Friday, August 13, 2021
Teruntuk Cintakoe
Sunday, July 25, 2021
11 bs 22 (2)
Thursday, June 24, 2021
Fixing The Broken Heart
Thursday, November 28, 2019
/catatanperjalanan_chapter28/
Selamat pagi..cinta,
Mungkin tak pernah disadarinya, itu salah satu hal trrmanis yang pernah aku terima. Yaa.. tak cuma satu, tapi lebih,
Catatan perjalanan bersamamu, memang menuliskan kisah yang berbeda.
Alloh Maha Baik,
Memberikan lebih dari yang kuminta..
Tak putus syukur untuk itu semua,
....
12:01
Terbangun dari mimpi buruk yang sudah beberapa kali datamg.
Astaghfirullah..
Aku memang lelah,
Kembali menyesap kopi lebih dari seharusnya.
5-6 cangkir kopi hitam tanpa gula,
Sesekali aku melepaskan tatapan ke gawaiku. Menatap orang-orang yang bergegas di depan Gelora Bung Karno.
Pintu busway 1F pun terbuka, menaikkan para penumpang.
Suasana yang tak pernah kusaksikan di Bandung.
Tak ada yang tengah mengudap.
Pun tak tercium aroma cilok, bacil, basreng, dll.
Bandung,
Benar telah lekat dalam darah.
Sepekat seduhan robusta dalam setjangkir KOPI ku.
Apa kabar Aira?
Hampir setiap malam, kami selalu vc.
Cerita-ceritanya mengalir deras.
Makin cerewet saja..
Rambut ikalnya pun tumbuh lebat.
Diikat seperti Princess Elsa...Mommy
Pintanya, jiika aku pulang.
Sayang,
Berjauhan denganmu, benar tak pernah mudah.
Aku sering merasa sendirian di antara pikuk Jakarta.
Dini hari, kutuliskan semua gelisahku dalam catatan pesan untukknya.
Merujuk pada khawatir yang tak pernah berujung.
Jangan tanyakan,
Betapa merindunya.
Memeluknya ketika sedang ada di titik nadir, adalah janji yang tak pernah kuingkari.
Jeda,
Selalu membatasinya.
Dan aku menangis..
Aku,
Melakukannya lagi..
Nanar menatap kosong layarku.
Blank point..
Terduduk di emper stasiun ini.
Tak menyesap kopi,
Hanya wedang sereh yang kubuat pagi ini.
Merasakan lukanya.
Menitikkan airmata dalam masker (kembali).
Sudah tak ada kata yang mampu terucap.
Berulangkali menguatkan iman..
Terlihat jelas..
Suicidal thoughts,
Aku takut..
Perjalanamku sebagai penyiar tak terhenti. Mengadu skill di Jakarta..
Memulainya dari bawah.
Berjuanglah..
Kuatkan jiwa,
Bandung,
Bandung,
Bandung..
Cinta tak tertahan, mengalirkan deras airmata..
Perih jika menatap langit yang kemudiam memerah, dari halte Bundaran Senanyan.
Aitmata kali ini..
Sudah tanpa suara, senyap dalam riuh pagi,
Ayah.. lapar,
Seorang gadis kecil, seumuran Aira..
Merengek pada ayahnya.
Disamping mereka, setengah karung botol air mineral.
Jika ditimbang..
Mungkin hanya dapat sebungkus nasi tanpa lauk.
Hatiku semakin perih,
Otakku kram..
Jiwaku biru,
Tuhan,
Berikanlah aku kemampuan berempati..
Tak hanya ingin dimengerti tanpa memahami,
Banyak meminta, tanpa mau memberi..
Jadikan aku orang yang tawadhu, qana'ah,
GarisMu,
Adalah ikhlas dalam sabar..
Tak berbatas..
Tanpa harap balasan,
Maafkan aku, Vie
#aksarabermakna #perjandusastra
Wednesday, October 9, 2019
Diskusi Pagi
Hai..
Sahabat hatiku,
Sapaku pada semburat merah di ufuk Timur.
Sebentar lagi..
Golden Sunrise,
Pemandangan yang tak pernah didapatkan di Ibukota (sebelum pindah 😁), atau di perkotaan.
Udara dingin yang menggigit tulang, memasukkan energi positif yang sering terlewatkan.
Ya, karena biasanya masih enggan meninggalkan hangat dekapanmu dan selimut.. 😂
Saat ini,
Mentariku lebih awal menyapa di ujung Timur Indonesia.
Masih dengan setjangkir kopi tubruk Wamena.
Yang masih mengepulkan panasnya.
Sederhana saja..
Caraku untuk menemani jejak langkah,
Berusaha tenang..
Di tengah keriuhan yang marak terjadi,
Volunteering memang selalu menuliskan kisahnya dengan tulus.
Semua demi kemanusiaan yang seringkali terkikis oleh keegoisan dan kepentingan.
Biarkanlah..
Bebaslah dari belenggu dengki,
Karena itu akan menyakiti jiwamu..
Mengalirlah di batas perbedaan,
INDAH,
Aku RINDU..
Padamu, Aira, dan kehangatan KITA,
Sendiri bukanlah sunyi..
Hening tak pula berarti kesepian,
Ini hanya tentang CINTA, dalam kejujuran rasa.
Satu..
Akan menjadikan semua indah,
Namun berSATU,
Melengkapi perjalanan dengan sempurna.
Teman perjalanan,
Selalu menjadi pelangi, yang membuat semua larut dalam manis..
"Vie..
Selalu ingatlah, bahwa waktu adalah jeda.
Ruang terbatas dalam pikiranmu.
Melesatlah..
Aku memelukmu dalam do'a."
Pesannya..
.......
Kuhentikan penaku,
Menikmati makna fajar..
Tak ada gelap yang tak berujung,
CAHAYA,
Perlahan (akan) memupuskannya dengan harapan.
Jemputlah,
Ingatlah sayang,
Aku selalu mendekapmu dalam do'a..
Menjemput mimpi bersama,
Dan..
Melodi semesta akan mengiringinya..
Bersabarlah,
Sesapan KOPI akan membungkus lelahmu,
Aku (selalu) ada di sampingmu..
Tak peduli ribuan kilo yang membatasi,
Karena ini hanya sejengkal,
5cm di depan mata..
Dalam bentangan sajadah,
Cinta..
Tunggu..
Aku akan segera pulang,
Jemput ya?
#petjandusastra #setjangkirkopi #temanngopi
Monday, August 12, 2019
Rindu
Aira,
Bagaimana kabarmu sayang?
Lama Mommy tenggelam dalam perjalanan baru ini. Petualangan di rimba kota ini. Dimana mimpi mewujud dengan perjuangan peluh yang membaur di Commuter line, Bus way,
Ya, ibukota ini memang mampu menjadi magnet jutaan orang.
Tak pernah terlintas bisa berada di tengah-tengah riuhnya.
Pun tak sekejap pun berangan berlarian mengejar waktu..
Sesuatu yang hampir tak pernah terasa di Bandung.
Tempat damai dalam hening, yang diciptakan dengan semnyuman.
Kisah RINDU nya dalam setjangkir kopi, membungkusnya sempurna.
Paham sekarang sayang,
Semua kisah yang ada bukanlah isapan jempol atau hanya untaian khayal.
Ini memang nyata,
Semoga aunty bisa menggantikan sejenak tugas Mommy.. mendongeng sebelum kau merajut mimpimu.
Tunggu Mommy yaa.. cinta,
Kita akan bersama, segera..
Bersama Daddy yang akan mendekapmu dalam hangat kasih,
Banyak..
Teramat banyak yang ingin ditulis, namun lelah hampir menjadi irama Mommy kala Mentari meninggalkan jejak jingga. Sebelum langit tersaoukan kelam.
Lalu gemintang bermunculan memberikan terang.
Redup..
Namun sama seperti bunga, jauuh di dalam tanah, akarnya selalu menjadi cahaya.
Percayalah sayang..
Semua ini akan berakhir indah,
Seindah senyummu yang selalu mengembang sempurna, ketika Mommy pulang.
Kamu, sudah semakin besar sayang..
Time really flies
Peluk cium Mommy, 💕😘😍
Thursday, June 6, 2019
1440 15:15
Sepenggal cerita, dalam denting waktu yang terus memanggil namamu dalam sepi.
Catatan,
yang kubuat..
untuk sejenak menenangkan hati, jiwa, dan sanubari.
Dengan buliran bening, hidung yang tersumbat..
Mengurangi rasa yang menyesakkan dada.
Aku,
(benar) merinduMu, ingin memelukmu..
Saat ini,
Takbir sudah berkumandang. Pertanda esok merupakan hari kemenangan yang menjadi ujung Ramadhan.
Berbeda. Semua memang tak seperti Ramadhan dan Syawal bertahun sebelumnya. Aku, Aira, dan Abang.
Harus terpisahkan dalam jarak yang tak biasa.
Tak terasa, mata pun memburam. Berusaha menahan gejolak hati yang tak menentu.
Maafkan.. Bang,
Aku masih juga sering menangis, untuk pilihanku.
Yaa Robbil Izzati,
Aku hanya ingin sebuah keajaiban di awal Syawal ini. Kemudahan memeluk kebersamaan bersamanya. Walau sebentar, itu akan menjadi nikmat yang selalu kusyukuri.
Ajari aku, secara perlahan saja.
Tak mudah..
Ini teramat sulit dicerna otak dan perasaanku.
Aku, menantimu..
Dalam hening sujud dan do'a.
Yaa Robbanaa..
Jika memang ini yang terbaik buatku, berikanlah aku kelapangan jiwa. Menerimanya.
Dengan takwa dan kelembutan sanubari.
Aku..
Percaya padaMu.
Menyandarkan lelah di bahumu.
Abang..
Masih juga menangis, ketika terpisah oleh jeda, jarak, dan waktu.
Selalu merindukan kebersamaan sederhana bersama.
Mudahkanlah.. Tuhan,
Lembutkanlah dan lapangkanlah hatiku menerima ketetapanMu.
Aku,
Percaya padaMu.
Menyandarkan lelah di bahumu..
Abang,
/catatan/
.. perjalanan waktu, menuntunku bersamamu di ujung waktu. Keinginan untuk bisa menua bersama, belajar tentang kehidupan dengan seni. Mengalir bersama.
Tak selalu bahagia.. karena memang ini bukan cerita dongeng yang sempurna.
I am Groot..
Berarti tumbuh bersamamu. Selalu bergandengan tangan.
Jarak, jeda, akan menjadi rutinitas.
Sederhana dalam sujud dan do'a terbaik, itu caraku untuk menjabat hatimu.
Jangan pernah lelah memaafkan yaa Bang,
Jika aku memang berbuat salah.
Juga kuharap Abang tak letih, mengajariku untuk sedikit bersabar bersama waktu.
Ini, hanyalah sepenggal bagian cerita kita.
Bersamamu,
Cahaya Mentari selalu terasa hangat.
Terimakasih telah menyentuhkan banyak pelajaran hidup, dalam setiap diskusi panjang kita..