Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Monday, July 8, 2013

DAN WAKTU.. MENEPILAH,

Lelah yang begitu menggelayut, membuatku langsung terbaring di tempat tidurku. Ugh.. rasanya damai jika ada kesempatan mendekapnya kini.  Jarak yang terbentang ini.. begitu menyisakan kegundahan yang hanya terjawab dalam kebisuan dan keheningan.  Melepaskannya bersama angin dan awan di langit yang membiru indah.

Novel yang kupinjam di Perpustakaan, langsung kubaca.  Tak ada lelah, jika aku membaca atau menulis.  Membaca akan membukakan mata hati dan fikiranku.  Dan menulis adalah gabungan fikiran, ide dan rasa hati.  Sejauh apapun aku akan melangkah, dalam buku dan tulisankulah, aku akan kembali untuk diriku.

Tak terasa.... airmata ini mulai menitik, menetes perlahan.  Melemparkan ingatan pada perjalanan sepi yang sudah terjadi setengah tahun ini. 

"Aku mungkin bukan wanita seperti kau inginkan... El.  Hanya Vie yang biasa, koreksiku dalam hati.  Tak banyak yang kupinta darimu selama ini kan?  Karena aku memang tak menginginkan apa-apa.  Aku hanya ingin kau terima aku apa adanya... Temani aku."
".........."
"Aku hanya ingin kita bisa bicara secara dewasa.  Tanpa bentakan yang biasa kau lakukan."
"........."
"Baiklah... jika itu yang kau inginkan..........."

Aku beranjak meninggalkannya yang terus terdiam.  Semua perkataan dan pertanyaanku, memang selalu dijawabnya dalam hening.  Tanpa suara.  Dulu... aku terus memaksanya untuk bisa menjawab dan menyelesaikan apa yang terjadi secepat yang kubisa.  Perbedaan karakter yang kami miliki, terkadang memenjarakan kebisuan dalam rentang waktu tanpa tepi.  Namun, kini aku tak ingin memperpanjang apa yang diinginkannya.  Karena biarkanlah.. waktu yang akan menjawab.
Kukuhkanlah kekuatan hatiku.. Yaa Raabb..  doa yang selalu kupanjatkan di setiap sholatku.  Tak bisa kupaksakan El berfikir positif terhadap semua yang kulaku dan perjuangkan ini mati-matian.  Di ujung waktu... aku hanya ingin, ia bisa menyadari.. semuanya buat kebaikan kami.

Dan waktu itu...menepilah
Inilah yang kutuliskan ketika memulai cerita ini.  Memulai perjalanan persahabatanku bersama Dy.  Di pameran buku, pada awal April tahun ini.  Aku pernah membaca, bahwa di setiap perjalanan tak pernah ada 'akhir'.  Karena ketika sampai di titik itu, akan selalu ada 'awal' baru kan..? 

---------------------------------------

Haiii... Jeeeng.  Kapan kita ngupi-ngupi laagii....

eeh.. woow, ada 4 pesan singkat yang masuk di HPku.  Aku memang hampir tak pernah menyentuhnya, ketika sedang terlibat interaksi komunikasi dengan mahasiswaku.  Komitmenku.
Aku hafal... bahasa ini.  Apakah Usi sudah datang kembali dari Paris?  Sahabat kentalku ini.... Hhhhmmmmh, aku amat merindukannya 4 bulan.  Selalu bersandar dan menepi padanya, ketika komunikasiku dengan El mengalami kebuntuan.

Dirimu sudah kembali ke Bandung kah...??
Yup.. kemarin.
"....."

Aku tak lagi menjawab pesan itu.  Hari ini aku memang sudah memiliki janji.  Menepikan hari bersamanya.  Besok sajalah.... kulihat jadwalku untuk membagi waktu dengan Usi.

"Dy... boleh mampir ke Baranang Siang kah?  Pengen beli molen.."
"Yaa.." jawaban dengan backsound yang menjadi ciri khas Dy.  Sangat kusuka.
"Makasiiihh.. " kupeluk dirinya.  Sahabat yang baaiiiikk... deehh."
"iiiiiihh.. biasa aja kalii.." wajahnya tersipu.  Dan juga kusuka itu.

Destinasi kami hari itu, hanya menepikan waktu berbincang dengan makan sate padang.  Kegemaran yang kutularkan padanya.  Geli... karena ketika kami bisa bersama di malam minggu, memakan sate ini adalah pengalaman pertamanya.  Yaa.. percayalah, ketika jabat hati itu kian melekat, perubahan dalam diri itu pasti ada.  Saling mempengaruhi.  Maka, kunikmati semua alunan irama perubahan ini dalam sisi positifnya saja.  Juga kukatakan pada Dy, always be positive.. 

Adzan Maghrib berkumandang.  Dan di bawah rintik hujan, kami bergegas menuju Masjid UNPAD.  Berpisah untuk menuju bagian yang berbeda.  Berbincang sesaat, untuk membicarakan sedikit rencana esok.  Walau pun buat kami, rencana itu selalu mendadak dan tiba-tiba. On the spot sajalah...

"Eeeh... Dy, dirimu kayak orang yang sedang wirid deh.  Goyang kanan kiri," sapaku setelah memperhatikannya dari kejauhan.
"Yeey... dateng-dateng komentarnya gitu.."
"Habiiss.... lucu tahu.."
"Setelah ini kemana.. Vie?"
"...."
Menunjuk ke arah tempat yang pernah kami datangi.
"Heyy.. ga bisa bicara yaa.." Dy protes karena aku tak menjawab pertanyaannya.
"Iyyyaa... ke Koffie Opa... yuuk."

Dy mengangguk dan menggamit tanganku.  Melangkah bersama.
Ugh... ga bisa dapat sofa euuyy..  Tempat nyaman serta menjadi favorit kami berdua.  Terasa lebih santai.  Tapi.. tak apalah.  Selama dengan berdua.. kemana pun akan tetap menarik, menyenangkan dan membahagiakan.  Itu yang selalu kami katakan, pada masing-masing kami jika terjebak dalam keluh kesah.  Selalu sepakat tentang itu.

Dan, kupilih kursi di pojok ruangan.  Dy memilih duduk di seberangku.  Sejenak menatapku.
"Pindahlah.. ke kursi yang di sini..," aku menunjuk pada kursi di sebelahku.
"Yaa... nanti."   Arrgghh... jawaban itu.  Selalu menggemaskan.  Ingin.... sstttt, nantilah kukatakan padanya.

Pesanan kami datang.  Woow.. keereen.. Mas.  Komentarku ketika melihat gambar yang ada di permukaan Chocolate Hazelnut milik Dy.  Sementara ada Teddy di Hazelnut Latteku.  Serasa membayar sepadan waktu yang cukup lama menanti pesanan itu.  Dan sengaja kupilih "hazelnut" di antara 2 minuman yang kami minum.  Ingin terasa...... (maaf yaa... Dy, rasa ini kusimpan sendiri)

"Lihat... Dy, kuambil sepotong hatimu.  Menjadi milik Teddyku.  Hehehehe... Dan.....pas!,  kusuapkan foam ke mulutku, Cobaa... deehh.  Jadi ga pahit.. kopinya.  Kita memang saling melengkapi kan..?"

Hhmmmh.. ciri khas kafe ini memang di kemurnian kopi yang diraciknya.  Tempat yang sangat tepat buat penikmat kopi sejati sepertiku.  Rasa pahit itulah...

"Yeey... ," dengan tertawa geli Dy pun  melakukan hal yang kulakukan.  Tertawa karena mendengar candaku dengan rayuan ala kadarnya.

Malam yang semakin larut, melengkapi suasana hati kami yang sering berbicara dalam hening.  Tak perlu banyak kata untuk mengerti.  Dekapan erat tangannya yang melingkar di pinggangku.  Beberapa kali ia lakukan itu.  "I missed you... atau I love you..."  bisikan yang terlontar ketika Dy memelukku, tak begitu jelas terdengar.  Biarlah... aku pun sudah tahu perasaannya.  Kulempar pandangan nanar pada langit kelam.

"Ada apa.. Vie," tanyanya tiba-tiba, membisik di telingaku.
"Ga apa-apa...." aku masih mengelak, tak ingin membuka rasa pahit hatiku.
"...."
"...."
Hening... dan akhirnya kuputuskan menceritakannya.   Kukatakan aku memilih untuk bahagia, tanpa terbelenggu kekerasan.  Karena memang itulah aku.  Tough outside.. but fragile inside
Kepahitan itu kulepaskan di malam pekat ini kembali... walau hanya di jawab dalam kebisuan yang teramat panjang.

"Makasiihh yaa.. ayy, untuk semuanya," aku memeluknya erat.
Mengakhiri pertemuan dengan manis.   Aku sekarang sudah sangat terbiasa dengan panggilan itu.  Panggilan yang selalu buatku tenang dan omenjadi orang yang paling bahagia, jika dilakukannya.

"Boleeeh....," tanyanya lembut.
"......" aku mengangguk saja, mengiyakan.

Dan kecupan lembut itu pun mendarat di pipiku.  Ia selalu takut melakukan itu, tanpa seiizinku.  Takut ditonjok atau ditampar.  Ugh.. aaarrgghh, tak mungkinlah aku bersikap senegatif itu padanya.  Maka walau telah berulang kali kukatakan,  Dy selalu ragu.
Eeehhhmmm... lakukanlah Dy.  Sesering yang kau mau... bisikku dalam sepi.
Semua itu akan memendarkan cahaya kecil, dalam hidupku.  Bagai kunang-kunang.  Tak perduli sekecil apapun itu, cahaya itu tetap penting buat kehidupan milikku yang sering ada di kelam malam, walau siang sekali pun.  Dan..... aku pun melakukan hal yang sama.  Hanya dengan sangat halus dan lembut.  Mungkin ia pun takkan pernah menyadari itu.  Seperti dulu.... hhhmmmmhh... biarlah.

Ternyata dugaanku benar.  Dy tak menyadari itu.  Hal manis yang kulakukan untuknya.  Waah... rupanya aku harus melakukannya with his permission.  Tertawa geli... namun memang menjadi tertantang ketika membaca pesan singkatnya semalam.

"Aaahh... kau pun hanya terdiam saja.  Ga merespon.."
"Aaiihh... ga sadar yaa.."
"Ngga.." tegas Dy, dan kemudian terlelap.

Hhhmmmhh... ugh.. baiklah, tunggu besok.. Dy, janjiku dalam hati.


----------------------------


I'm blue.... (baca: aku sedih).  Ungkapan itu mungkin sangat tepat menyamarkan perasaanku.  Tak banyak yang fahami itu.  Kekerasan itu... aargghh, aku ingin itu berubah.   Yaa Rabb, beri aku kekuatanMu.  Melalui perjalanan ini dengan iramanya.  Life is never flat.

"Vie... sudah sarapan?" tanya Dy.  
Hal lain yang kusuka darinya adalah membagi kedisiplinan makan.  Hal yang teramat butuh 'energi' bagiku.

"Ini sedang sarapan.. Dy.  Nasi kuning.  Kemarin kan seharian ga makan nasi.  Karbo-nya dari jenis makanan lain."
"Good job......"
Yaa.. jika kau tahu, aku sangat menjaga asupan makanku.  Walau memang kurang teratur... hehehehe...  Teman SMA, kuliah... selalu ilfil jika sudah kuceramahi tentang hal ini.

Vie, come on.. kayak badan lo sebesar apa siyy.  Sok diet segala.
Yee.. bukan diet atuuhh... saayy.  Ini mah 'makan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.'

Itulah aku.  Vie yang sederhana dalam rasa.  Ribet dalam tindakan.  Yaa.. tapi, apapun itu yang ingin kau katakan, untuk gambarkan diriku.. whatever!  Senyum tetap mengembang.   
It's still me.. happy go lucky person.
 
Haayyy.... listeners, laaamaa ga ketemu Vie yaa??  Kangen siiyyy... maka nikmatilah "Ruang Rindu-Letto". Ga apa-apa kan...

Akhirnya,  pagi ini aku kembali bisa siaran juga.  Mbak Anis dan Mas Pranoto, memang mengizinkanku untuk menenangkan diri.  Selama yang kumau.  Take your time... Vie.  Itu pesan mereka dulu.  Posisiku digantikan sementara oleh penyiar freelence lainnya.
Sssttt... walau akhirnya berujung ketidakpuasan pendengar.  Ingin Mbak Vie yang siaran.. Mbak Anis.. begitu SMS yang banyak masuk.
Yuup... walau aku sloppy, suaraku tetap empuk loohh... Seperti Terderloin Steak.  Jiaaah... hahahahaha..
Tapi benar kok.... Aku memang selalu dinanti pendengar-pendengar setiaku.

"Dy.. sudah selesaikah?"
"Vie.. sepertinya ga jadi pulang cepat.."
"Ok.. ga apa-apa.. Dy.  Aku ke Usi yaa... kalau butuh aku kontak saja."
"Baiklah... tetap jaga makanmu yaa.."
"Ok.. bersama Usi, makanku pasti terjaga.. aayy."

Pesan yang manis dan penting.. bagi orang sepertiku.  Yang sering melupakan pentingnya makan.  Dengan lompatan aktifitas yang padat.  Itu yang selalu kupelajari dari Dy.  Keberadaannya memang penting.

Kulompati waktu dengan cerita yang panjang dengan Usi.  Dari judul proposal penelitian, hingga masalah yang kuhadapi kini.  Aku pun belajar darinya.  Aku memang senang belajar dan 'open minded'.  Belajar dari siapa pun dan apa pun yang ada di sekitarku.  Rasanya tak akan pernah cukup waktu bagi kami...

Mo ikut ga?  Tiba-tiba Dy mengejutkanku dengan SMS.  Aku bingung.
Maksudnya?
Aku bisa pulang cepat.. tapi harus ke Pasteur dulu..
Jadi..
Mo ikut ga?

Kutatap Usi yang masih asyik bercerita, menjelaskan perjalanan waktunya di belahan Eropa itu.  Tempat teromantis di dunia ini.  Oohh....hhmmmm, well, I love you.. Dy and Usi also, maka... aku harus membaginya secara adil.. gumamku lirih. 

"Eeemm, mo ketemu ga?"
"Dy, aku pengen ketemu.  Tapi bisa ga.. dirimu selesaikan dulu ke Pasteur.  Ketemu di TSM." putusku.
"Baiklah.. choose the place.. k?"
"kay... ayy."

Begitulah.. waktu yang semakin memenjarakan kami di kebersamaan yang sangat indah.  Tepian waktu yang kupilih memang yang memiliki Bandung's Night View.  Sedang ingin melepas semua rasa di ketinggian.
Kami tetap mendapatkan tempat favorit kami.  Ada bangku panjang.  Kakiku kemudian kuangkat ke atas, karena dingin.  Dan itu tak berlangsung lama, karena sejurus kemudian sudah kutumpangkan di pangkuan Dy.

Ada getar HPku.  Dy mengingatkanku.
"Vie.."
"Ga.. aku sedang ga ingin angkat itu," tegasku.

Kulakukan itu karena kulihat nama El yang tercantum di sana.  Aaah.. jika cinta ibarat air, maka aku pun memiliki hak untuk menghentikan alirannya agar tak sia-sia.  He should be forgotten, not forgiven.

Ugh.. sekejam itukah diriku kini.  Yang kuinginkan....
Aaarrgghh.. 'ntahlah, aku tak tahu apa yang kuinginkan kini. kutatap nanar kilauan lampu yang perlahan menyala satu per satu.  Bagai sekelompok kunang-kunang.
Setelah itu.. kutatap Dy.

"Kenapa?" tanyanya kikuk, karena  tatapanku.
"Gemess... lo belum pernah gue cium yaa..?  May I kiss you.. Dy?" 'innocent'... aku langsung meluncurkan kalimat itu.
"Iyyy... apaan siiihh, Vie?"
"Yee... kulihat pipi merah di sini..."  Kupegang pipinya dengan kedua tanganku.  "Dirimu bilang kemarin, aku cuma diam saja.  Tak merespon apa-apa ketika kau lakukan itu kan?" berondongku lancar.
"Emang dirimu ga melakukan apa-apa.. kok."
 lah.."  aku katakan itu dengan terus menatap wajahnya.

Jiaaahh... bukan hanya memerah, tersipu... atau apa pun itu...  Dy benar-benar mati kutu!

"Waah.. skak mat deeh gue.."  katanya kemudian.
"ck" hahahahahahah.... aku tertawa lepas.
"Aku seriiiusss.. Dy."
"......"

Setelah temaram senja, masih berbincang hangat dengannya.  Tiba-tiba.. Dy menelungkupkan wajah di pangkuanku.  Aku memang sedang meletakkan kakiku di bawah kaki meja.  Satu tanganku memegang wajah dan menelusuri setiap lekuknya.  Sementara tangan lainnya, tetap membelai rambutnya.  Hmmmm...aku sangat menikmati momen itu.  Selalu menyukai dan menuliskannya di setiap tulisanku... kan?
Akhirnya..

"...."
"...."

Hening saja.  Hanya terdengar suara pengunjung lainnya.  Mungkinkah ia tertidur? tanyaku.  Dan kubiarkan itu. 

"Hmmm.... enak Vie.  Nanti.. aku mo tidur lagi di pangkuanmu."
"Eeeh.. tadi beneran tidur?" tanyaku tak percaya.
"Yaa.. sempat terlelap, daa.."
"really?"
"Iyyaa.."

Dan sepanjang malam itu, Dy terus menyatakan keinginannya itu sebanyak 5 kali.  Begitu tegasnya keinginannya itu.  Baiklah... kau boleh lakukan, kapan pun kau inginkan itu.. Dy, bisikku padanya.

Hingga saat yang kuimpikan itu tiba. Sejak semalam, aku berkata pada diriku,"Dy.. if you give me the chance, I'll kiss you..really."

Melepasnya pulang, mendekapnya erat.  Ketika dikatakannya "boleh..?" seperti biasa.
"..." heningku, mengangguk saja.

"May I......"
"Yaa..." jawabnya seolah tahu apa yang ingin kulakukan.

Hmmmhh.. akhirnya mampu kulakukan itu.  Tetap dengan lembut.  Itulah sebenarnya aku.  Seolah terbang melayang sesaat.  Berusaha keras tak terjatuh.
Ini.... nyata lohh!  Aaiiih.. sekejap aku terkesiap.  Phobiaku... Ugh, ternyata.. tanpa sengaja aku melakukannya terlalu dekat dengan...  tidak tepat di pipinya.  Tapi.. jujur, kusuka!
Yaa.. sudahlah..  Nanti aku akan minta maaf padanya.  Takut tak berkenan di hatinya.

Hhhmmmmmmhh... hela nafasku yang panjang.
"Nite.. Dy.. Take care yaa.."
"Hahaha.. kayak habis lari siiihh, meni narik nafas panjang giituu.." ledeknya.
"Aah.. sudahlah... hati-hati!"

Aku melangkah ringan.  Impian itu melambunglah... walau aku belum terlelap.

Paagiiii..
Ketika kutuliskan ini, rambutku masih basah.  Terpekur sejenak, mencerna apa yang terjadi.  Maka kuketikkan maaf padanya.  Dan tahukah....

"Aku menikmati semua momen yang terjadi hari ini... Vie."
"Really... Dy?"
"Yaa... Sangat suka dengan setiap momennya."

Eehmmm... Dy, tahukah kau..
Jika kaki ini mulai menapak di tepian waktu.  Semua memang 'nyata' terjadi.  Perjalanan ini adalah pelangi rasa yang amat kusyukuri.  Kerinduan yang selalu kau ungkap jika batasan ruang dan waktu membelenggu, pun sama terjadi.
Hanya... hening dan diamku, karena kutahu...
Kita memang 'sahabat hati',  dan kufikir perasaan kita telah sangat dekat.  Hampir semua kita bagi di keseharian.  Cerita, rasa, dan bahkan rahasia.  Mungkinkah kini terbagi sayang, kasih dan cinta itu?  Memang tetap bertahan saja dan tak perlu harus termiliki.

Jika kutanya Bulan dan Bintang yang sering menemani... di langit kelam, ataupun pesawat yang selalu menjadi bahan candaan kita.  Semua akan menjawab dalam keheningan.  Terjawab di kebisuan saja.

Maka benar yang ingin kukatakan kini.. Dy,
Dan waktu itu... menepilah.






No comments:

Post a Comment