Thursday, June 24, 2021
Fixing The Broken Heart
Thursday, November 28, 2019
/catatanperjalanan_chapter28/
Selamat pagi..cinta,
Mungkin tak pernah disadarinya, itu salah satu hal trrmanis yang pernah aku terima. Yaa.. tak cuma satu, tapi lebih,
Catatan perjalanan bersamamu, memang menuliskan kisah yang berbeda.
Alloh Maha Baik,
Memberikan lebih dari yang kuminta..
Tak putus syukur untuk itu semua,
....
12:01
Terbangun dari mimpi buruk yang sudah beberapa kali datamg.
Astaghfirullah..
Aku memang lelah,
Kembali menyesap kopi lebih dari seharusnya.
5-6 cangkir kopi hitam tanpa gula,
Sesekali aku melepaskan tatapan ke gawaiku. Menatap orang-orang yang bergegas di depan Gelora Bung Karno.
Pintu busway 1F pun terbuka, menaikkan para penumpang.
Suasana yang tak pernah kusaksikan di Bandung.
Tak ada yang tengah mengudap.
Pun tak tercium aroma cilok, bacil, basreng, dll.
Bandung,
Benar telah lekat dalam darah.
Sepekat seduhan robusta dalam setjangkir KOPI ku.
Apa kabar Aira?
Hampir setiap malam, kami selalu vc.
Cerita-ceritanya mengalir deras.
Makin cerewet saja..
Rambut ikalnya pun tumbuh lebat.
Diikat seperti Princess Elsa...Mommy
Pintanya, jiika aku pulang.
Sayang,
Berjauhan denganmu, benar tak pernah mudah.
Aku sering merasa sendirian di antara pikuk Jakarta.
Dini hari, kutuliskan semua gelisahku dalam catatan pesan untukknya.
Merujuk pada khawatir yang tak pernah berujung.
Jangan tanyakan,
Betapa merindunya.
Memeluknya ketika sedang ada di titik nadir, adalah janji yang tak pernah kuingkari.
Jeda,
Selalu membatasinya.
Dan aku menangis..
Aku,
Melakukannya lagi..
Nanar menatap kosong layarku.
Blank point..
Terduduk di emper stasiun ini.
Tak menyesap kopi,
Hanya wedang sereh yang kubuat pagi ini.
Merasakan lukanya.
Menitikkan airmata dalam masker (kembali).
Sudah tak ada kata yang mampu terucap.
Berulangkali menguatkan iman..
Terlihat jelas..
Suicidal thoughts,
Aku takut..
Perjalanamku sebagai penyiar tak terhenti. Mengadu skill di Jakarta..
Memulainya dari bawah.
Berjuanglah..
Kuatkan jiwa,
Bandung,
Bandung,
Bandung..
Cinta tak tertahan, mengalirkan deras airmata..
Perih jika menatap langit yang kemudiam memerah, dari halte Bundaran Senanyan.
Aitmata kali ini..
Sudah tanpa suara, senyap dalam riuh pagi,
Ayah.. lapar,
Seorang gadis kecil, seumuran Aira..
Merengek pada ayahnya.
Disamping mereka, setengah karung botol air mineral.
Jika ditimbang..
Mungkin hanya dapat sebungkus nasi tanpa lauk.
Hatiku semakin perih,
Otakku kram..
Jiwaku biru,
Tuhan,
Berikanlah aku kemampuan berempati..
Tak hanya ingin dimengerti tanpa memahami,
Banyak meminta, tanpa mau memberi..
Jadikan aku orang yang tawadhu, qana'ah,
GarisMu,
Adalah ikhlas dalam sabar..
Tak berbatas..
Tanpa harap balasan,
Maafkan aku, Vie
#aksarabermakna #perjandusastra
Wednesday, October 9, 2019
Diskusi Pagi
Hai..
Sahabat hatiku,
Sapaku pada semburat merah di ufuk Timur.
Sebentar lagi..
Golden Sunrise,
Pemandangan yang tak pernah didapatkan di Ibukota (sebelum pindah 😁), atau di perkotaan.
Udara dingin yang menggigit tulang, memasukkan energi positif yang sering terlewatkan.
Ya, karena biasanya masih enggan meninggalkan hangat dekapanmu dan selimut.. 😂
Saat ini,
Mentariku lebih awal menyapa di ujung Timur Indonesia.
Masih dengan setjangkir kopi tubruk Wamena.
Yang masih mengepulkan panasnya.
Sederhana saja..
Caraku untuk menemani jejak langkah,
Berusaha tenang..
Di tengah keriuhan yang marak terjadi,
Volunteering memang selalu menuliskan kisahnya dengan tulus.
Semua demi kemanusiaan yang seringkali terkikis oleh keegoisan dan kepentingan.
Biarkanlah..
Bebaslah dari belenggu dengki,
Karena itu akan menyakiti jiwamu..
Mengalirlah di batas perbedaan,
INDAH,
Aku RINDU..
Padamu, Aira, dan kehangatan KITA,
Sendiri bukanlah sunyi..
Hening tak pula berarti kesepian,
Ini hanya tentang CINTA, dalam kejujuran rasa.
Satu..
Akan menjadikan semua indah,
Namun berSATU,
Melengkapi perjalanan dengan sempurna.
Teman perjalanan,
Selalu menjadi pelangi, yang membuat semua larut dalam manis..
"Vie..
Selalu ingatlah, bahwa waktu adalah jeda.
Ruang terbatas dalam pikiranmu.
Melesatlah..
Aku memelukmu dalam do'a."
Pesannya..
.......
Kuhentikan penaku,
Menikmati makna fajar..
Tak ada gelap yang tak berujung,
CAHAYA,
Perlahan (akan) memupuskannya dengan harapan.
Jemputlah,
Ingatlah sayang,
Aku selalu mendekapmu dalam do'a..
Menjemput mimpi bersama,
Dan..
Melodi semesta akan mengiringinya..
Bersabarlah,
Sesapan KOPI akan membungkus lelahmu,
Aku (selalu) ada di sampingmu..
Tak peduli ribuan kilo yang membatasi,
Karena ini hanya sejengkal,
5cm di depan mata..
Dalam bentangan sajadah,
Cinta..
Tunggu..
Aku akan segera pulang,
Jemput ya?
#petjandusastra #setjangkirkopi #temanngopi
Monday, August 12, 2019
Rindu
Aira,
Bagaimana kabarmu sayang?
Lama Mommy tenggelam dalam perjalanan baru ini. Petualangan di rimba kota ini. Dimana mimpi mewujud dengan perjuangan peluh yang membaur di Commuter line, Bus way,
Ya, ibukota ini memang mampu menjadi magnet jutaan orang.
Tak pernah terlintas bisa berada di tengah-tengah riuhnya.
Pun tak sekejap pun berangan berlarian mengejar waktu..
Sesuatu yang hampir tak pernah terasa di Bandung.
Tempat damai dalam hening, yang diciptakan dengan semnyuman.
Kisah RINDU nya dalam setjangkir kopi, membungkusnya sempurna.
Paham sekarang sayang,
Semua kisah yang ada bukanlah isapan jempol atau hanya untaian khayal.
Ini memang nyata,
Semoga aunty bisa menggantikan sejenak tugas Mommy.. mendongeng sebelum kau merajut mimpimu.
Tunggu Mommy yaa.. cinta,
Kita akan bersama, segera..
Bersama Daddy yang akan mendekapmu dalam hangat kasih,
Banyak..
Teramat banyak yang ingin ditulis, namun lelah hampir menjadi irama Mommy kala Mentari meninggalkan jejak jingga. Sebelum langit tersaoukan kelam.
Lalu gemintang bermunculan memberikan terang.
Redup..
Namun sama seperti bunga, jauuh di dalam tanah, akarnya selalu menjadi cahaya.
Percayalah sayang..
Semua ini akan berakhir indah,
Seindah senyummu yang selalu mengembang sempurna, ketika Mommy pulang.
Kamu, sudah semakin besar sayang..
Time really flies
Peluk cium Mommy, 💕😘😍
Thursday, June 6, 2019
1440 15:15
Sepenggal cerita, dalam denting waktu yang terus memanggil namamu dalam sepi.
Catatan,
yang kubuat..
untuk sejenak menenangkan hati, jiwa, dan sanubari.
Dengan buliran bening, hidung yang tersumbat..
Mengurangi rasa yang menyesakkan dada.
Aku,
(benar) merinduMu, ingin memelukmu..
Saat ini,
Takbir sudah berkumandang. Pertanda esok merupakan hari kemenangan yang menjadi ujung Ramadhan.
Berbeda. Semua memang tak seperti Ramadhan dan Syawal bertahun sebelumnya. Aku, Aira, dan Abang.
Harus terpisahkan dalam jarak yang tak biasa.
Tak terasa, mata pun memburam. Berusaha menahan gejolak hati yang tak menentu.
Maafkan.. Bang,
Aku masih juga sering menangis, untuk pilihanku.
Yaa Robbil Izzati,
Aku hanya ingin sebuah keajaiban di awal Syawal ini. Kemudahan memeluk kebersamaan bersamanya. Walau sebentar, itu akan menjadi nikmat yang selalu kusyukuri.
Ajari aku, secara perlahan saja.
Tak mudah..
Ini teramat sulit dicerna otak dan perasaanku.
Aku, menantimu..
Dalam hening sujud dan do'a.
Yaa Robbanaa..
Jika memang ini yang terbaik buatku, berikanlah aku kelapangan jiwa. Menerimanya.
Dengan takwa dan kelembutan sanubari.
Aku..
Percaya padaMu.
Menyandarkan lelah di bahumu.
Abang..
Masih juga menangis, ketika terpisah oleh jeda, jarak, dan waktu.
Selalu merindukan kebersamaan sederhana bersama.
Mudahkanlah.. Tuhan,
Lembutkanlah dan lapangkanlah hatiku menerima ketetapanMu.
Aku,
Percaya padaMu.
Menyandarkan lelah di bahumu..
Abang,
/catatan/
.. perjalanan waktu, menuntunku bersamamu di ujung waktu. Keinginan untuk bisa menua bersama, belajar tentang kehidupan dengan seni. Mengalir bersama.
Tak selalu bahagia.. karena memang ini bukan cerita dongeng yang sempurna.
I am Groot..
Berarti tumbuh bersamamu. Selalu bergandengan tangan.
Jarak, jeda, akan menjadi rutinitas.
Sederhana dalam sujud dan do'a terbaik, itu caraku untuk menjabat hatimu.
Jangan pernah lelah memaafkan yaa Bang,
Jika aku memang berbuat salah.
Juga kuharap Abang tak letih, mengajariku untuk sedikit bersabar bersama waktu.
Ini, hanyalah sepenggal bagian cerita kita.
Bersamamu,
Cahaya Mentari selalu terasa hangat.
Terimakasih telah menyentuhkan banyak pelajaran hidup, dalam setiap diskusi panjang kita..
Wednesday, April 17, 2019
170419
/halaman 17/
...Aku, menciumi Aira yang masih pulas dalam lelap. Wajahnya begitu menggemaskan. I love you so much.. sayang, bisikku lembut di telinganya.
Memeluknya erat. Sangat erat.
Dia sedikit menggeliat. Membuka matanya. Menatapku.
Aku menciumnya lagi. Masih ngantuk.. sayang? Tidurlah lagi... , bisikku.
... really missed you, Mommy, gumamnya. Lalu kembali terlelap.
Begitu takut pagi ini..
Tadi, ada kejadian yang mampu membuatku menggigil ketakutan. Ketika bangun di sepertiga malam, seperti hari-hari sebelumnya. Menghantarkan do'a terbaik dan rasa syukur pada Ilahi Robbil Izzati, untuk semua hal yang hadir dalam hidupku. Bahagia dan sedih. Suka atau duka. Kunikmati dengan mengalir bersama rasa.
Bleeding (lagi)...
Gumamku perlahan. Menyaksikan kejadian yang hampir selalu kututupi. Dari ibu, keluargaku, Abang, dan Aira. Tak ingin membuat mereka sedih dan khawatir. Itu alasanku..
Darah mengalir deras di paha dan betisku. Lantai kamar mandi mungil di kamar kostku ini pun berubah warna. Aku terduduk lemas.
Kenapa?
Ada apa?
Aku sudah melakukan semua langkah preventif yang disarankan dokter. (Masih) menahan sakit di perut bagian bawah.
Yaa.. Robbi, kuatkanlah aku.
Aira masih membutuhkan aku. Dia sendirian sejak bayi. Setelah Fira meninggal satu jam setelah melahirkannya.
Fir, maafin gue. Harusnya gue menjaga kesehatan demi Aira. Mengantarkannya menapak masa depannya.
Maafin gue...
Aku terisak. Dadaku menyesak dan mataku pun memburam.
Tak sanggup lagi menahan kepedihan yang selalu kusimpan sendiri.
Seharusnya aku melakukan endoscopy. Memperjelas apa yang sebenarnya terjadi.
Colonoscopy, Enterocopy, Gastrocopy. Itu semua prosedur medisnya.
Kolonoskopi, untuk mengamati kondisi usus besar.Enteroskopi, untuk mengamati kondisi usus halus.Gastroskopi, untuk mengamati kondisi kerongkongan (esofagus), lambung, dan usus 12 jari (duodenum).
Apapun adanya hidupku.. aku akan menjaga Airamu Fir. Itu janjiku ketika tanah merah basah memisahkan kita.
Gue kangen lo..
Yang selalu menguatkan gue, menghadapi ketakutan.
Robbii..
Yang kutahu, tak ada yang tak bisa dilewati. Badai pasti berlalu.
Pinjamkan padaku kekuatan Mu.
Kuatkanlah aku untuk selalu bersyukur menjaga kesehatan.
Maafkan aku.. Bang,
Aku masih ceroboh dalam hidupku. Yang seharusnya sudah terjaga dengan pola hidup sehat. Masih sering melalaikan pesan yang terakhir kau bisikkan saat mengantarkanmu. Jaga kesehatanmu yaa.. sayaang 😘.
Memelukku erat.
Lalu beranjak memasuki bus. Tanpa menoleh (lagi). Karena aku tahu, semua tak mudah (juga) bagimu.
Jeda jarak ini memang begitu menguras energi rasa.
Tahukah Bang?
Aku terus menatapmu hingga tanganmu menutup pintu bus. Berat melangkah meninggalkan terminal.
Sudah pula merindukanmu..
Selalu begitu di setiap detik waktu dan helaan napasku (kini)..
_*
Maafkan Mommy.. Aira,
Belum maksimal menjagamu dengan sentuhan kasih sayang. Ajari (terus) ketulusan, kejujuran, dan cinta tanpa batas.
Semoga kita selalu dibersamakan, hingga ujung usia itu tiba... Aamiin, aamiin allohumma aamiin yaa Robbal'alamiin 😇😍 💕..angkatlah penyakitku ini, Robbil Izzati,
Aira..
Abang..
Semua akan baik-baik saja kan?
Ceria dan senyumku tulus. Bukan pura-pura seperti wajah-wajah palsu kebanyakan orang. *_
Itulah caraku menikmati hidup, dengan semua ombaknya. Berselancar dengan bahagia. Menikmati hidup dan kehidupan, dengan menyimpan sakitku sendirian.
_Caraku bertahan dengan keterbatasan kesehatan. _
Agar mampu membahagiakan orang-orang yang menyayangiku tanpa khawatir...
Lelahku, kembali mengantarkanku dalam lelap. Yaa Alloh, bukakan mataku esok pagi (lagi). Agar aku mampu menjalani satu hari lagi. Bermanfaat bagi sesama. Menyayangi tulus tanpa batas...
Mampu memeluk dingin dengan mesra,
Aamiin yaa Robbal'alamiin 😇..
#aksarabicara #pecandusastra #170419 #elegisubuh
Tuesday, March 26, 2019
Renungan
/..sejenak menepikan penat. Di negeri 1000 masjid ini, aku kembali melemparkan pikiranku ke Bandung. Masjid Al-Furqon UPI. Selalu terekam jelas apa yang pernah menjadi saksi perjalanan di sini.
Di sudut Masjid, seperti kulihat sekelebat bayangan teman-temanku dahulu.
Dimanakah mereka kini?
Kami sudah lama tak berhubungan.
Aku, menjauh.
Menutup diri untuk semua pertemanan.
Patah.
Berkeping.
Aku, yang dulu teramat terbuka, tak percaya sebuah hubungan pertemanan yang tulus.
Palsu.
Semua hanyalah topeng.
Kemarahan yang kubawa ketika memasuki pelataran Masjid. Seperti menghilang bersama basuhan wudhu.
Aku, tenang kini.
Menangis dalam khusyu' bacaan-bacaan sholat yang kali ini (benar) merasuk dalam makna.
Memasuki ruang jiwa yang kerontang.
Tetiba, pengumuman diberikan oleh takmir Masjid ini bahwa akan ada kajian tentang shahih Bukhori Muslim. Setelah Ashar.
Aku memicingkan mata.
Berusaha melihat dari jauh.
Menanti.
Tak ada kebetulan dalam hidup.
Selalu ada alasan.
Percaya saja, bahwa Alloh SWT akan memberikan yang terbaik.
Melatih jiwa-jiwa dalam ketakwaan.
Suamiku,
Sejenak aku mengingatmu. Di tengah takbir ruku', i'tidal, duduk di antara 2 sujud.
Aku, menangis.
Begitu merindukanmu dalam perjalananku kali ini.
Semua begitu berbeda.
Sejak kehadiranmu dalam hidupku.
Jodoh dari langit.
Kita tak pernah saling mencari.
Kita dipertemukan dengan semua suratan yang sudah tertuliskan di Lauful Mahfudz.
Aku, percaya akan itu.
Semua memang tak pernah mudah di awalnya.
Namun kini, ketika keresahan melandaku, aku selalu mengingatmu.
Imamku.
Kepalaku terangkat.
Kembali memicingkan wajah. Menatap barisan tulisan-tulisan dalam bahasa Arab. Semua melemparkanku pada masa awal berjumpa denganmu.
Ma'had.
Jiwaku semakin tenang dalam keimanan.
Memelukmu di kejauhan dalam ikatan suci.
Semua mendekatkanku padaNya.
Robbanaa..
Jadikan aku, pemaaf yang tak pernah menghitung kebaikan yang pernah terbagikan.
Lembutkan hati, pikiranku untuk selalu membuang makian pada orang-orang sekitar.
Jadikan lisanku yang memberikan kedamaian.
Maafkan aku yang masih selalu mendosa.
Imamku,
Maafkan aku, yang masih sering lupa bahwa aku telah memilikimu.
Aku tak sendiri.
Masih sering meminta izin untuk perjalanan melarungkan dukaku.
Mengganggu kerjamu di sepertiga malam, dengan tangis konyol.
Surat Muhammad ayat 19:
_Maka berilmulah dulu, bahwa tiada Ilah selain Alloh_
Belajarlah dengan benar. Tak mudah memang. Tapi bukan tak mungkin.
Maka,
Perjalananku kali ini, menitipkan pelajaran dalam ketakwaan.
Ampuni aku yaa Robbal'alamiin 😇..
Masih suka mengeluh untuk sebuah ujian dan cobaan dalam hidup.
Selalu merasa menderita.
Padahal, masih banyak yang diuji lebih dariku.
--------
"Vie?"
"Dimanakah dirimu sayang?"
Aah, suara di ujung telpon itu begitu mengikatku dalam rindu.
"Aku baru sampai Masjid Agung Mataram.. Bang. Baru lepas sholat Ashar. Setelah ini aku akan ke Basecamp. Besok baru memulai pendakian, " jelasku menenangkannya.
"I'm okay.. sayang."
Lanjutku.
Pendakian kali ini memang tak kulakukan bersamanya. Karena aku memaksanya untuk mengijinkanku pergi kali ini.
Kembali ke sini.
"Take care of yourself yaa.. istriku. Cepat kembali. Aira berulang kali menanyakanmu," kata-katanya begitu lembut.
_I love you what the way you are, sayang_ ketika aku menjawab lamarannya.
Kala aku bertanya, apakah aku masih diijinkannya melakukan pendakian.
Dia telah berjanji tetap menerima dan menikahi kekuranganku. Membahagiakanku dan Aira.
Abang menyerah.
Merelakan diri menjaga Aira. Ketika aku keukeuh ingin melepas semua kebencian di puncak Rinjani.
Aku yakin, jauh di lubuk hatinya..
Teramat berat melepasku pergi. Karena sebelum menikah, dia selalu berkata akan menemani semua perjalananku menjelajah negeri ini.
"Iyaa.. Bang. I will do my best. Tunggu aku kembali yaa.."
"Okay.. sayang. Jaga kesehatanmu. I miss you so much. Aira pun merindukan mommynya.. sayaang 😘"
"Siap.. Abang. Aku akan segera kembali. See you.. "
"See you around soon, cinta.." tutupnya dengan manis.
Duuh,
Aku begitu merindukannya. Seharusnya dia disini. Our honeymoon di bulan April.
Tapi aku menginginkan pergi di akhir Maret. Dengan semua yang ada pada dirinya, aku teramat mencintainya.
Ketika kegelisahan melandaku seperti hari ini, dia mampu menenangkan badai. Menyederhanakan masalah.
Maafkan aku yaa Bang..
Untuk semua yang tak sempurna pada diriku.
Semoga,
Setelah ini..
Aku menjadi pendampingmu yang mau mendengarkanmu.. Bang.
Salam dari Lombok yaa..
Nanti kubuatkan kopi khas dari pulau kesayanganku ini. My second homeland.
Love you 😘💕❤️
Istrimu./
------
"Vie? Lo dimana?" tanya Shella.
"Hehehehe.. masih d Lombok sayy"
"Eetdaa.. lo ga berubah aja. Gue pikir setelah menikah, lo bakal lebih bisa diem." keluhnya di ujung telpon.
"Mm, diikiit laah." tawaku lepas.
"Gue bete.. marah, benci. Campur aduk"
"Orang yang penting itu lagi?," selidiknya
"Ya"
"Sudahlah.. Vie, jangan menghilangkan pahala kebaikan yang udah lo kasih. Dia memang ga pernah peduli sama perasaan lo.
Abang jauuh lebih layak lo kasih perhatian lebih.. ok dear? ... Pulang segera, kasian Aira.. yaa?" Shella menenangkanku dengan caranya.
"Iyaa... bawel, gue ga akan lama-lama," kelakarku. ... See you around yaa."
"Aashiiyaapp," jawabnya jenaka.
-----
Maka, nikmat mana lagi yang kamu dustakan Vie?
Sudah yaa..
Jika hendak menjelajah, persiapkan dengan matang. Berubahlah.
Alloh telah mempertemukanmu dengan orang yang tepat. Mencintaimu dengan segenap jiwa.
Selalu memeluk kekuranganmu..
Aah..
Dari Senggigi yang mengguratkan lazuardi, aku mengucapkan janji.. akan mengajakmu Bang, bersama Aira.
#aksaradalammakna #petualangjiwa #adventurer #kopidanaku