Kutuliskan surat ini dalam kerinduan
yang buta,
Tak terbatas dalam ikatan masa,
Hanya ingin memejamkan mata,
Untuk melihat cahaya.
Jika kau percaya,
Tengadahkan kepala,
Melihat gemerlap Bintang di temaram
malam,
Itulah hadirmu yang menuntun senyap
tanpa sayap.
Bagiku..
Perjalanan ini,
Membuka mimpi yang terkunci,
Di hening sepi,
Dalam pikiran yang terjebak sunyi,
Pada rasa sendiri.
Maka bila kau izinkan,
Biarkan kunang-kunang di pematang
sawah jadi saksi,
Tepian waktu yang ada kini,
Menggoreskan sebait mimpi,
Menjelajah dunia ini,
Tetap melangkah bersama di jejak
hati.
Tak harus dalam terang yang
menyilaukan,
Cahaya lilin pun lebih baik daripada
meraba di kegelapan.
Tak perlu genggam tangan yang
ditunjukkan,
Karena jabat hati lebih terasa
mengikat.
Tak harus bahu untuk bertahan,
Sandaran jiwa pun mampu menghapus
kepedihan.
Tak perlu menyatakan dalam jutaan
kata,
Karena dalam diam semua pun telah
nyata terasa.
Mentari...
Pagi menghadirkan kesejukan embun,
Membasuh tulus di kelembutan,
Siang dengan terik energi tanpa batas,
Mengantarkan masa depan dalam
genggaman,
Senja datang di temaram lazuardi,
Menuntun perlahan keindahan Taman
Langit.
Denting waktu yang berjalan terasa
lambat,
Dawai jiwa terpetik mengalunkan nada
lamat,
Sayup terdengar...
Aku 'kan tetap jadi sahabat hatimu,
Yang menyayangi dalam ketulusan tanpa
jeda di ruang dan waktu.
@merindumu..
teman belajarku menggapai mimpi,,
No comments:
Post a Comment