<AWAL:
Aku telah MENCINTAIMU jauh sebelum melintasi perjalanan waktu, menyandarkan
keresahan di pundakmu, pun bahkan ketika menepikan kebahagiaan dan tawa. Merasa begitu dekat mengenalmu. Walau pun, (mungkin) kau tak pernah merasakan hal yang
sama. Terimakasih sajalah.. karena
faktanya, kau memang telah menjabat erat hatiku; temaniku; menjadi sandaran jiwaku. Hingga benar-benar membuatku
terjebak dalam perasaan yang entah harus terjabarkan dalam rangkaian kata,
kalimat dan bahasa apa.>
</KINI: Tiba-tiba terbangun.. dari mimpi buruk yang
mendekap sangat erat. Berusaha teriakkan
namamu, membangunkanmu. Aku teramat
membutuhkan bantuanmu untuk bisa bangkit dari keterpurukanku. Meronta
mempertahankan keyakinan yang telah tergenggam tak terasa tergenapi di 1 warsa (ini). Dan
ingin mendekapmu erat (sangat). Berulang
kali melewati keindahan di puncak waktu.
Melepaskannya dalam bahasa qalbu yang teramat indah. Pun ketika merasakan dekapan sayangmu yang
terhadir dalam keseharian. Jujur.. tak
pernah merasakan (benar) kasih sebesar yang kau miliki; menikmati sentuhan yang
membelai ruang sepi hati; mendekap dengan segenap jiwa yang termiliki. Aku teramat merindumu (kini). Menjadikanmu SAHABAT SEJATI, kini dan
nanti... (mungkinkah?)....>
<NANTI: Pernah kukatakan.. kabari aku jika telah
merindukan yang lain. Kunyatakan dalam
tawa: buatkan sedikit saja cerita tentangku.
Karena.. jujur, aku (masih) tetap perempuan biasa: merasakan sakit ketika
melihatmu berbinar menceritakan keindahan perasaan bersama; mencemburui untuk
cinta yang terbagi; menggambarkan semua dengan bahasa yang indah. Aah.. siapa sebenarnya aku dalam
hidupmu? Tanya itu pun terus menghantui. Mengerogoti sanubari, yang berujung kerumitan pikiran. Terjebak di fatamorgana. Aku.. (terlalu) takut. Apakah aku hanya tepian sesaat yang
menemanimu saja? Teluk persinggahan di
perjalanan waktumu mencari hulu semata?
Hhhh... pun jika itu (benar) adanya,
sisakanlah sedikit saja kenangan dalam tulisanmu tentangku. Agar mampu kuyakinkan diriku, menguatkan
serta meneguhkannya dalam hati: “You really love me” seperti hembusan
napasmu ketika membisikkan nada “fa” dengan suara bass khas lelaki, yang teramat
memetik dawai jiwa: “I love you..”. Ketika mendekapku teramat erat, di malam
sunyi, di bawah kerlip Bintang, melintasi jalan terjal perbedaan. Membedakanmu dengan orang yang kerap
menyakiti perasaanku. Menegaskan
kebersamaan yang terlewati bukanlah keindahan ambigu semu (saja). Bukan memelukmu dalam bayangan waktu, untuk
kemudian menunggumu berlalu meninggalkanku tanpa kata, dan menghapuskan semua
jejak sayangmu di rintik hujan. Tuliskanlah...
tuliskanlah sesuatu tentangku.
Nyatakanlah dalam kata, yang terangkai di kalimat, dan terangkum di paragraf
yang mengalirkan cerita, sebagai satu kerlip BINTANG bagiku di langit
pekat. Penuntun jalan dalam gelap. Genggaman erat tangan yang tak terlepas. Sandaran jiwa yang tak pernah letih
mendampingi. Panggil aku Vie, sayang, ayy,....
dalam sejuta kenangan. Teramat ingin
mendekapmu erat. Menangis di
pelukanmu. Meminjam bahumu, untuk
menyandarkan lelahku. Aku benar-benar
merindumu yang dulu... di kerinduan terkini.... @penggalan malam sunyi #KerlipKenangan
#ENDLESSLOVE/>
<petualangan></Lintasan waktu><mimpi bersama/>
<kebersamaan></menjelajahirindu><10032013-10032014/>
I like (back) to ZERO better than @rindukanmuyangdulu: < mencintaimu >< /sahabatsejati >< endlesslove/ >
ReplyDelete