always respect you.. on what the way you are and believe.. Dy.
Always respect you.. on what the way you are and believe.. Dy.
Walau...
Jaaauuuh di lubuk sukma, teramat (sangat) kuinginkan.. di sini,
Jaaauuuh di lubuk sukma, teramat (sangat) kuinginkan.. di sini,
Kau selalu ada...
Dan mampu bisikkan "I love you..." untuk kuatkan hati.
Tulus
dan ikhlas saja. Karena... mungkin tak pernah kau tahu.... dan tak
pernah kunyatakan.... Kalimat itu selalu hadirkan energi putih di
jiwaku.
Namun, apapun itu...
Tetap mampu mendekapmu erat, dengan kecupan yang tak pernah terlupakan. Dan selalu meninggalkan jejak rasa yang tak pupus. Itu pun sudah teramat kusyukuri...
Tetap mampu mendekapmu erat, dengan kecupan yang tak pernah terlupakan. Dan selalu meninggalkan jejak rasa yang tak pupus. Itu pun sudah teramat kusyukuri...
Ini adalah "Samsara". Kata yang berasal dari bahasa Sansekerta ini, berasal dari kata "Sam" yang berarti "kebersamaan", dan "Sarati" adalah "yang mengalir". Kata ini mengandung pengertian sebagai lingkaran kehidupan yang berkesinambungan, tak pernah terputuskan. Tiada awal dan akhir.
Tulisanku
kini, kumaksudkan untuk mempertebal kesabaran dan kepasrahan,
keikhlasan menjalani hidup. Hidup dengan segala penderitaan dan
kebahagiaannya, menjadi sempurna karena garisan Ilahi.
Pergulatan waktu dan hati yang teramat panjang ini,
Takkan mengubah semuanya.. kan, Dy??
No comments:
Post a Comment