Nuansa
Berjalan berdampingan di atas segala perbedaan, terasa tak mudah (memang)... Tetap mampu berdiri sendiri, (namun) terasa rapuh jika berjalan tanpamu... Always a reason behind something... #SahabatSejati

Monday, March 10, 2014

@rindukanmuyangdulu: < mencintaimu >< /sahabatsejati >< endlesslove/ >



<AWAL: Aku telah MENCINTAIMU jauh sebelum melintasi perjalanan waktu, menyandarkan keresahan di pundakmu, pun bahkan ketika menepikan kebahagiaan dan tawa.  Merasa begitu dekat mengenalmu.  Walau pun, (mungkin) kau tak pernah merasakan hal yang sama.  Terimakasih sajalah.. karena faktanya, kau memang telah menjabat erat hatiku; temaniku; menjadi sandaran jiwaku.  Hingga benar-benar membuatku terjebak dalam perasaan yang entah harus terjabarkan dalam rangkaian kata, kalimat dan bahasa apa.>

</KINI:  Tiba-tiba terbangun.. dari mimpi buruk yang mendekap sangat erat.  Berusaha teriakkan namamu, membangunkanmu.  Aku teramat membutuhkan bantuanmu untuk bisa bangkit dari keterpurukanku. Meronta mempertahankan keyakinan yang telah tergenggam tak terasa tergenapi di 1 warsa (ini). Dan ingin mendekapmu erat (sangat).  Berulang kali melewati keindahan di puncak waktu.  Melepaskannya dalam bahasa qalbu yang teramat indah.  Pun ketika merasakan dekapan sayangmu yang terhadir dalam keseharian.  Jujur.. tak pernah merasakan (benar) kasih sebesar yang kau miliki; menikmati sentuhan yang membelai ruang sepi hati; mendekap dengan segenap jiwa yang termiliki.  Aku teramat merindumu (kini).  Menjadikanmu SAHABAT SEJATI, kini dan nanti... (mungkinkah?)....>

<NANTI:  Pernah kukatakan.. kabari aku jika telah merindukan yang lain.  Kunyatakan dalam tawa: buatkan sedikit saja cerita tentangku.  Karena.. jujur, aku (masih) tetap perempuan biasa: merasakan sakit ketika melihatmu berbinar menceritakan keindahan perasaan bersama; mencemburui untuk cinta yang terbagi; menggambarkan semua dengan bahasa yang indah.  Aah.. siapa sebenarnya aku dalam hidupmu?  Tanya itu pun terus menghantui.  Mengerogoti sanubari, yang berujung kerumitan pikiran.  Terjebak di fatamorgana.  Aku.. (terlalu) takut.  Apakah aku hanya tepian sesaat yang menemanimu saja?  Teluk persinggahan di perjalanan waktumu mencari hulu semata?  Hhhh... pun jika itu (benar) adanya,  sisakanlah sedikit saja kenangan dalam tulisanmu tentangku.  Agar mampu kuyakinkan diriku, menguatkan serta meneguhkannya dalam hati: “You really love me” seperti hembusan napasmu ketika membisikkan nada “fa” dengan suara bass khas lelaki, yang teramat memetik dawai  jiwa: “I love you..”.  Ketika mendekapku teramat erat, di malam sunyi, di bawah kerlip Bintang, melintasi jalan terjal perbedaan.  Membedakanmu dengan orang yang kerap menyakiti perasaanku.  Menegaskan kebersamaan yang terlewati bukanlah keindahan ambigu semu (saja).  Bukan memelukmu dalam bayangan waktu, untuk kemudian menunggumu berlalu meninggalkanku tanpa kata, dan menghapuskan semua jejak sayangmu di rintik hujan.  Tuliskanlah... tuliskanlah sesuatu tentangku.  Nyatakanlah dalam kata, yang terangkai di kalimat, dan terangkum di paragraf yang mengalirkan cerita, sebagai satu kerlip BINTANG bagiku di langit pekat.  Penuntun jalan dalam gelap.  Genggaman erat tangan yang tak terlepas.  Sandaran jiwa yang tak pernah letih mendampingi.  Panggil aku Vie, sayang, ayy,.... dalam sejuta kenangan.  Teramat ingin mendekapmu erat.  Menangis di pelukanmu.  Meminjam bahumu, untuk menyandarkan lelahku.  Aku benar-benar merindumu yang dulu...  di  kerinduan terkini.... @penggalan malam sunyi #KerlipKenangan #ENDLESSLOVE/>

 <petualangan></Lintasan waktu><mimpi bersama/>
<kebersamaan></menjelajahirindu><10032013-10032014/>

Thursday, January 16, 2014

@Graduation's: Cry (no) more

Dear Dy,
Aku bahagia bisa memilikimu sebagai sahabatku, hingga kini..
Ketika aku telah menjadi kupu-kupu yang siap menjelajah waktu.  Bukan lagi ulat yang linglung mencari tujuan, atau kepompong yang bertapa di pertengahan peretasan cita-cita.
Bagaikan simpul tali yang tak terlepaskan.  Ibarat dunia yang tergenggam erat, tanpa sekat.
Mungkin.. hampir tak pernah kau sadari betapa aku merasakan kehangatan hati dan jiwa yang selalu terpancar dalam senyum dan tawa yang ikhlasmu, mengantarkan kesejukan yang luar biasa di hatiku.  Tawa, canda dan perbincangan yang seringkali terjadi di tepian waktu itu, bukan sekedar pelepas penat raga, setelah bekerja seharian.  Tapi semua juga menjadi pelepas dahaga bagi jiwa yang meranggas terlarut dalam permasalahan yang mendewasakan kita.  Hmmm... kita memang saling menemani (tanpa kita sadari).

Dear Dy,
Melihatmu di kejauhan, dengan senyum kemenangan meretas satu dari sekian banyak mimpi-mimpimu, membuatku menitikkan airmata.  Aku berubah menjadi cengeng seketika, seperti ketika menyaksikan 99 Cahaya Islam di Langit Eropa.   

Yang kulihat bukan hanya dirimu.  
Yang terlihat adalah bagaimana jika perjalanan waktu itu... dihadirkan dalam bentuk yang berbeda.  Hhhh... siapkah aku?
Semakin hari, semakin kurasakan.. genggaman yang semakin erat padamu.  Pelukan yang semakin dekat dan hangat.  Teramat sangat...
Hampir tak bisa kuyakinkan diriku, “semua baik-baik saja...”
Itu harimu... dengan 3 tangkai mawar pemberianku.  Dan tanpa kita sadari, di antara waktu yang tersiapkan untukmu itu, kita telah banyak bicara dalam rasa.  Tergambar nyata, tak lagi dengan kata.

Dear Dy,
Memang semua perjalanan yang telah terlewati di penggalan waktu kita masing-masing, mampu mendewasakan kita dalam kedalaman pemahaman tentang hidup.. kan?  Yaa... tak ada yang sempurna.
“Always a reason behind something” selalu terketikkan manakala aku mempertanyakan alasan kehadiranmu dalam hidupku, di tengah sepi hari di tengah malam. 
Hingga kini.. aku (hanya) bisa menjawab itu tanpa kata... dalam diam saja, dengan rasa yang enggan menetapkan arahnya.
Apapun itu... 
Kau (tetap) sahabatku, hingga akhir waktu.   
Hmm.. selama kau inginkan itu.

Dear Dy,
Tak bisa kugambarkan perasaanku, di harimu ini...
Hingga baru bisa kukirimkan kini bersama mimpi dan sepi, yang terdera kerinduan yang teramat menyiksaku.  Hhhhh....
Gaun kain ikat Palembang yang senada dengan kemejamu, walau terjadi tanpa sengaja, rasanya cukuplah menjawab “tanya” yang membuncah dalam hati. 
Tapi.. memang itulah “nyata”.  Di kesepian... kau (memang) tetap ada menemani petualangan menjelajah waktu. 
Milik kita..
Cerita kita..

Dear Dy,
Temukan aku di sini...
Karena aku takkan pernah pergi, Selalu ada di sini...
Dan petualangan kita menjelajah waktu itu, tetap berjalan melintasi masa yang termiliki.  Tak pernah ingin terhenti, karena (selalu) ingin menemanimu, menaklukkan dunia.

Dear Dy,
Tahukah kau..
Kutuliskan namamu di langit, dan kupanggil kau BINTANG, agar semua orang tahu dan mengerti bahwa kau penerang jalan hidupku ketika tak seorangpun perdulikan itu.  Tetap jadi lentera hati, manakala gundah menghampiri.
Jutaan kata, ribuan kalimat, ratusan koma itu, takkan mampu menghadirkan titik dalam ceritamu di kehidupanku.
Semua selalu terangkai dengan indah dan sedih yang melekat dengan harmoni.  Karena hidup memang terlengkapi dengan bunga senyum dan tangis.
Bahagiaku.. karena hadirmu.

Dear Dy,
Kututup goresan pena hatiku ini dengan senyum yang mengembang, dengan tangis yang menggenang.  Kerinduan ini tengah menyesakkan dadaku.  Kegelisahan ini telah membuatku tak mampu menyelesaikan tugas-tugas kantor yang menumpuk, dan terbatas tengat waktu.
“’ve been missing you... so, Bintang”, bisikku lirih di hamparan waktu.  Dan seketika (mampu) merasakan pelukanmu nyata.
Maafkan aku.. untuk semua kekurangan.
Izinkan (selalu) aku iringi dan dampingimu... yaa?

Di perbatasan waktu yang merindu,
28/12/2013
NB: Akan (sama)kah itu.. Dy?



Saturday, January 11, 2014

(Back) to ZERO....



Jujur membuatku serba salah,
Tak jujur membuatku semakin salah,
Lalu harus bagaimana lagi,
Agar kau terima,
Sungguh ku tak berdusta,
Sungguh mati ku tak menyangka,
Emosimu yang tak pernah kau jaga,
Hingga kini tak dapat ku terima,
Haruskah ku terluka,
Agar kau bahagia
Cinta harusnya kau percaya,
Cinta pastikan setia,
Jika kau mengerti yang sebenarnya,
Sungguh mati ku tak menyangka,
Emosimu yang tak pernah kau jaga,
Hingga kini tak dapat ku terima,
Haruskah ku terluka,
Agar kau bahagia,
Cinta harusnya kau percaya,
Cinta pastikan setia,
Jika kau mengerti yang sebenarnya,
Cinta harusnya kau tak marah,
Semua kan baik saja,
Mengertilah seharusnya kau percaya,
Jangan pernah berfikir ku tak cinta,
Semestinya kita jujur bicara
Cinta harusnya kau percaya,
Cinta pastikan setia,
Jika kau mengerti yang sebenarnya,
Cinta harusnya kau tak marah,
Semua kan baik saja,
Mengertilah seharusnya kau percaya.
#Geisha-Seharusnya Percaya


Kita tak akan pernah bisa mamahami dan mengerti,
Jika kita tak (berani) bicara...

Yang kutahu...
Bersama detak waktu,
Aku kian terkikis dalam hatimu,

Tak pernah sedetik pun..
Menyesali yang telah terjadi dalam kehidupan yang terjalani,

Semua berhak bahagia..

Jika memang aku (sudah) tak layak temanimu..
Bebaskanlah aku mengalir bersama dentingan masa itu,
Mengalir dan (kembali) terbang mengangkasa..

Lagu ini..
Jadi pengantar tangisku di tengah malam,
Ketika terjaga..

Kembali (selalu) terhubung..
Terbenam di bahu keheningan waktu,
Untuk derai tangis yang tak pernah kering,

Belajar mengertikan,
Arti “kehilangan” di pengasingan..
Dalam kebisuan dan diam,

Biarkanlah..
Berteman,
Berdamai,

Menatapmu di kejauhan..
Mendo’akan untuk semua kebahagiaanmu (saja),
Tanpaku...
 05/01/2014