Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Saturday, May 7, 2016

Cahaya Ramadhan

#ProyekMPI_Mei

Judul: Cahaya Ramadhan
Penulis: Nie Wietyaz

Langkah hijrah yang perlahan terjalani,
Kebaikan yang tertabur dalam jejak,
Masih juga teruji dalam iman dan sabar.

Selalu mempertanyakan tentangMu,
Tak henti menagih janjiMu,
Tak kunjung terhenti dalam ikhlas pada jalanMu.

Di antara bebatuan dosa dalam alur kehidupanku,
Slalu terbesit ketakutan yang terdiam di pojok relung hati,
Kapankah masaku?

Yaa.. Robbana,
Robbil Izzati,
Teguhkan iman Islamku saat ini,
Mampukanku qana'ah, istiqomah dan pasrah,
Ijinkanlah Lailatul Qadar untukku kali ini,
Jika Ramadhan ini akan jadi titik akhir rinduku.

Bandung, Jum'at 06/05/2016 9:55 AM

Wednesday, April 6, 2016

Aku dan Jiwaku

Ini aku. Pemahaman tentang aku dan jiwaku. PTSD itu istilah medisnya. Walau baru persepsi awal. Asumsi orang awam. Membaca gejala dan perilakuku saja.
Trauma mendalam ternyata..
Vie,
Bangkitlah dalam diam. Tenanglah di tengah badai.
Semua pasti berlalu..
Percayalah bahwa tak ada beban yang tak mampu kau pikul. Karena itu memang sudah ada dalam sabdaNya.

Kajian dalam Seminar itu, seperti menohokku. Aku dan perjalanan hidupku.
Pertanyaan yang tak pernah terjawab dengan kata.
Hanya kehadiran pelangi dalam diam.
Nyata dalam fakta. Selalu membantu dalam kehidupan.
Terimakasih.. yaa Robb.
Robbil Izzati..
Kau memang tak pernahn meninggalkanku sendiri.
Semakin jauh berlari menghindariMu. Semakin erat Kau memelukku.
Selalu menanyakanku di sepertiga malam. Bicara lewat mimpi-mimpi indah. Pelipur lara.

Tangis dalam diam ini, tanda kelelahan dan keletihan jiwa.
Yang tetap selalu menangis manakala mengetikkan barisan kata-kata.
Kebahagiaan itu sederhana?
Yaa.. mungkin dengan melihat orang lain terhindar dalam jebakan dilema. Melihat mereka tertawa. Menyaksikan semua menyongsong kebahagiaannya.

Perjalanan memang tak berbanding lurus dengan kebahagiaan. Seperti jalanan yang tak selamanya lurus. Kelokan tajam mengajari kita kewaspadaan. Turunan membuat kita belajar kehati-hatian. Tanjakan mendidik kita agar mampu berjuang untuk hidup. Semua menyempurnakan agar kita tak tertidur dan terlena dalam kenikmatan.

Yaa.. Robb,
Pinjamkan semua ketabahan dan kesabaran...
Maafkan jika aku terlalu banyak meminta.
Aamiiinnn,

Awalnya, aku hanya berusaha melatih diriku utk melakukan EFT. Melepaskan semua kesakitan dalam diri, membebaskannya. Melalui hypnosis.
Yaa.. kata temanku, memang tak mudah mengimbangi semua yang aku ketahui.
Kegemaran membaca, membuatku melahap banyak informasi. Menyerapnya. Meletakkan pemahaman tentang kejadian-kejadian yang melintasi hidupku. Sekedar untuk belajar menemukan jalan bertemuNya.
Maka aku pun harus pintar menjaga kesehatan. Jiwa dan raga.

Friday, January 22, 2016

Terjaga Dari Mimpi

Pagi ini awal dari satu hari lagi. Ada yang berbeda, karena saat ini aku belajar arti ksejatian cinta dan ksetiaan.
Dari media sosial, nemukan ini..

Puisi dr Habibie untuk Ainun:

"Sebenarnya ini bukan ttg kematianmu, bukan itu.
Karena aku tahu bahwa semua yg ada pasti menjadi tiada pd akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yg pasti.

Dan kali ini adalah adalah giliranmu untuk pergi, dan aku sangat tahu itu.

Tapi yg membuatku tersentak sdemikian hebat, adalah kenyataan bhw kematian benar2 dpt mmutuskan kebahagiaan dlm diri seseorang, sekejap sj.
Lalu rasanya mampu membuatku nelangsa stengah mati.
Lalu, hatiku seperti tak di tempatnya dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.

Kau tahu sayang, rasanya sperti angin yg tiba2 hilang berganti kemarau yg gersang.

Pada airmata yg jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang.
Pd ksetiaan yg telah kau ukir, pada kenangan pahit manis slama kau ada.

Aku bkn hendak mengeluh, tp rasanya trlalu sebentar kau dsini.

Mereka mengira akulah kekasih yg baik bagimu sayang, tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yg menjadikan aku kekasih yg baik.

Mana mgkn aku setia pdhal mmg kcenderunganku adalah mendua.

Tp kau ajarkan aku kesetiaan, shingga aku setia.
Kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu spt ini.

Selamat jalan, kau dariNya dan kembali padaNya. Kau dulu tiada untukku, dan skrg kembali tiada.

Selamat jalan sayang, cahaya mataku, pnyejuk jiwaku

Selamat jalan calon bidadari syurgaku."

Trus belajar menatap pagi dengan senyum dan kekuatan. Tak ada yang abadi...

Vie,
Bangkitlah..

Dy, aku benar merindukanmu. Tenggelam di banyak pekerjaan, tak mampu menghapus kerinduan yang kian mengekang. Waktu berlalu dengan cepat. Memang menghadirkan kelelahan fisik yang luar biasa. Namun tetap saja, sejenak ketika mata hendak terpejam, ingin mendekapmu. Sejenak menyandarkan semua rasa. Memintamu menemani di sepinya hari. Tinggal di keramaian, namun terjebak di kesendirian yang tak berbatas.

Semua semangat yang kutularkan pada semua teman, sahabat, siswa pelatihan, hanya topengku. Hanya untuk menutupi kesedihan yang selalu hadir, manakala termenung.
Aku, ternyata hanya perempuan biasa.
Buliran bening itu mengalir deras, di sepertiga malam kali ini.
Tuhan,
Aku ingin...

Tercekat lidah untuk meneruskan doa. Melanjutkannya dalam dekapan kesunyian malam.

Apakah selama ini aku terjatuh di kesombongan?
Merasa paling tahu dan pintar?
Hhhh...

Refleks, kugelengkan kepalaku. Tidak!

Di luar sana, masih banyak yang lebih pintar dariku. Mempunyai segala yang tak kupunyai.

Aku, bukan orang yang tak bisa menerima masukan.
Aku sudah menjalani hampir semua proses ujian kesabaran.
Pergulatan di dimensi ruang dan waktu yang teramat panjang.

Dimanakah kamu..Dy?
Terasa begitu jauh terbentang jarak yang memisahkan.
Seperti tak berujung.
Seperti mencari pegangan ketika terjun di laut bebas di Gili Trawangan.

Temani aku..Dy.
Pegang tanganku. Saling menjaga seperti berang-berang. Tanpa henti bersama. Menjabat hati. Menggenggam sukma.

Kelelahan jiwa yang tengah kualami, seperti melemparku ke batas kesabaran dan keimanan yang minim.
Tak menyalahkan Tuhan, untuk apa yang telah kualami. Namun masih harus belajar mensyukuri hidup yang kupunya. RahmatNya selalu melingkupiku. Kasih sayangNya pun selalu mendekapiku erat.

Vie..bangun!
Lamat kudengar bisikan dari rongga sanubari. Jadilah insan yang "rahmatan lil alamiinn.."
I'tibar perjalanan ini mampu menginspirasi. Pengorbanan ini akan selalu memotivasi. Di atas langit.. ada langit.

Tawadhu'.
Qona'ah.
Ikhlas.
Istiqomah.

Memang mudah terucap. Terlalu ringan untuk disampaikan. Namun.. cukup rumit untuk dijalani.
Always hard at the first step.
Just dream big and be the best of you!

Really miss you,
Rindu padaMu..Tuhan.
Rindu untukmu..Dy.
Rindu padamu..Aira.

Friday, January 8, 2016

Embun Pagi

Sepagi ini, mataku sudah enggan terpejam. Selalu seperti itu sejak setahun yang lalu.
Jika kegundahan mulai membuncah dalam pikiran dan dada.
Tuhan..
Aku memang rapuh.
Imanku menipis terkikis kesedihan dan airmata.
Maafkan aku.. masih sering mempertanyakan hidup dan kehidupan.
Kurang percaya terhadap pilihanMu atas perjalanan hidupku.

Monday, January 4, 2016

Back to zero (again) 2

04/01/2016

Dorongan keberanian itu entah muncul dari mana. Slalu enggan untuk membuka lembaran kepastian atas semua jalan yang tertulis dariNya.
Hari ini, perjalanan itu dimulai dengan peluh.
Aku tak mengeluh, untuk semua pengorbanan yang tersia-siakan.
Tak ingin juga melakukannya.
Tapi ketika cahaya terang itu mulai menyeruak di dalam relung hati yang gelap, dan terduduk di ruangan ini, perlahan mata memburam. Banyak cerita yang tak ingin aku dengar. Potongan kegetiran hidup dengan aneka warna. Sebagian itu yang pernah terlewati. Inilah yang sebenar-benarnya aku jauhi. Kembali ke perasaan kelam dua warsa.
Pergantian tahun menyadarkanku, bahwa selama ini aku tak bergerak. Masih di titik yang sama.
Duuuhhh.. sinyal disini jeeleek, keluhku. Padahal aku hanya ingin mengalihkan dunia agar tak mendengar semua keluh kesah itu.
Cukup!
Terlalu lama berkas itu. Selembar kertas pembuka masa depan yang baru.
Mulailah melihat media sosial: IG, FB, Path, dst. Sambil sesekali menulis di chat WA.
Hhh, akhirnya. Setelah proses penantian yang panjang, semua selesai. Titik!
Harus "titik"!

Akhirnya, semua energi negatif yang terasa terurai lewat 2 masakan ala anak kost. Teman makan siang. Dy tetap menemaniku. Bersama meluangkan waktu. Menemani di lintasan waktu.

Kusimpan semua kenangan di ruang gelap hatiku.
My darkness side.
Unworthed one.

Sayounara..El!
Dan kali ini slamanya.

***

Lahan kosong mengantarkan titik nadir di horison pemikiranku.

My life, my adventure..

Yaa..Robbil Izzati,

Pinjamkan keikhlasan untuk bisa melihat kebahagiaan yang terengkuh oleh sekitar.

Berikan keberanian menatap masa depan tanpa keinginan mendikteMu. Mengalirkan kehidupan seperti yang seharusnya terjadi.

Tetapkanlah semua sebatas kemampuan dan kesanggupanku. Kedamaian hati, kemantapan pikiran, kekuatan diri. Mewujudkan rumah impian kami yang sederhana.

Tuhan, maafkan aku jika terlalu banyak permintaan. Aamiinn..

***

Airmata yang membulir, mengingatkanku pada Aira.

Apa kabarmu..sayang? Bunda rindu dekapan tangan mungil dan celotehanmu. Kejujuran di tatapanmu.

Hhhh..

Bunda akan segera menjemputmu yaa.. Ketika semua sudah selesai. Rumah kita yang baru. Rumah kita sendiri. Kolam renang, kolam ikan dan taman dengan gazeebo untuk bercengkerama bersama. Memanjakanmu tanpa jeda. Aamiinn..

***

Perjalanan hidupku mungkin memang tak sesempurna milik kalian. Semua sudah menjadi bagian dari petualangan menjelajahi waktu. Punyaku.

Mungkin, ini tugasku. Mengajari dengan kejujuran. Pemahaman tentang keikhlasan. Yang selama ini dipertanyakan. 

Semoga... guru kehidupanmu bisa bijak kau teladani. Karena itulah milikmu.

Dy,

Dalam hening malam, butiran doa selalu tersematkan. Karena kegamangan ini ingin kujawab lantang. 

Aku selalu ingin mendekap kehidupan bersama. Menjelajah keindahan..menemukan mutiara kebahagiaan dalam keabadian. 

 


Tuesday, November 10, 2015

Kelam: dalam hening

"...bisa ga, kamu berhenti melakukan ini..Vie?
Aku berasa seperti tahanan, jenuh, malas serta bosan..kalau kamu terus begini..", ujar Dy, seraya memacu motornya dengan kencang. Teramat kencang. Nadanya meninggi. Melebihi "sol".
Sanggahan yang ia lakukan, ketika mengantarkanku ke terminal subuh ini.

Aku sudah paham, bahwa hal ini pasti akan terjadi.
Aku juga bisa memaklumi, semua kegelisahan yang dia alami.
Tak mudah memang.. berkutat dan bersahabat denganku. Melintasi masa, melewati jurang terjal perbedaan.

Aku adalah aku.
Aku, perempuan yang pernah terluka begitu dalam. Yang terus belajar percaya akan adanya keindahan yang nyata di kehidupan.
Perempuan yang sangat mencintai Fisika, hingga selalu memperhitungkan daya lebam, percepatan, kecepatan, dst, yang aplikatif dalam kehidupan.
Perempuan yang tegar di luar, namun terlalu rapuh di dalam.
Perempuan yang 80% mengandalkan emosi, intuisi dan perasaannya, dibandingkan logikanya.

Sementara, Dy adalah Dy. Sosok laki-laki pendiam, yang terbiasa terdiam dalam gelap kata-kata. Cuek, kaku, easy going, dan seringkali meremehkan (menyederhanakan hingga terlalu sederhana).

Sejak Agustus tahun ini, aku sudah mulai merasakan banyak hal yang mulai terkikis di hubungan kami.
Apa ada yang dsembunyikannya?
Entahlah..

Lama terdiam dalam kata, akhirnya semua mulai coba kuungkap dengan lugas. Aku coba memberanikan diri menanyakannya.

Jawaban yang kuterima, coba kumaknai dengan sederhana. Semua kulakukan untuk meredam gejolak emosiku. Aku merasa begitu diabaikannya. Sebagai sahabat. Atau mungkin sebagai soulmate yang selalu ada untuknya.

Hhh, tak pernahkah..Dy, sedikit pun..terlintas dalam benakmu?, tanyaku dalam hati dengan perih. Menatapnya terlelap dalam tidur.
Akankah..Dy, kita sedikit bisa membagi semua detik perjalanan yang kita lalui masing-masing, bersama-sama?
Apakah aku hanya sebatas orang yang "hanya" berhak memelukmu dalam diam tanpa kata? Yang tak layak mengharapkan status nyata walau itupun juga "palsu".

Baper..Dy. Aku terlalu baper menjalani hidup denganmu. Sesuatu yang harusnya mungkin sebaiknya tidak aku lakukan, agar tak selalu terluka.

Dy, di hitungan waktuku.. aku sendiri tak bisa tahu, sampai kapan bisa menahan keinginanku untuk mengakhiri hidup saja. Aku seringkali merasa sudah tak sanggup menahan diri atas semua kejutan-kejutan yang muncul karena kebiasaanmu terdiam.

Aku, tak mengatakan itu kesalahan. Tapi kalau kau mau sedikit membuang amarah yang membelenggumu saat ini, sebenar-benarnya semua yang muncul sekarang adalah akumulasi kebiasaan-kebiasaanmu yang bertumburan dengan kebiasaanku.

Seharusnya, ini sudah harus kau lakukan sejak dulu. Keterbukaan komunikasi, kejujuran dan mengalirkan cerita sesuai pada waktunya, akan lebih baik, jika dibandingkan saat ini. Saat dimana semua kubaca sendiri.

Kesal? Wajar..Dy,
Marah? Kumaklumi..Dy,
Jenuh? Bisa dimengerti..Dy,
Seperti tahanan? Sangat aku pahami..Dy,

Semua benang kusut yang membuat kepalamu seakan pecah ini, sebenar-benarnya (hanya) akumulasi dari hal yang seharusnya kau lakukan sejak dulu.

Aku, sederhana sebenarnya. Hanya ingin duduk, tidur, dan memelukmu, sambil menantikan cerita-ceritamu. Keseruan yang terjadi dalam hidupmu.

Bukan menatapmu di kejauhan, menyaksikan geseran jemari di layar sentuh HP, atau sesekali mengetik sesuatu. Aku tak pernah tahu. Seringkali juga terjebak di pikiran negatif yang berulangkali kutepis, agar kita baik-baik saja.

Dy,
Aku bukanlah perempuan yang benar-benar kau cintai sepenuh jiwa. Aku hanya "Sephia", tempatmu melepaskan penat sesaat. Yang di satu masa nanti, akhirnya hanya akan jadi kenangan berdebu dalam ingatanmu.

Aku, telah merasakan degradasi rasa cintamu yang tak lagi semanis dulu, kala jarak masih memisahkan pertemuan kita.

Aku, merindukan ungkapan "I love you", yang membelah kegelapan malam.
Merasakan lagi pelukan dan dekapan erat, serta ciuman di kening.

Semua teramat berarti bagiku. Begitu memompakan darah di wajah pucatku. Membangkitkan semangat yang hampir padam.

Baru sekarang aku pahami, bahwa semua itu semu? Memudar seiiring munculnya pelipur lara dan rasa yang memang sesuai dengan apa yang kau mau.
Sementara aku, hanyalah debu tebal yang akan tersingkirkan.

Kau merasakan jenuh, bosan, dan terpenjara.
Aku, merasa terbuang dan ingin menutup mata saja. Selamanya.

Terdiam seterusnya dalam hidupmu. Di bawah tanah. Bersama cacing saja.
Dan saat itu,
Aku takkan lagi mampu menyakitimu dengan rasa yang tidak penting dirasakan.
Tak juga mengganggumu dengan pertanyaan-pertanyaan konyol yang posesif.

Apa saat itulah, telah tiba kini?
Saat warsa berganti, lusa?

Tubian masalah, bukan setingan untuk eksis dalam hidupmu..Dy.
Ini hanya tumpukan masalah yang memang ada selama ini dalam hidupmu yang tidak aku ketahui. Muncul satu persatu. Hingga terasa begitu melelahkan kini.
Terus menyalahkanku, untuk semua kekuranganku atas pandangan rasa intuisi.

Maafkan aku..jika memang selalu mengganggu ketenangan hati. Meriakkan perasaanmu.
Selalu menyakitimu.

Maafkan aku.. tak pernah layak kau perhitungkan, walau di status palsu sekalipun.

Maafkan aku.. yang tak kunjung bisa menenangkan pikiran dan rasa ingin tahuku. Hingga terus membuka lembaran lama dalam hidupmu. Yang seharusnya bisa kau bagi denganku.

Maafkan aku.. yang terus menyakitimu.
Dan maafkan aku.. jika aku mengakhiri hidupku yang tak berarti lagi.

Sebenarnya, aku hanya ingin "ada" dalam hidupmu. Bukan hanya bayangan pelangi semata.

Biarkan aku membenam di kepompong..😥

Perlahan, aku pun melangkah mendekati sebilah pisau yang tergeletak di mini kitchen di sudut ruangan.
Seraya bersandar di tembok dekat pintu KM, mataku mulai nanar.. buram disaput airmata yang terus menbulir dan mengalir.
Kukepalkan tangan, menyayat cepat..
Perih..
Darah pun mulai mengalir, pandanganku kosong.. mengabur dan gelap..

Tuhan, maafkan aku yang tak menghargai hidup dan tak mampu bersyukur atas karuniaMu.
Maafkan aku, pulang dengan cara terpaksa seperti ini..😭😰

Sepenggal kisah dalam perjalanan melintasi ruang dan waktu. Tak indah, karena inilah hidup. Bukan drama Korea atau dongeng pengantar tidur.

Vie, yang tertatih..
Menuju pelangi keabadian. Terputus di pencarian kebahagiaan.

Tuhan,
Ampuni jiwanya..
Bukan tak mampu bersyukur untuk semua nikmatMu.
Kelelahan itu tak tersembunyi di kamar kosong hatinya.

Aira..
Memeluknya dalam diam, ketika kutemukan.
Matanya nanar dan kosong. Kemurnian jiwanya terkoyak, memeluk bundanya yang terkulai.

Aku merengkuhnya. Menghentikan isakan tangis yang tertahan. Mengusap rambut ikalnya. Membisikan lantunan nyanyian lirih, "..semua akan baik-baik saja, sayang."

Ketika Pikiran dan Jiwa Bicara

Di perjalanan, menemukanmu adalah anugerah yang terus mampu membuatku berdiri.

Kini, aku kerap terbangun di tengah malam. Dan terus terjaga hingga pagi menjelang. Semakin parah setiap hari, karena semakin sedikit waktu terlelap yang kupunya.

Bahkan seringkali menangis dalam diam. Menangkupkan semua keluh kesah dalam doa.
Tuhan, dimanakah dia?
Merangkai asa bersama. Menjalani kehidupan beriringan.

Dy,
Bukakan mata ini akan makna cinta dan rasa yang kita punya.
Arah yang hendak kita tuju.

Kepenatan begitu mendera. Benar-benar ingin bersama.
Melepaskan semua tekanan. Mengajak bicara dalam diam. Berbisik ke alam. Bernyanyi di angin. Menitip salam di awan.

Close to nature,
Need you more than before, Really miss you beside,
It's all about you, me and Aira.

Meet me here,
Hug closely,
Hold tightly in deep silence,
By the wind, cross over the sky, pass through clouds, then leave sorrow behind..